It's been a while, huh?
Yah, udah lama juga nggak posting
travel journal lagi ya. Kali ini saya mau nulis tentang perjalanan saya lagi. Destinasi yang jadi target saya adalah Pantai Lombang, Sumenep yang ada di Pulau Madura.
Oh kenapa mendadak pengen ke sana?
Berawal dari foto yang saya lihat
di galeri punya mbak Titis setahun lalu, pada bagian caption ada keterangan tentang lokasi pemotretan yang ternyata ada di Lombang, Sumenep. Di foto, pantainya berpasir putih dan kelihatan cantik sekali. Saya tanya deh sama mbak
Anty, secara dia udah sering banget ke Madura. Ternyata dia juga tau pantai itu dan tanpa babibu kita rencanain
trip ke Lombang dalam waktu dekat. Err... 'waktu dekat' ini sebenarnya adalah Desember tahun 2010 lalu, tapi karena kesibukan dan jadwal kuliah yang nggak bisa ditawar, akhirnya rencana ini baru bisa terlaksana tahun ini.
Mungkin saya perlu berterima kasih pada pemerintah yang udah ngasih hari libur tambahan pada tanggal 16 Mei kemarin. Begitu ngeliat tanggal merah yang berderet, mbak
Anty ngajakin jalan-jalan. Awalnya mau ke
baby zoo karena saya udah lama ngidam ke sana, tapi ngebayangin wahana liburan di
long weekend pasti bakalan kayak es dawet saking ramenya. Saya ogah kalo harus desak-desakan dan ujungnya nggak bisa nikmatin suguhan hiburan yang disajikan. Tercetuslah Lombang sebagai tujuan jalan-jalan kita akhirnya. "Mumpung libur panjang", kata mbak
Anty.
Ada benernya juga, pikir saya. Rencana sih berangkat hari Senin, tapi ternyata si pacar ada urusan dan mbak Anty juga jadinya diundur hari Selasa-nya. Hari itu sekaligus hari besar buat saya dan si pacar ;]
Anyway, hari demi hari berlalu, jumlah anggota yang berangkat bolak-balik berubah dan akhirnya kurang sehari mbak Anty mutusin batal ikut karena urusan keluarga. Saya sempat mau ngebatalin buat nggak berangkat aja, karena nggak tau jalan ke sana sama sekali. Tapi si pacar minta buat berangkat aja, alasannya udah terlanjur ngajak banyak orang. Berbekal nekat, kita berangkat deh ke Sumenep dengan pengetahuan tentang rute yang pas-pasan (baca: cuma pacar doang yang tau jalan).
Oh and FYI, saya jadi Sanchai sehari gara-gara formasi yang ikut adalah 4 cowok dan saya satu-satunya yang paling cantik :p
Perjalanan memakan waktu 4 jam lebih 30 menit, karena kita harus nanya-nanya dulu waktu mendekati area Lombang dan itu lumayan memakan waktu sekitar setengah jam. Memasuki area wisata, kami disambut gerbang khas dengan bilik karcis di tengahnya. Biaya masuknya cukup murah lho, Rp 3000,00 per orang dan Rp 5000,00 untuk satu mobil.
Setelah bayar karcis, masuklah kita ke dalam area yang ternyata bener-bener masih virgin. Kanan-kiri masih berupa tanah kosong dengan hutan cemara udang yang membentang luas, tempat ini indah dengan kealamiannya. Meskipun ini tempat wisata dengan pantai yang tersohor karena keindahannya namun area sekitarnya nggak dirawat seperti selayaknya. Sampah, tanaman-tanaman kering dan tumpukan bebatuan di beberapa sudut bisa kita temui di sana.
Waktu masuk, asumsi saya bakalan rame karena ini hari libur. Begitu liat area parkiran, beberapa mobil yang berjejer membuat saya berpikir ulang. Mungkin di dalam nggak seramai yang saya pikirin. And it was! Meskipun ada sejumlah motor dengan jumlah yang lumayan banyak yang juga diparkir di area yang lebih dekat dengan pantai, tapi suasana pantainya sepi banget. Tenang dan berasa pantai pribadi! :D
Begitu datang, kita berlima langsung duduk menikmati semilir angin di bangku yang menghadap pantai (oh dan di depan kita juga ada seekor kuda yang lagi parkir). Itung-itung ngelurusin kaki setelah 4,5 jam penuh duduk dengan kaki nekuk.
Oh it feels like heaven!
Kaki udah nggak sabar aja pengen segera lari ke pantai, main air, ngerasain pasir pantai. Tapi semua itu harus saya tahan karena si pacar pengen istirahat dulu, saya maklum dia pasti capek setelah nyetir nonstop. Alhasil saya temani dia dulu sebentar sebelum lari ke laut :D
Karena males cebur-ceburan sama pengunjung yang lain, saya jalan ke sebelah barat pantai yang cenderung lebih sepi dan
view-nya ternyata lebih alami. Bukannya warung-warung penjual makanan, di balik bagian pantai yang saya datangi adalah bukit pasir berwarna putih pucat, sedikit berbeda dengan pasir yang ada di bibir pantai. Ngeliat pasir cantik nganggur, saya ajak si pacar main pasir dan pendem kakinya sama scrub muka sekalian. Itung-itung spa gratis, iya ga? :D
Oh dan untuk kali pertama saya ngerasain sun-bathing,
it feels pretty good. Terutama karena pemandangan air laut
torquise sejauh mata memandang terbentang di hadapan saya, desir-desir ombak di bawah kaki dan hembusan lembut angin menyentuh kulit wajah. Oh seandainya saya bisa berada di kondisi itu setiap hari...
Bosan
sun-bathing, saya jalan sedikit masuk ke air dan refleks yang kita rasain begitu masuk air pasti.... main air!!! :D Waktu jalan dengan kaki terendam air, saya juga sempat melihat anak-anak ikan berenang gesit sekali menjauhi tangkapan saya. Mungkin ikan-ikan kecil itu terbawa ombak, bukannya anak-anak ikan suka berenang di sekitar terumbu karang dan rumput laut? Sedangkan di pantai yang saya datangi, nggak ada tuh karang-karang atau padang rumput laut. Atau mungkin saya kurang jauh ke tengah laut? Hmm,
maybe.
Capek main air dan kulit rasanya udah kepanasan, saya ngadem deh di atas bukit pasir putih dan duduk di atasnya dengan beralaskan rerumputan liar. Ngeliat Agus beli kelapa muda, saya jadi pengen. Saya ajak pacar buat beli itu kelapa muda buat diminum bareng karena porsinya gede banget, satu buah kelapa muda dihargai Rp 3500,00. Murah banget gelaakk! Di Surabaya yang kayak gitu nggak boleh tuh segitu.
Usai minum kelapa muda langsung dari buahnya, kami berlima mutusin buat balik ke Surabaya. Lagipula perut juga udah krucuk-krucuk minta diisi. Atas saran salah satu temen kuliah kita yang pribumi situ,
Halida, mampir deh makan di rujak Madura "Bu Sri" yang tempatnya nyempil banget kayak upil. Masuk-masuk gang gitu, jalannya belok-belok, tapi lokasinya di tengah kota. Kata
Halida, kuliner enak di Sumenep ada di tengah kota tapi lokasinya nyempil. Mungkin biar resepnya nggak ditiru kali ya? hehe
Rujak Madura, di lidah saya, serupa macam gado-gado dan tahu telor. Bedanya krupuk yang ada di gado-gado atau tahu telor diganti dengan semacam krupuk melinjo yang lebar-lebar, selain itu ada potongan singkong rebusnya juga.
Overall sih enak buat pengganjal perut :D
Perjalanan hari itu bener-bener menyenangkan, santai
and I enjoy it. Satu hal sih sebenernya yang bikin agak kesel, waktu mau masuk mobil seorang pria mendekati si pacar minta upah. Tadinya sih bilangnya buat uang parkir. Tapi kemudian pacar saya bilang udah bayar, eh si mas-masnya malah berdalih buat biaya pemeliharaan sama kebersihan. Dan nggak tanggung-tanggung, mintanya Rp 10.000,00! Itu 3x lipat dari harga tiket masuknya
for God's sake!!!
Menurut saya sih ngeselin banget. Anggaplah saya mau
traveling hemat, semua pengeluaran udah diperhitungin eh mendadak ada pajak parkir asal-asalan kayak gitu. Mana mintanya juga nggak sopan, nominal yang diminta juga nggak kecil. Kalau di pintu gerbang udah dimintain karcis (yang mana uang yang dibayarin sesuai sama harga yang tertera di karcis), kenapa di dalam masih ditarik uang lagi?
FYI, karcis yang diberikan di pintu masuk itu ada tulisannya "Karcis Parkir" lho.
Bukannya saya nggak peduli sama pemeliharaan lingkungan, tapi seharusnya kalau memang beban pemeliharaan dan kebersihan ditanggung pengunjung, ya lakukan dengan resmi. Seperti dimasukkan dalam karcis retribusi misalnya, bukannya dengan parkir liar kayak gitu dong. Dan hey pemerintah daerah, setahu saya ada anggaran kan buat pemeliharaan lingkungan. Apalagi ini tempat wisata yang (di internet sih) sering dikunjungi wisatawan asing, dan keindahannya masih terjaga. Kenapa nggak berusaha mengangkat potensi wisata sendiri daripada didiemin aja duitnya di brankas?
Selama perjalanan ke Lombang, saya sempat browsing mengenai lokasi wisata itu. Beberapa link mengarahkan saya pada berita mengenai kasus sengketa tanah antara pemerintah daerah dan penduduk lokal terkait dengan pantai Lombang. Ini juga nih biang keladinya, mungkin konflik ini belum kelar sehingga pihak kedua pun memberlakukan 'pajak' tersendiri pada pengunjung. Sebelum menginjak pantai pun saya sempat melihat papan yang berdiri di tengah jalan yang menunjukkan kepemilikan tanah oleh seorang penduduk lokal. Allah aja ngasih kita pantai indah nggak minta pajak apa-apa lho :]
Yah, semoga duit Rp 10.000,00 itu bener-bener difungsikan buat pemeliharaan lingkungan dan kebersihan yang emang beneran dibutuhin (kalau pemerintah emang nggak ngucurin dana buat itu).
Well, kalau ditanya capek atau nggak? Saya bilang sih nggak (iyalah, kan nggak ikut nyetir hehe). Masih lebih capek waktu ke Sempu dulu, karena emang harus trekking dulu. Yang ini, begitu parkir mobil, tinggal jalan sekitar 100 meter aja udah nyampe. Meski demikian, pemandangannya juga nggak kalah cantik lho. Pasir pantainya juga lebih lembut, menyerupai tepung, saya sampai mau ambil spons lho buat bedakan :D
Yang bikin saya suka di pantai ini adalah suasananya nggak terlalu ramai jadi saya bisa bebas lari-larian dan main air tanpa takut dikira gila
or worse, nabrak anak orang. Selain itu, suasana yang tenang bisa bikin pikiran relax dan badan pun jadi santai.
Like those people used to say, "Santai... kayak di pantai..."
Jadi, daripada jauh-jauh ke
Sentosa Island atau malah ke Kuba, di Sumenep, Madura juga ada kok pantai yang bisa buat gulung-gulung atau sekedar melepas penat dengan menikmati pemandangan cantik :]
Oh ya, waktu googling, ada yang bilang di Lombang bisa
snorkling. Waktu di sana sih saya nggak nemuin area yang diperuntukkan untuk itu. Snorkling-nya independen atau ada jasa guide yang bakal nemenin gitu nggak sih? Kan nggak lucu aja kalau mau nekat snorkling trus mendadak harus meeting sama om-om hiu putih.
Or worse, kegulung ombak ganas sampai Raja Ampat.
Should I be thankful or regret, in this case? ;]
Yah, karena saya nggak tau kondisi laut di pantai Lombang seperti apa (juga pantai manapun di negara ini), jadi alangkah baiknya kalau waktu snorkling (atau
diving pun) ada
guide yang menemani. Karena ini menyangkut keselamatan diri sendiri. Lagipula, kita bukan penguasa air, we're nothing under water.
It'd be wise if we trust somebody who capable to guide us down there.
Akhir kata, 4 jam perjalanan dari Surabaya rasanya bukan apa-apa begitu melihat pemandangan di pantai cantik itu.
Just go there and see it yourself! :D
See you on my next trip!
P.S.: more pictures,
hit it here!