Showing posts with label Holiday Trip. Show all posts
Showing posts with label Holiday Trip. Show all posts

Sunday, 4 January 2015

An Adventure with Mom

Batu Holiday: An Adventure with Mom
Bench di Hotel Purnama Batu
Suatu sore nyokap SMS ngajakin ikut pergi bareng "ibu-ibu". Masih belum jelas waktu itu yang dimaksud "ibu-ibu" ini siapa, asumsi saya sih ibu-ibu tetangga rumah saya. Tapi waktu saya konfirmasi lagi, ternyata asumsi saya keliru :p #akibatsotoy Nyokap ngajakin jalan bareng ibu-ibu temen kantornya. Oh well, can I handle this one? Let's see! ;)
Jadi sehari sebelum Natal kami berangkat. Janjiannya sih jam 9 pagi, saya udah bangun lebih awal biar nggak kesiangan dan dateng on time. Eh lah ternyata masih kudu nungguin 1 orang lagi ibu-ibu sampai sejam gitu deh -_-" Jadi resminya kami berangkat jam 10 pagi teng!

Naik mobil elf sewaan yang keliatannya sip, body-nya mulus dan supirnya sopan banget. Perjalanan pun dimulai, saya pilih duduk paling belakang sama nyokap karena kursinya paling panjang jadi ada bagian yang depannya nggak ketutup kursi. Bisa selonjorin kaki deh! :D

Perjalanan sebenernya lancar. Well, macet merambat sih di tol karena menjelang liburan jadi arusnya agak padat. Jalan tol isinya truk besar semua -_-* Rasanya lamaaaaa banget keluar tol-nya karena jalannya pelan-pelan. 

Hingga akhirnya sampai di pertigaan Porong yang di bawah fly over itu, mesin mobil mendadak nyendat-nyendat. Paniklah itu ibu-ibu satu mobil, apalagi kanan kiri itu truk trailer yang gede-gede gitu dan pada ngebel gara-gara mobil kami berhenti di tengah jalan. Berasa dikepung Optimus Prime dah udahan -_-"

Nyokap yang duduk belakang sama saya udah histeris gara-gara jarak mobil kami dan truk di belakang lumayan deket. Sialnya jendela di samping saya nggak bisa dibuka, rasanya pengen teriak ke sopir truk di belakang buat nggak usah ngebel-ngebel. Udah tau jalanan macet juga, honking won't make it faster!

Ketika mesin akhirnya nyala kembali, ibu-ibu yang di depan nyaranin sopirnya buat minggir dulu dan benerin mesinnya dulu. Jadi inget mobil angkot tua, biasanya kalau pas lagi macet kan suka mogok tuh di tengah jalan. Kejadiannya sama persis kayak ini, bedanya mobilnya yang ini lebih bagusan :D

Setelah musyawarah, akhirnya diputuskan buat naik bison alias angkutan yang emang biasa lewat situ. Nyari angkutan yang nggak terlalu penuh biar semua bisa keangkut dan dicarter sampai tujuan berikutnya. Kalau nggak gitu, bisa sampai malem ngendon di jalanan yang penuh truk itu -_-"

Akhirnya nyegat satu mobil angkutan, nego sana-sini dan dapet. Mobil elf yang pas berangkat kami naikin ditinggal, karena mobil pengganti bakal dateng. Kasihan juga sebenernya karena sopirnya udah agak tua, baik dan sopan banget. Waktu itu dia nyetir sendirian, jadi tanpa asisten yang mungkin bisa bantuin benerin mobil atau at least nemenin sambil nunggu mobil pengganti.

Batu Holiday: An Adventure with Mom
Pemandangan dari kebun stroberi di Hotel Purnama
But show must goes on. Perjalanan masih jauh dan harus dilanjutin kalau nggak mau kemalaman di jalan dan nggak bisa ke mana-mana nantinya. 


Friday, 28 December 2012

A super cheap getaway in an oh-so-pricey-world!

Perjalanan ini direncanakan sekitar seminggu sebelumnya, waktu itu penentuan hari pun masih di awang-awang. Satu hal yang pasti, kami akan berlibur ke pantai liburan ini, dengan bujet yang sangat rendah. Mengingat saya harus menabung buat beli 'sesuatu', jadi liburan pun harus pelit begini. Meh :/

Setelah tanya sana-sini, memastikan rute, tiket masuk pantai dan biaya parkir, serta mencari hari baik fixed sudah. Kami berangkat ke pantai yang letaknya masih satu kota di tempat saya dilahirkan, Gresik. Nama pantainya adalah Pantai Delegan, lokasinya ada di Desa Delegan, Kecamatan Panceng. Kalau dari pusat kota Gresik sih sekitar 60 menit perjalanan (dari rumah saya sekitar 45 menit), mau dari Surabaya juga bisa lewat tol Manyar. Dari Tuban malah lebih cepet lagi, mungkin sekitar 30 menit perjalanan kalo dari daerah Paciran :)

Wait a sec, dari tadi bilang 'kami', emang yang berangkat siapa aja? Well, I went there with my boyfriend,  my little brother and Bo :D Ya, kami berangkat berempat, karena Bo harus di-grooming gara-gara kabur beberapa hari lalu dan kehujanan kayak kucing kecemplung got :| 

Kami berangkat pukul 10.30 dan nyampe sana sekitar 11.30 gitu deh. Diiringi awan mendung dan sempet kecipratan hujan rintik-rintik dalam perjalanan, kami optimis di pantai akan terang-terang aja. Well, optimisme mungkin perlu sedikit realistis karena ternyata di pantai pun langit masih kelabu. Suasana pantai yang biasanya terang benderah, cerah ceria jadi gloomy galau nggak semarak kayak biasanya. Belum lagi hari itu bersamaan dengan hari libur anak sekolah se-Indonesia, jadilah pantai (nyaris) kayak cendol saking banyaknya yang nyebur ke laut. Sekitar 5 menit nyampe dan duduk menikmati angin pantai, tiba-tiba ada yang netes dari atas. Awalnya sekali-dua kali, eh kok lama-lama makin banyak dan agak deras. Masa iya saya kecipratan air laut dari anak-anak yang main air? Apparently it was raining. Kali pertama nih ke pantai kehujanan, nggak asik deh :|


Click1130 copy

Akhirnya lari-larian deh nyari tempat teduh di bawah pohon, iyee tau hari hujan nggak disaranin berteduh di bawah pohon. Habisnya tempat tunggu-nya udah 'di-booked' sama para keluarga yang piknik dan berasa di rumah sendiri dengan gelar tiker dan jejer-jejerin makanan.

Untung hujannya nggak lama, begitu terang, langsung balik lagi deh ke pinggir pantai. Kali ini pengen nyobain masuk ke airnya. Honestly, pantai Delegan nggak seindah bayangan saya. Bitter to say but it's not a virgin beach I've been imagined. Pengelolaan pantai memang sudah diatur oleh Pemkab jadi nggak ada tuh yang namanya preman malakin di dalem lokasi wisata, karcis parkir (mobil Rp 6000,-) dan karcis pengunjung (dewasa Rp 6000,-) pun terpisah kayak masuk objek wisata pada umumnya. Di sekitar pantai pun banyak lapak-lapak penjual souvenir dan makanan layaknya objek wisata kondang. Satu hal yang sesuai sama bayangan saya ya pasirnya yang berwarna putih, that's it that's all. Sisanya, udah kayak main ke Kenjeran Surabaya aja. Airnya agak keruh (mungkin dampak pasir di bawahnya) dan nggak berwarna turqoise seperti yang saya bayangkan, warna itu justru kelihatan di kejauhan. Jauh setelah tiang pembatas area aman untuk berenang. 

Suasana pantai selain hiruk pikuk pengunjung yang bermain air, juga riuh karena pengelola depot makan lokal memutar lagu dangdut karaoke kenceng banget pake speaker yang buat kondangan itu. Bener-bener nggak bisa duduk santai menikmati pantai bak private beach. Mana di sudut-sudut tertentu banyak muda-mudi yang lagi mojok sama pacarnya. Duh, di sini banyak anak-anak woy! -___-" 

Waktu masukin kaki ke air pun saya nggak bisa leluasa jalan ke sana ke mari tanpa harus terantuk batu kecil-kecil di dalamnya, belum lagi pecahan karang-karang dan serpihan cangkang kerang yang berserakan di tepi pantai. Duh, saya trauma nih nginjek yang begituan di pantai sejak kejadian kaki bolong dulu itu. Pacar pun ngingetin buat nggak usah lepas sandal meski sejujurnya lebih enak nyeker di medan terjal kayak gini. Mestinya, yang begitu dibersihin karena bahaya banget kalau sampe ada yang nusuk ke kulit kaki, bisa infeksi dan terpaksa harus dibedah deh kayak saya *bukan curhat*. Toh, ada biaya retribusi, kan termasuk biaya kebersihan pantai, bukan?

Nyemplung bentar udah pengen naik lagi ke darat, ombak hari itu lagi tinggi-tingginya, volume air pun jelas keliatan lebih dari semestinya. Penjaga pantai (bukan... bukan kayak yang di Baywatch) berkali-kali mengingatkan pengunjung yang berenang pake pengeras suara buat stay di area yang udah ada batasannya, nggak lebih dari itu. Karena air laut sedang pasang, bahkan sekitar sejam kemudian peringatan itu ditambah; pengunjung diminta untuk berenang di area dengan tiang batasan paling dekat dengan daratan (sekitar 50 meter dari bibir pantai).

Visiting beach that day was a mistake, langit mendung, air pasang, pas liburan anak sekolah = nggak matched. Satu-satunya yang bisa dinikmatin adalah duduk-duduk santai di bangku panjang dari bambu sambil minum es kelapa muda langsung dari buahnya. Sekitar 20 menit saya, pacar dan adek saya duduk di bangku itu ngobrol ngalor-ngidul, ngomentari orang-orang lewat dan suasana pantai. Quite relaxing, to be honest. Just me and two of my favorite men in the world chit-chatting :D


Click1131 copy

Anyway, nggak lama emang saya stay di pantai karena ya itu tadi, crowded beach is just not my kinda beach. Kami pulang dan nyari makan siang mengingat perut mulai meraung-raung minta diisi.
Click1133 copy
pemandangan sepanjang perjalanan pulang, iyaa itu ada bayangan dalem mobil -__-" 

Sepanjang perjalanan mikirin enaknya makan apa yang unik atau belum dicobain sekaligus kenyang #banyakmaunya. Setelah ambil ATM dulu pun masih bingung mau makan apa, akhirnya diputuskan nyobain Otto Bento yang ada di Mal Gresik (iya, 'L'-nya cuma satu, nggak percaya? ke sana aja!). Menunya sih mirip-mirip Hoka-hoka Bento, dari segi rasa... lumayan lah. Bisa dibilang KW1-nya HokBen deh, secara HokBen belum ada di Gresik. 


Click1134 copy
paket irrito 2 :D

Saya yang penggemar berat egg chicken roll HokBen langsung girang begitu liat menu itu di daftar yang ada di Otto Bento, nggak pake mikir langsung mesen deh. Dari segi harga juga nggak jauh beda, harga di Otto Bento udah include tax jadi nggak akan ngerasa 'ditipu' harga yang terpasang di gambar. Kenyang, kenyang deh makan di sana. Satu yang saya sesali, saya lupa nanya bisa delivery ke rumah nggak yaa :(

Overall, I had some fun, so does my brother and my boyfie. Well, I hope Bo had his own little fun too :D It was a super fun journey with both of them, even my little brother caught some of his school friends visiting the same beach as he did.


Kami berangkat berempat, pulang pun berempat. Setelah jemput Bo di pet shop, we're heading our home :)



P.S.: sorry for the bad captures, my mom borrowed Lou so I used my cellphone camera instead. Besides, there weren't so many objects to put my lens on. So, you know ;)

Wednesday, 27 July 2011

A happy ending

Awalnya perjalanan ini bukan perjalanan yang ingin saya lakukan, bener-bener nggak pengen jalan-jalan di situasi di mana banyak hal yang lebih urgent buat dikerjain. Seperti skripsi yang udah dikejar deadline, misalnya.

Namun, detik-detik menjelang keberangkatan, saya meyakinkan diri kalau perjalanan ini bakalan fun. Karena apa? Karena saya bakal jalan-jalan bareng temen-temen saya sendiri, yang mana perjalanan bareng mereka selalu berakhir menyenangkan.

And it was! :D

Meskipun sebenernya saya nggak suka berpergian ke dataran tinggi (because I hate cold weather), tapi perjalanan 3 hari 2 malam kemarin saya nggak begitu ngerasain rendahnya suhu karena kegiatan kita ketawa mulu.

Anyway, emang ngapain sih sebenernya? Dalam rangka apa? Ke mana? Sama siapa aja perginya? Semacam lagu Kangen Band ini jadinya -____-"

Jadi, sepanjang weekend minggu lalu itu saya dan temen-temen sekelas mata kuliah MSDM ikut gathering di Tretes. Acaranya bertujuan buat mendekatkan para anggota peminatan PIO dan para dosen PIO, khususnya kelas MSDM (tujuan ini belakangan baru saya ketahui hehe). Jadi selain mahasiswa, ada dosen-dosennya juga. Tenang, acaranya nggak bikin boring karena bukan kuliah dan kita nggak cuma duduk manis diceramahin para dosen. In fact, dosen dan mahasiswa pada main bareng kayak nggak ada gap sama sekali.

Yap, selain dosen dan mahasiswa, kita juga nyewa jasa trainer buat mengakomodasi games dan judulnya jadi bukan gathering lagi tapi semi outbound :D Berbagai permainan mulai dari yang biasa aja, bikin ngakak sampe rahang pegel dan perut sakit, sampai yang sumpah bikin deg-degan, semuanya sukses ngebangun kita semua jadi satu tim besar yang saya nggak nyangka sebelumnya.


coffee and water
wishes
I wish upon a star

Malam pertama sebelum outbound dimulai, trainer ngasih materi yang mana kita semua diminta buat menuliskan harapan-harapan yang ingin dicapai di akhir gathering nanti. Kebanyakan sih sama, pengen menghilangkan gap antara dosen dan mahasiswa serta di antara mahasiswanya sendiri. Sebenarnya sih dosen-dosen saya itu orangnya asik banget, gaul dan nggak sok tua. Cuma kadang emang rasa segan itu masih ada, jadi timbulah gap. Trus, fyi, MSDM ini mata kuliah di mana kita sekelas dibagi ke dalam kelompok-kelompok kerja yang mana kelompok ini bertahan selama satu semester lamanya. Nggak heran kalau akhirnya kita terbentuk ke dalam klik-klik yang kecenderungannya nge-gap. Nah, harapannya gap ini akan hilang usai gathering berakhir.


my CEO, Pipit
my CEO, Pipit

gather

Melalui permainan yang saya, temen-temen dan para dosen ikuti, proses blending itu pun jadi saya rasain. Semua lepas, melebur tanpa melihat asal kelompok, main sepuasnya, gila-gilaan (ini termasuk dosennya juga lho), gap bener-bener dihilangkan, meskipun rasa hormat masih dijunjung tinggi.


mahar
karaoke pas nganggur. Mulai yang muda, Mahar

pak supri
sampai yang senior, Om Supri :D


forest

the overall view

arrows

green view

Bagian favorit saya adalah waktu malam terakhir, di mana dosen dan mahasiswa berkumpul buat mendialogkan pencapaian harapan gathering yang udah ditentuin di awal sekaligus membicarakan apa aja kekurangan yang dialami selama gathering ini. Nah, titik yang bikin saya enlighten itu pas dosen paling senior di departemen PIO angkat bicara, Pak Ino. Itu rasanya kayak baru aja dapet cobaan yang berat banget, ngerti kan rasanya dapet cobaan itu keselnya minta ampun, trus pas udah lewat kita bisa ngerasain hikmahnya. Saya kayak ditunjukin, ini lho tujuannya kita ngelakuin gathering ini, ini buat kita semua, nggak cuma buat kepentingan kelompok. Emang sih waktu 3 hari 2 malam itu nggak cukup buat ngedeketin kita semua sampai kayak keluarga, tapi udah lebih dari cukup buat mengakrabkan kita ber-25 plus para dosen buat menuju ke tujuan akhir yaitu kebersamaan dan kekeluargaan.


going home
heading home

MSDM crew

Dan bisa saya bilang, gathering kemarin pun berakhir dengan tercapainya tujuan serta harapan and I'd say, this semester is end up in a happy ending :D







Wednesday, 13 July 2011

Oase

Yap, kembali lagi saya menengok blog yang sudah lama tak terjamah ini.
Kali ini saya mau berbagi sedikit cerita perjalanan saya ke Blitar sama nyokap. Ini perjalanan pertama saya berpergian cuma berdua doang sama nyokap, nggak seru-seru amat sih cuma lumayan lah buat quality time berdua.
Seminggu sebelum keberangkatan...
Mom: Mbak, ikut yuk mama jalan-jalan?
Moi: Ke mana?
Mom: Ke Blitar
Moi: gyahahahahahaa ke makam Bung Karno?
Mom: mhmm...
Moi: gyahahahahahaa kirain jalan-jalan ke mana, Ma. Ke Singapur kek-
Mom: (udah siap-siap mau bekep pake bantal)
Ada event apa emangnya kok destinasi ke Blitar? Ceritanya perjalanan ini terjadi karena saya diajak nyokap buat nemenin biar nggak jayus di jalan. Kami pergi nggak cuma berdua doang, ada sebis isinya orang-orang se-RT. FYI, keluarga saya baru pindahan dan berpergian sendirian bareng orang-orang baru yang udah pada kenal bukan agenda yang oke, maka nyokap pun ngajak saya.
Mengingat saya jarang banget hore-hore bareng nyokap (karena saya, istilahnya, my father's daughter), perjalanan ini pun jadi salah satu upaya buat nyenengin nyokap. Bus berjalan sekitar 4 jam menuju Blitar, tujuannya adalah Makam presiden pertama kita, Bung Karno.
Blitar
photo by my Mom
Ini adalah kunjungan saya yang pertama di Blitar dan otomatis ke makam Bung Karno, nyokap sendiri udah yang ketiga kalinya. Bus berhenti di area parkir khusus wisatawan dan untuk ke area makam, udah disediain becak wisata yang PP cuma Rp 10.000. Yah, itung-itung memakmurkan wisata lokal lah yaa. Turun dari bus, sejujurnya, saya suka sama atmosfer kota Blitar. Sejuk, tapi nggak dingin yang kayak di Batu itu. Suhu kotanya sendiri masih cenderung hangat, tapi angin yang sesekali berhembus itu yang bikin udara jadi sejuk. Hmmmm.....
Memasuki area makam, saya dibuat takjub dengan arsitektur bangunan lokasi wisata andalan kota Blitar ini. Kalau biasanya makam-makam yang dijadiin tempat wisata selalu identik dengan gapura, desain arsitektur kuno dari jaman majapahit, yang ini? Juara! Top deh buat pemerintah kota Blitar yang niat banget mendesain arsitektur lokasi wisata utamanya. Bener-bener modern, apalagi ada perpustakaan umum yang bisa dikunjungi anak-anak. Mana ada coba tempat wisata pemakaman yang punya perpustakaan buat anak-anak? Yang ada juga pada kabur tuh bocah-bocah. Mungkin karena, remind me if I wrong, Bung Karno lulusan arsitektur, jadi pemerintah juga malu dong masa lulusan arsitektur yang selalu bervisi ke depan makamnya bergaya jaman kerajaan. Sepanjang perjalanan menuju makamnya sendiri pun para pengunjung diberi pemandangan cantik yang modern dengan hiasan kolam ikan di tengah-tengah dan pilar-pilar yang menjulang mempertegas kesan urban. Agak jauh sedikit dari pintu masuk, di sini lah ke-khas-an makam di Indonesia. Gapura raksasa menjulang sebagai pintu pembatas area makam, sekitar 5m dari situ terdapat pendopo di mana makam Bung Karno berada. Ketika melangkah melewati gapura, di sisi kiri terdapat masjid yang pintunya dihiasi ornamen ukir yang bikin desain masjidnya unik.
Puas menikmati indahnya arsitektur area makam Bung Karno, perjalanan lanjut ke kota Jombang. Lho ada apa emang di sana? Saya sendiri baru tahu kalo trip ini bakal ke dua kota beberapa jam sebelum hari H. Rencananya kita mau mengunjungi makam Gus Dur, jadi ceritanya trip sehari ini judulnya "Kunjungan Wisata Makam Mantan Presiden Indonesia", minus makam Soeharto. Karena satu dan lain hal, kunjungan ke Jombang jadi nggak asik dan saya BT sampai perjalanan pulang (mungkin yang ngikutin twitter saya waktu itu tahu kenapa). Akhir cerita, jalan-jalan sama nyokap lumayan lah, secara saya jarang banget nih quality time sama nyokap. Biasanya sama bokap dan kebanyakan juga sama bokap, secara I'm my father's daugther :D
Mana fotonya??? Tenang, saya nggak lupa bawa Lou kok. Klik ini aja yaa :]
-- -- -- -- --
Nggak ada plan sebenernya buat dateng ke acara yang dipersembahkan khusus buat kaum perempuan ini. Ice Woman Chapter, sebuah event di mana kita para cewek bisa bebas belanja tanpa perlu takut dijutekin cowoknya karena kelamaan keliling booth. Saya dateng atas ajakan mbak Anty (as usual) dan lumayan bisa pake kartu pass gratisan :D Kebetulan dia dapet jatah jaga salah satu stand hari itu, Bikeberry (komunitas sepeda pengguna Blackberry). Jadilah di dalam hall kita berdua kalap masuk ke sana-sini, bingung mau beli yang mana. Setelah saya keliling (entah berapa kali), kesimpulannya saya pengen beli ransel model koper yang lucu banget. Masalahnya duit di dompet nggak mencukupi, terpaksa deh saya meninggalkan booth si ransel koper dengan wajah sedih. Mungkin lain kali ya, cutie baggie :[
with Anty
with my lovely bestie, Anty
Oh ya, selain event belanja, ada juga stand-stand komunitas mulai dari Kaskus region Surabaya, sepeda (Bikeberry misalnya), film indie sampai pameran artwork dari seniman perempuan yang bernaung di bawah nama BRAngerous. Ini nih yang sebenernya bikin saya interested pertama kali baca spanduknya di jalan, judulnya di situ sih art gallery tapi saya nggak nyangka kalo ternyata pameran artwork kontemporer yang gayanya saya suka banget, pop! :D
cute ehmy fave!
Waktu ngelihat karya-karya yang dipajang rasanya jantung saya deg-degan, adrenalin meningkat saking excited-nya. Biasanya karya-karya semacam ini cuma bisa dinikmatin sebagai ilustrasi di majalah, paling banter meramaikan desain kaos-kaos distro. Di pameran ini, pop artwork bisa diterapkan di beragam media. Love it!!
Anyway, BRAngerous sendiri merupakan komunitas dan infonya bisa dibaca di sini :]
How's your life goin', mate? ;]

Monday, 30 May 2011

Oh I hit it again!

It's been a while, huh?

Yah, udah lama juga nggak posting travel journal lagi ya. Kali ini saya mau nulis tentang perjalanan saya lagi. Destinasi yang jadi target saya adalah Pantai Lombang, Sumenep yang ada di Pulau Madura.

Oh kenapa mendadak pengen ke sana?

Berawal dari foto yang saya lihat di galeri punya mbak Titis setahun lalu, pada bagian caption ada keterangan tentang lokasi pemotretan yang ternyata ada di Lombang, Sumenep. Di foto, pantainya berpasir putih dan kelihatan cantik sekali. Saya tanya deh sama mbak Anty, secara dia udah sering banget ke Madura. Ternyata dia juga tau pantai itu dan tanpa babibu kita rencanain trip ke Lombang dalam waktu dekat. Err... 'waktu dekat' ini sebenarnya adalah Desember tahun 2010 lalu, tapi karena kesibukan dan jadwal kuliah yang nggak bisa ditawar, akhirnya rencana ini baru bisa terlaksana tahun ini.

Mungkin saya perlu berterima kasih pada pemerintah yang udah ngasih hari libur tambahan pada tanggal 16 Mei kemarin. Begitu ngeliat tanggal merah yang berderet, mbak Anty ngajakin jalan-jalan. Awalnya mau ke baby zoo karena saya udah lama ngidam ke sana, tapi ngebayangin wahana liburan di long weekend pasti bakalan kayak es dawet saking ramenya. Saya ogah kalo harus desak-desakan dan ujungnya nggak bisa nikmatin suguhan hiburan yang disajikan. Tercetuslah Lombang sebagai tujuan jalan-jalan kita akhirnya. "Mumpung libur panjang", kata mbak Anty.

Ada benernya juga, pikir saya. Rencana sih berangkat hari Senin, tapi ternyata si pacar ada urusan dan mbak Anty juga jadinya diundur hari Selasa-nya. Hari itu sekaligus hari besar buat saya dan si pacar ;]

Anyway, hari demi hari berlalu, jumlah anggota yang berangkat bolak-balik berubah dan akhirnya kurang sehari mbak Anty mutusin batal ikut karena urusan keluarga. Saya sempat mau ngebatalin buat nggak berangkat aja, karena nggak tau jalan ke sana sama sekali. Tapi si pacar minta buat berangkat aja, alasannya udah terlanjur ngajak banyak orang. Berbekal nekat, kita berangkat deh ke Sumenep dengan pengetahuan tentang rute yang pas-pasan (baca: cuma pacar doang yang tau jalan). Oh and FYI, saya jadi Sanchai sehari gara-gara formasi yang ikut adalah 4 cowok dan saya satu-satunya yang paling cantik :p

Perjalanan memakan waktu 4 jam lebih 30 menit, karena kita harus nanya-nanya dulu waktu mendekati area Lombang dan itu lumayan memakan waktu sekitar setengah jam. Memasuki area wisata, kami disambut gerbang khas dengan bilik karcis di tengahnya. Biaya masuknya cukup murah lho, Rp 3000,00 per orang dan Rp 5000,00 untuk satu mobil.

Setelah bayar karcis, masuklah kita ke dalam area yang ternyata bener-bener masih virgin. Kanan-kiri masih berupa tanah kosong dengan hutan cemara udang yang membentang luas, tempat ini indah dengan kealamiannya. Meskipun ini tempat wisata dengan pantai yang tersohor karena keindahannya namun area sekitarnya nggak dirawat seperti selayaknya. Sampah, tanaman-tanaman kering dan tumpukan bebatuan di beberapa sudut bisa kita temui di sana.

Waktu masuk, asumsi saya bakalan rame karena ini hari libur. Begitu liat area parkiran, beberapa mobil yang berjejer membuat saya berpikir ulang. Mungkin di dalam nggak seramai yang saya pikirin. And it was! Meskipun ada sejumlah motor dengan jumlah yang lumayan banyak yang juga diparkir di area yang lebih dekat dengan pantai, tapi suasana pantainya sepi banget. Tenang dan berasa pantai pribadi! :D

Begitu datang, kita berlima langsung duduk menikmati semilir angin di bangku yang menghadap pantai (oh dan di depan kita juga ada seekor kuda yang lagi parkir). Itung-itung ngelurusin kaki setelah 4,5 jam penuh duduk dengan kaki nekuk. Oh it feels like heaven!

feet vs water
Kaki udah nggak sabar aja pengen segera lari ke pantai, main air, ngerasain pasir pantai. Tapi semua itu harus saya tahan karena si pacar pengen istirahat dulu, saya maklum dia pasti capek setelah nyetir nonstop. Alhasil saya temani dia dulu sebentar sebelum lari ke laut :D

yayy
watersteps
Karena males cebur-ceburan sama pengunjung yang lain, saya jalan ke sebelah barat pantai yang cenderung lebih sepi dan view-nya ternyata lebih alami. Bukannya warung-warung penjual makanan, di balik bagian pantai yang saya datangi adalah bukit pasir berwarna putih pucat, sedikit berbeda dengan pasir yang ada di bibir pantai. Ngeliat pasir cantik nganggur, saya ajak si pacar main pasir dan pendem kakinya sama scrub muka sekalian. Itung-itung spa gratis, iya ga? :D

Oh dan untuk kali pertama saya ngerasain sun-bathing, it feels pretty good. Terutama karena pemandangan air laut torquise sejauh mata memandang terbentang di hadapan saya, desir-desir ombak di bawah kaki dan hembusan lembut angin menyentuh kulit wajah. Oh seandainya saya bisa berada di kondisi itu setiap hari...

Bosan sun-bathing, saya jalan sedikit masuk ke air dan refleks yang kita rasain begitu masuk air pasti.... main air!!! :D Waktu jalan dengan kaki terendam air, saya juga sempat melihat anak-anak ikan berenang gesit sekali menjauhi tangkapan saya. Mungkin ikan-ikan kecil itu terbawa ombak, bukannya anak-anak ikan suka berenang di sekitar terumbu karang dan rumput laut? Sedangkan di pantai yang saya datangi, nggak ada tuh karang-karang atau padang rumput laut. Atau mungkin saya kurang jauh ke tengah laut? Hmm, maybe.

oh helloww
Capek main air dan kulit rasanya udah kepanasan, saya ngadem deh di atas bukit pasir putih dan duduk di atasnya dengan beralaskan rerumputan liar. Ngeliat Agus beli kelapa muda, saya jadi pengen. Saya ajak pacar buat beli itu kelapa muda buat diminum bareng karena porsinya gede banget, satu buah kelapa muda dihargai Rp 3500,00. Murah banget gelaakk! Di Surabaya yang kayak gitu nggak boleh tuh segitu.

Usai minum kelapa muda langsung dari buahnya, kami berlima mutusin buat balik ke Surabaya. Lagipula perut juga udah krucuk-krucuk minta diisi. Atas saran salah satu temen kuliah kita yang pribumi situ, Halida, mampir deh makan di rujak Madura "Bu Sri" yang tempatnya nyempil banget kayak upil. Masuk-masuk gang gitu, jalannya belok-belok, tapi lokasinya di tengah kota. Kata Halida, kuliner enak di Sumenep ada di tengah kota tapi lokasinya nyempil. Mungkin biar resepnya nggak ditiru kali ya? hehe

rujak madura
Rujak Madura, di lidah saya, serupa macam gado-gado dan tahu telor. Bedanya krupuk yang ada di gado-gado atau tahu telor diganti dengan semacam krupuk melinjo yang lebar-lebar, selain itu ada potongan singkong rebusnya juga. Overall sih enak buat pengganjal perut :D

Perjalanan hari itu bener-bener menyenangkan, santai and I enjoy it. Satu hal sih sebenernya yang bikin agak kesel, waktu mau masuk mobil seorang pria mendekati si pacar minta upah. Tadinya sih bilangnya buat uang parkir. Tapi kemudian pacar saya bilang udah bayar, eh si mas-masnya malah berdalih buat biaya pemeliharaan sama kebersihan. Dan nggak tanggung-tanggung, mintanya Rp 10.000,00! Itu 3x lipat dari harga tiket masuknya for God's sake!!!

Menurut saya sih ngeselin banget. Anggaplah saya mau traveling hemat, semua pengeluaran udah diperhitungin eh mendadak ada pajak parkir asal-asalan kayak gitu. Mana mintanya juga nggak sopan, nominal yang diminta juga nggak kecil. Kalau di pintu gerbang udah dimintain karcis (yang mana uang yang dibayarin sesuai sama harga yang tertera di karcis), kenapa di dalam masih ditarik uang lagi? FYI, karcis yang diberikan di pintu masuk itu ada tulisannya "Karcis Parkir" lho.

Bukannya saya nggak peduli sama pemeliharaan lingkungan, tapi seharusnya kalau memang beban pemeliharaan dan kebersihan ditanggung pengunjung, ya lakukan dengan resmi. Seperti dimasukkan dalam karcis retribusi misalnya, bukannya dengan parkir liar kayak gitu dong. Dan hey pemerintah daerah, setahu saya ada anggaran kan buat pemeliharaan lingkungan. Apalagi ini tempat wisata yang (di internet sih) sering dikunjungi wisatawan asing, dan keindahannya masih terjaga. Kenapa nggak berusaha mengangkat potensi wisata sendiri daripada didiemin aja duitnya di brankas?

Selama perjalanan ke Lombang, saya sempat browsing mengenai lokasi wisata itu. Beberapa link mengarahkan saya pada berita mengenai kasus sengketa tanah antara pemerintah daerah dan penduduk lokal terkait dengan pantai Lombang. Ini juga nih biang keladinya, mungkin konflik ini belum kelar sehingga pihak kedua pun memberlakukan 'pajak' tersendiri pada pengunjung. Sebelum menginjak pantai pun saya sempat melihat papan yang berdiri di tengah jalan yang menunjukkan kepemilikan tanah oleh seorang penduduk lokal. Allah aja ngasih kita pantai indah nggak minta pajak apa-apa lho :]

Yah, semoga duit Rp 10.000,00 itu bener-bener difungsikan buat pemeliharaan lingkungan dan kebersihan yang emang beneran dibutuhin (kalau pemerintah emang nggak ngucurin dana buat itu).

Well, kalau ditanya capek atau nggak? Saya bilang sih nggak (iyalah, kan nggak ikut nyetir hehe). Masih lebih capek waktu ke Sempu dulu, karena emang harus trekking dulu. Yang ini, begitu parkir mobil, tinggal jalan sekitar 100 meter aja udah nyampe. Meski demikian, pemandangannya juga nggak kalah cantik lho. Pasir pantainya juga lebih lembut, menyerupai tepung, saya sampai mau ambil spons lho buat bedakan :D

Yang bikin saya suka di pantai ini adalah suasananya nggak terlalu ramai jadi saya bisa bebas lari-larian dan main air tanpa takut dikira gila or worse, nabrak anak orang. Selain itu, suasana yang tenang bisa bikin pikiran relax dan badan pun jadi santai. Like those people used to say, "Santai... kayak di pantai..."

Jadi, daripada jauh-jauh ke Sentosa Island atau malah ke Kuba, di Sumenep, Madura juga ada kok pantai yang bisa buat gulung-gulung atau sekedar melepas penat dengan menikmati pemandangan cantik :]

Oh ya, waktu googling, ada yang bilang di Lombang bisa snorkling. Waktu di sana sih saya nggak nemuin area yang diperuntukkan untuk itu. Snorkling-nya independen atau ada jasa guide yang bakal nemenin gitu nggak sih? Kan nggak lucu aja kalau mau nekat snorkling trus mendadak harus meeting sama om-om hiu putih. Or worse, kegulung ombak ganas sampai Raja Ampat. Should I be thankful or regret, in this case? ;]

Yah, karena saya nggak tau kondisi laut di pantai Lombang seperti apa (juga pantai manapun di negara ini), jadi alangkah baiknya kalau waktu snorkling (atau diving pun) ada guide yang menemani. Karena ini menyangkut keselamatan diri sendiri. Lagipula, kita bukan penguasa air, we're nothing under water. It'd be wise if we trust somebody who capable to guide us down there.

Akhir kata, 4 jam perjalanan dari Surabaya rasanya bukan apa-apa begitu melihat pemandangan di pantai cantik itu. Just go there and see it yourself! :D





See you on my next trip!





P.S.: more pictures, hit it here!

Tuesday, 1 March 2011

KKN #5: Extended

Tinggal di desa yang jauh dari modernitas tentu merupakan suatu pengalaman baru buat saya. Apalagi tinggal serumah bareng 21 orang yang hampir semuanya baru saya kenal kurang dari 3 bulan.

Sampang, sejatinya masih memiliki alam yang masih belum terjamah. Terutama di desa tempat saya KKN, desa Aengsareh. Dari 6 dusun yang ada, semuanya masih hidup dengan mengandalkan fasilitas seadanya. Hal ini membuat saya lalu membayangkan suatu tempat yang semuanya serba mudah karena teknologi merupakan tools utama yang digunakan sehari-hari. Melihat keadaan di desa tempat saya KKN ini, membuat saya lalu membayangkan Jakarta. Teringat bagaimana tidak seimbangnya pembangunan di negeri ini.

Listrik di rumah yang saya tempati, berbagi dengan rumah di sebelahnya. Jadi setiap kali penggunaan listrik di rumah kontrakan yang kami tempati berlebihan, akan memadamkan listrik di dua rumah sekaligus. Buat kami yang terbiasa hidup menggunakan listrik tak berbatas, tentu hal tersebut lumayan merepotkan. Sampai akhirnya penggunaan sejumlah barang elektronik harus dijadwal dan dibatasi supaya nggak bolak-balik jeglek (listrik mati).

Waktu melihat kondisi sekolah (SD), sebagian besar gedungnya sih lumayan memadai, nggak sampai yang reyot-reyot banget. Hanya saja kondisi lapangan yang masih belum berpaving membuat sekolah tampak tidak terawat dengan rumput-rumput liar yang tumbuh di mana-mana. Hebatnya lagi, dalam satu desa itu hanya ada 1 TK yang kelihatan lumayan mewah seperti TK-TK di kota. Yang mencengangkan, justru pendidikan anak usia dini (PAUD) banyak berkembang di sana. Meski dengan fasilitas yang seadanya, menggunakan mushola atau ruangan sempit pun jadilah sebuah PAUD. Saya salut dengan semangat warga sekitar yang berinisiatif mendidik anak-anak di usia yang masih sangat kecil. Nggak gampang lho mengajar anak-anak yang masih berada dalam tahap perkembangan awal. Harus sabar, harus telaten. Konon saya dengar, guru yang mengajar tidak mendapatkan insentif apa-apa. Semakin salut! Rupanya semangat Bu Muslimah nggak cuma ada di Bangka-Belitong. Yah, semoga nanti ada yang berbaik hati mendanai sekolah-sekolah kecil itu supaya pendidikan di sana lebih baik :]

Selain kondisi sekolah, jalur untuk menuju sekolah juga beberapa tidak mudah. Ada 1 sekolah yang letaknya di atas bukit, untuk naik ke sana jalannya sebagian besar sudah beraspal tapi rusak berat. Alhasil, waktu saya ke sana, rasanya kayak lagi off-road naik motor. Belum lagi jalannya menanjak mulu, ngeri man! Waktu lomba mewarnai, kendala yang saya alami adalah salah satu sekolah tidak bisa ikut berpartisipasi karena jauhnya lokasi tempat siswa tinggal dengan sekolah yang dijadikan lokasi perlombaan. Yang baru saya sadari, di sana transportasi juga minim. Kalau nggak ada motor atau mobil, ya nggak bisa jauh-jauh perginya. Angkutan kota yang saya lihat pun nyaris tidak ada, dan ngerinya, kendaraan yang lalu lalang pada suka nyetir dengan kecepatan tinggi. Sepertinya haram buat nyetir dengan range speed 40-60 km/h -_____-"

Tinggal jauh dari modernitas dan orangtua juga membuat saya banyak belajar. Kalau mau makan nggak bisa tinggal buka tutup saji trus ambil lauk, harus masak dulu, bangun pagi (dalam kamus saya jam 9 itu pagi lho :p), belanja ke pasar, motong-motong bahan. Waktu sudah mateng, apetite bisa-bisa udah hilang duluan karena kelamaan nunggu. Jadi waktu makan, nggak begitu habis banyak. Tapi lama-lama setelah udah mengenal kota Sampang, tahu tempat-tempat terdekat yang jual makanan enak, agenda masak-masak di pagi hari dihapuskan diganti dengan belanja nasi bungkus buat sarapan di kota :D

Bareng2
Cowok
nasi
Malam terakhir di Sampang, makan bareng ala OSPEK

Oh anyway, soal makanan, alhamdulillah makanan yang saya makan selama di Sampang nggak jauh beda sama di Surabaya. Dan mengingat Sampang atau Madura pada umumnya terkenal dengan bebek gorengnya, alhasil saya pun bisa makan menu bebek goreng 2-3 kali dalam seminggu. Padahal kalau di Surabaya saya harus menahan diri kalau nggak mau dijewer nyokap gara-gara kandungan kolesterolnya yang tinggi ;] Nggak ada menu khas sih di sana, paling juga bebek songkem. Itupun saya nggak nyobain karena nggak suka. Selebihnya makanannya hampir sama kayak di Surabaya.

Well, tempat saya KKN mungkin masih minim fasilitas modern seperti di kota. Tapi justru itulah yang bikin desa itu tetap seperti desa yang sudah kita kenal selama ini: hidup sederhana, bertani, masyarakat yang ramah. Mungkin dengan jauhnya dari jamahan tangan-tangan yang tak bertanggungjawab, Aengsareh bisa mempertahankan keasliannya, mempertahankan alamnya.

Oh ya, di postingan sebelumnya saya sempat menyebutkan tentang Pulau Mandangin. Ada kisah unik di balik nama Mandangin itu sendiri. Di desa tempat saya KKN juga ada dusun yang namanya Mandangin dan kata penduduk sekitar, dulunya pulau itu terbentuk karena ditendang oleh Semar sehingga terpisah dari daratan utama. Entah kenapa saya lalu membayangkan Tangkuban Perahu ;D

Kalau ditanya, "Betah nggak sih tinggal di sana?" saya bilang 'betah' atau 'lumayan'. Karena desa tempat saya KKN itu alhamdulillah nggak parah-parah banget primitifnya, makanan juga masih layak, air bersih bukan masalah, listrik juga ada meski terbatas, masih dekat Indomart dan Alfamart, jarak dari kota sekitar 10-15 menit naik motor. Jadi bisa dibilang desa Aengsareh masih tergolong desa yang modern, meski penduduknya memutuskan hidup dengan kondisi yang seadanya. Beda banget sama anak-anak KKN yang sehari bisa 5-6 kali ke Indomart beli cemilan :D

Bonusnya, meski dekat dengan kota tapi kita bisa menikmati pemandangan alam yang luar biasa. Okelah saya ngaku emang nggak pernah ke desa (kedua orangtua saya besar di kota jadi, saya nggak pernah mudik hehe). Jadi lihat sawah terhampar yang hijau itu overwhelming. Tapi siapa sih yang nggak menahan napas waktu lihat pemandangan dari atas bukit, apalagi yang di bawahnya selain ada sawah juga ada lautan? Itu semua cuma ada di Sampang sodara-sodara, tepatnya di desa Aengsareh ;]

Dari pengalaman KKN ini saya juga jadi menyadari, bahwa negara kita ini masih agraris, nggak semuanya mengusung budaya urban dengan membangun mall gila-gilaan. Masih ada yang mengandalkan ladang dan sawah buat bertahan hidup, masih ada yang nggak pingsan karena nggak bisa update status FB. Inilah Indonesia, dengan kelebihan dan kekurangannya. Saya sempat tanya sama Ema yang emang asli Malaysia, dia bilang di negaranya nggak ada tempat yang desa banget kayak tempat kita KKN. Entah kenapa saya malah bangga, itu artinya negara kita masih alami. Masih mendukung kelestarian alam dengan nggak membabat habis hutan dan sawah buat pemukiman. Bangga dong punya negara yang masih hijau :] Mungkin kelestarian ini hanya perlu diimbangi dengan fasilitas yang selayaknya diterima oleh masyarakatnya.

Alright, mungkin sampai di sini dulu tulisan saya tentang hari-hari saya selama KKN (atau tentang holiday ya ini? hehe). Banyak yang sebenarnya ingin dituliskan tapi rasanya lebih seru kalau merasakan sendiri ;] Jadi, nggak ada salahnya kalau holiday trip nanti dijadwalkan buat mengunjungi pedesaan-pedesaan di negara kita. Mengunjungi pulau-pulau virgin yang masih belum terjamah tangan-tangan usil dan tentunya nggak kalau memukau dibanding pulau-pulau di Karibia or even St.Bartz :]




Have a nice day, people!






Friday, 25 February 2011

KKN #4: It's time to say goodbye

Sepanjang saya di Sampang, saya belum pernah melihat langit merah ala sore milik Sampang. Jadilah saya, Ayik dan Putra cabut ke sawah buat nungguin langit bersemu merah sisa hari KKN.

Dusk01
Dusk02

Sawah dari tempat kontrakan itu seperti Plaza Surabaya dan WTC, sebelahan, tetanggaan. Jadi tinggal nyebrang doang udah sawah-sawah.
Lihat sawah-sawah waktu matahari menguning itu cantik banget, daun-daun padi jadi kelihatan hijau terang yang bikin mood jadi nyaman. It was fabolous!

Jalan dikit lagi agak ke dalam desa dan melihat lebih banyak lagi sawah tapi frame langitnya lebih bagus lagi kayak di kalender, dengan matahari yang mulai bersembunyi di balik horizon. Cantik :]


Suatu malam saya diajakin pergi ke Api Tak Kunjung Padam, awalnya saya nggak berminat. Karena objek wisata yang seperti itu bukan objek wisata favorit saya, pikiran saya waktu itu "Nggak ada target buat motret". Tapi buat nemenin Ayik, bolehlah.


Pergi berempat bareng Ryo dan Putra, meninggalkan kota Sampang dan masuk ke Pamekasan. Jalur masuk ke objek wisata juga nggak bisa dibilang mulus, istilahnya, jalannya makadam. Memang ada bekas aspal, tapi sebagian besar sudah rusak berat dan kalau nggak hati-hati bisa oleng masuk sawah. Apalagi waktu itu kita ke sana malam hari. Horror to the max!

Api01

Sesampainya di sana, bayangan saya adalah sebuah area luas dengan lidah api tersebar menjulur-julur dari bawah tanah. Tapi yang saya dapati adalah sebuah lingkaran berpagar yang di dalamnya, yah, ada api yang tersebar menjulur-julur dari dalam tanah. Di beberapa titik malah digunakan untuk memasak oleh penduduk sekitar. Di sekeliling lingkaran itu juga tercium bau gas yang khas, Putra dan Ryo sempat menyebutkan nama gasnya tapi saya lupa hehe. Karena siangnya sempat hujan, jadi beberapa titik dalam lingkaran itu tidak menjulurkan api. Tapi kata dua cowok tadi, begitu tanahnya kering, apinya bakal keluar lagi. Lumayan takjub sih melihat ada api yang bisa menjulur dari bawah tanah begitu. But still, it ain't my fave object to shot :]

Api02

Dan Api Tak Kunjung Padam adalah objek terakhir yang saya kunjungi selama KKN yang sudah berlangsung sekitar sebulan. Nggak terasa emang, meski awalnya saya dan temen-temen sekamar sempet bikin kalender (nyomot kalender program yang dibikinin sekretaris) yang bisa dicoretin supaya kita bisa bilang "Wah udah H-sekian!" atau "Kurang 3 hari lagi kita pulang!".

Tapi semakin ke sini kalender itu udah nggak ada pengaruhnya lagi karena waktu bergulir cepet banget. Tiba-tiba udah minggu terakhir aja, padahal rasanya kemarin baru naruh koper di kamar trus jatuh ke kasur kelelahan.


Saya ngerasain KKN ini, yah, seperti mindset awal: latihan sebelum backpacking. Saya anggap ini liburan ke desa dan memang itu yang saya rasakan bareng temen-temen saya setim. Sama sekali nggak kerasa kayak orang KKN, atau memang KKN itu ya seperti ini? Hahaa


Ngantri mandi nggak pagi nggak malam, masak-masak bareng, goncengan bertiga, kadang malah nggak pake helm semua, main gitar, nyanyi-nyanyi malam-malam sampai ditegur tetangga (maaf ya, Pak, kita suka bikin ribut hihi), sampai joget-joget nggak jelas di hadapan masyarakat se-Sampang di event karnaval HUT Sampang. Semuanya jadi memori tersendiri buat saya.


Konflik? Tentu aja ada, baik secara personal atau terhadap tim saya sendiri. Tapi itu nggak bertahan lama karena tim saya solid dan permasalahan sepertinya enggan nongol lama-lama sama kita hehe. Saya nggak pernah ngerasa males temenan sama si A atau enggan deket-deket si B. Hebatnya, saya masih bisa toleran sama semua kekurangan teman-teman saya setim dengan tetap menjaga hubungan baik sama mereka. Padahal, in real life, saya udah jauhin itu orang sejauh-jauhnya. Itulah hebatnya tim saya, mereka menciptakan atmosfer seru yang bikin anggotanya betah dan nyaman di dalamnya.


Lewat postingan ini saya mau bilang makasih banyak sama temen-temen sekamar saya: Nanda yang anak-anak di luarnya tapi dewasa banget di dalam, Endah yang aslinya ngemong banget, Lilla yang mengingatkan saya sama temen SD saya dulu dan bikin saya geleng-geleng karena dia gamers sejati, "Bu Dokter" Dita yang hobi ninggalin barang-barangnya di mana-mana dan yang terakhir Ayik, teman sefakultas yang tadinya nggak deket dan ternyata hobi jalan-jalan juga. I'm gonna miss you all guys! Miss our moments together. Nggak peduli meski kamar kita dibilang kamar pemalas dibanding kamar sebelah, tapi tetep kamar kita paling seru! Berkat kalian saya betah ikut KKN ini, kalian lah yang pertama jadi motivator saya buat bertahan di KKN ini meski kalian nggak pernah sadar ;D I love you all!

Buat "Aengsareh Gank", kalian bikin KKN saya berarti banget, kalian adalah temen-temen baru yang rasanya udah saya kenal lama (Well, kecuali Dines kayaknya hehe). Dengerin celotehan "Pak Ketu" Denis yang medoknya selalu bikin ketawa, celetukan Bram yang cool dan sekaligus bikin pengen jitak, Debi dengan senyum zombie dan muka seriusnya yang malah bikin ngakak, Tika yang rajin dan kadang jadi ibunya anak-anak, Rizma yang selalu bikin rame, Tantu yang bak 'singa dilepas dari kandangnya' hehe, Alvin si gadget freak dan pangeran bergitar yang kalau ketawa mukanya bakpao semua, Ema si makcik Malay yang suka digodain anak-anak, JP (nama aslinya Ayu) yang mungil dan polos tapi makannya setara Putra, Rizca yang juga medok dan polos banget kalo nanya, Ryo yang multikultur dan sering jadi tombol subtitle kalau lagi ngobrol sama penduduk lokal hehe, Putra yang selalu ready kalau diajakin jalan, Dio yang suka bawa-bawa kertas sama pensil buat memuaskan hobi menggambarnya, Aji yang malesnya amit-amit tapi kadang bikin ngakak juga, Ayu "Nipponmoto" (karena ini juga yang bikin Ayu JP dipanggil JP doang, julukannya diambil karena dia dari Sastra Jepang, anak-anak iseng ngawur ngasih nama yang berbau Jepang) yang bawaannya tenang, orangnya murah senyum dan terakhir, Dines, temen SMP yang ketemu lagi di KKN ini, ternyata makin gendut dan diam-diam suka mellow sendiri sambil bawa gitar hahaa. Gonna miss you all guys! I'm so glad to have you all in my life. Makasi banget udah menciptakan tim yang menyenangkan buat kita semua :D


All of US

Dan yang terakhir, saya mau mengucap syukur pada Sang Pemberi Rizki. Karena-Nya saya bisa KKN di tempat yang nyaman, dengan tetangga yang ramah dan welcome sekali, bersama tim yang menyenangkan dan solid, melalui momen yang tidak pernah membuat saya sedih dan sulit untuk dilupakan.

Alhamdulilllahirabbilalamin :]


Sampai ketemu lagi lain waktu, Sampang!

Thursday, 24 February 2011

KKN #3: Dear Escape

Dan tibalah minggu terakhir yang dinanti-nanti itu.

LPJ kelar, program juga sudah habis, tinggal presentasi akhir ke kecamatan yang menanti.

Sepanjang minggu terakhir ini, kami semua jadi rajin jalan-jalan. Termasuk belanja oleh-oleh dan keluyuran tanpa tujuan yang jelas :D

Suatu waktu ada yang ngajakin nonton Karapan Sapi. Ya, karapan sapi khas Madura itu. Setahu saya karapan sapi ini hanya dihelat bulan Agustus, tapi ternyata di luar bulan Agustus juga ada. Seisi rumah keluar menuju tempat karapan sapi diadakan. Transportasi yang ada memang terbatas, jumlah sepeda motor yang dibawa memang nggak sejumlah orang yang ada. Alhasil goncengan bertiga pun jadi, contohnya saya. Saya bersama Ayik dan guess who? Putra. Ya, Putra yang badannya 'langsing' banget itu harus membonceng 2 orang lagi di belakangnya. Sungguh mulia motor yang kami tumpangi itu, juara deh! :D

Karena Putra agak ngebut, jadilah kami kebablasan. Tapi saya justru bersyukur kami kebablasan. Lho kok? Ya, karena saya jadi bisa menemukan objek foto yang menakjubkan. Kayak apa sih? Lihat aja di sini ;]

Karapan01
Karapan03

Saya nggak mau komentar mengenai perasaan sapi yang menjadi karapan. Putra yang basic-nya Kedokteran Hewan banyak ngasih tahu saya dan mungkin perlu ada kebijakan akan event yang jadi salah satu daya tarik budaya bangsa kita ini :]

Karapan02
Psychology Gang: moi, Tantu, Ayik

Sepulang dari nonton Karapan Sapi, saya dan Ayik masih pengen jalan-jalan. Jadilah kita bertiga (bareng Putra pastinya) escape ke sawah-sawah. Salahnya, kita cabut waktu matahari lagi terik-teriknya, memasuki waktu sore. Tapi justru jam segitu pencahayaan kelihatan kooperatif. Jepretan jadi kelihatan bagus dan langit cantiknya bukan main. Apalagi waktu saya motret lautan dari atas bukit, kerlip-kerlip air laut yang terpapar matahari jadi kelihatan cantik.

Escape02
Escape01


Satu hal yang bikin saya heran sama langit Madura, rasanya selalu kelihatan cantik kayak di buku-buku dongeng: langit biru, awan putih bergumpal bak kapas. Beda banget sama di Surabaya, kan??




Suatu pagi Ayik membangunkan saya. FYI, kayak di rumah, di sana saya masih makhluk yang sama. I'm still not a morning person :]

Malam sebelumnya Ayik ngajakin saya ke suatu tempat tapi dia nggak bilang mau ke mana. Saya pikir ke pantai rahasia, eh nggak taunya ke suatu tempat mirip Dago atau Payung, Batu. Area perbukitan di mana kita bisa melihat wilayah yang lebih rendah dari dataran yang lebih tinggi.

Gua02

Berempat bareng Putra dan Bram kami ke sebuah cekungan raksasa yang berada di atas bukit yang disebut Gua Lebar oleh masyarakat setempat. Saya juga kurang tau bagaimana awalnya gua ini terbentuk. Bayangan saya Gua Lebar adalah gua yang sangat lebar, nggak sempit dengan stalaktit yang bergelantungan. Tapi yang sebenarnya adalah sebuah ceruk yang sangat besar di mana di dalamnya berisi berbagai macam tumbuhan dan menjadi habitat sejumlah burung. Bener-bener kuasa Allah SWT :]

Gua03

Duduk di tepi gua sambil menikmati pemandangan kota yang ada di bawah rasanya relaxing banget. Apalagi itu masih pagi dan suasana di situ sepi banget emang. Satu-satunya yang berisik adalah seekor sapi yang kebetulan kandangnya emang di dekat situ. Well, Gua Lebar ini bersebelahan langsung dengan rumah penduduk. Tanpa ada batasan khusus, karcis masuk dan segala tetek bengek administrasi lainnya. Siapa aja bebas masuk dan menikmati pemandangan yang ada. Heaven!

Gua01
Entah apa ini maksudnya di pintu masuk ada Hulk (Insert: Bram)


Perjalanan saya masih belum berakhir, emang waktunya udah hampir habis tapi agenda jalan-jalan masih terus berjalan tenang aja hehee

Tunggu tulisan saya yang berikutnya besok yaa!




Wednesday, 23 February 2011

KKN #2: Yeah!

Tepat di hari yang sama ketika saya pulang untuk kali pertama, program KKN yang saya pegang dilaksanakan. Lomba Menggambar dan Mewarnai. Target jumlah peserta memang nggak terpenuhi, tapi saya lega acaranya berjalan lancar berkat kerja sama teman-teman dan pihak sekolah yang kooperatif. Tema lomba adalah "Cita-citaku".

Coloring02
Coloring01


Karena pada dasarnya saya suka menggambar, jadilah saya berkeliling mengamati gambar anak-anak itu satu persatu. Masalah menghampiri ketika nyaris sebagian besar peserta menggambar nggak mau menggambar sesuai tema dengan alasan tidak bisa. Seorang guru berinisiatif memberikan arahan pada para peserta dengan memberikan gambaran cita-cita yang seperti apa yang bisa digambar, di mana contoh cita-cita yang beliau ambil adalah profesi guru dengan frame gambar papan tulis, guru mengajar dan siswa--suasana di dalam kelas. Alhasil mayoritas siswa pun menggambar sesuai dengan arahan yang diberikan guru tersebut. Padahal visi saya mengadakan lomba ini bukan untuk itu, saya ingin anak-anak itu menuangkan apa yang ingin mereka kerjakan ketika dewasa nanti.


Coloring03

sempat diliput media lokal, Radar Madura

Mirisnya lagi, ketika saya mendekati seorang anak perempuan yang keukeuh menggambar pemandangan konvensional: gunung, sawah, matahari. Kelihatan sekali dia sudah terlatih menggambarnya dan bisa dibilang motorik halusnya baik sekali. Saya tanya, "Adek punya cita-cita nggak?" Dia menggeleng sambil berujar, "Nggak." Saya bener-bener terkejut mendengarnya. Lalu saya tanya lagi, "Kalo udah gede adek mau jadi apa?" Dia masih belum menjawab, saya lanjutkan, "Dokter?" dia masih diam dan menggeleng pelan, "Guru?" dia menggeleng juga. Melihat pakaian yang ia kenakan, asumsi saya dia anak orang yang cukup berada. Tapi yang saya sayangkan adalah absennya imajinasi, mimpi dan sekali lagi, cita-cita yang ada dalam pikirannya.

Ke mana mereka semua?


Saya dekati lagi seorang anak perempuan yang kebetulan duduk di sebelahnya, ia sudah hampir menyelesaikan gambarnya yang setipe dengan teman di sebelahnya. Saya rayu dia dan akhirnya mau mulai menggambar lagi di kertas yang baru dengan tema yang lebih sesuai. Namun begitu waktu habis, saya kembali padanya dan yang saya temukan adalah gambar yang sama yang tadi ia kerjakan. Ketika saya tanya ke mana gambar dokter yang tadi ia kerjakan, dia bilang, "Nggak bisa gambar dokter." Karena itulah dia memutuskan menggambar hal yang lebih ia kuasai. Semudah itu dia menyerah, dan setelah saya lihat secara menyeluruh alasan-alasan semacam itulah yang mendasari gagalnya tema perlombaan untuk direalisasikan. Padahal saya ingin tahu, anak-anak yang tinggal di pedesaan ini punya mimpi yang seperti apa untuk negara ini. Saya nggak menilai bagus atau tidaknya gambar yang dihasilkan sebagai poin utama sejujurnya, saya menilai kreativitas mereka dan apa yang ingin mereka capai dalam hidup ini. Sekalipun mereka hanya menggambar petani, selama itu sesuai dengan tema dan poin penilaian, tentu saya akan memberi nilai lebih. But apparently, nobody draw farmer as their dreams.

Dari sini saya jadi berpikir, apakah ini potret anak-anak Indonesia yang sebenarnya? Apakah mimpi hanya dimiliki anak-anak kota? Awalnya saya pikir saya akan menemukan banyak gambar petani dalam hasil karya anak-anak itu, karena itulah profesi paling familiar yang mereka ketahui selain guru. Saya bener-bener menyayangkan bahwa gambar pemandangan konvensional itu turun temurun dari masa saya masih TK hingga sekarang sudah jamannya iPad, frame gambar seperti itu masih eksis. Mungkin orangtua perlu menghentikan mengkotak-kotakkan imajinasi anak, saya yakin ide untuk menggambar yang seperti itu merupakan 'ide' arahan orangtua. Dulu waktu saya TK, guru saya nggak mengarahkan saya menggambar pemandangan konvensional seperti itu. Mereka hanya memberikan tema "Pasar", "Perkampungan" atau "Perayaan 17 Agustus" dan sisanya adalah keputusan saya untuk mengembangkan. Indonesia nggak terbatas pada gunung, sawah dan matahari aja kan? Orangtua saya pun menyerahkan sepenuhnya pada saya untuk menggambar sesuka hati, nggak peduli gambar itu jelek atau tidak.

I just wondering, where are their dreams go?



Anyway, tiba waktunya saya kembali ke Sampang. Kebetulan waktu itu si pacar ngotot banget minta nganterin dan rupanya anak-anak melihat kesempatan emas dengan datangnya saya bersama si pacar. Baru sampai dan belum nurunin barang-barang, seisi rumah udah siap mau pergi. Ke mana? Ke Pantai Camplong. Ya, ternyata nggak perlu nungguin sampai akhir KKN saya akhirnya mendarat juga di Pantai Camplong.

Pacar dan mobilnya pun mengangkut teman-teman sekamar saya plus Tantu (temen sefakultas saya juga) ke destinasi utama saya selama di Sampang :D

Camplong01

Camplong
, pasirnya memang nggak seperti bayangan saya, agak kecoklatan tapi masih lebih terang dibanding di Kulbung. Area pantainya lebih luas dan untuk pertama kalinya saya melihat mercusuar. Belum lagi matahari waktu itu sedang mempersiapkan diri untuk terbenam di ufuk barat, bersebelahan tepat dengan si mercusuar. Cantik! :D


Camplong02

Oh yeah, pastinya kaki saya masih dalam keadaan kritis saat ke Camplong. Jadi saya nggak bisa puas-puasin diri nyemplungin kaki atau merasakan lembutnya ombak membasahi kaki. Kaki saya harus tetap kering, terutama yang kiri. Beruntung si pacar ikut, karena saya ke pantai pakai sepatu dan rasanya nggak enak pake sepatu di atas pasir pantai yang basah jadi saya bolak-balik harus pegangan lengannya biar nggak terpeleset. Memang asisten yang sempurna dia! ;]


Camplong03

ketemu Ninda temen sefakultas yang KKN di kecamatan sebelah, Torjun

Suatu waktu di minggu terakhir KKN, saya juga sempat mengunjungi Camplong lagi. Kebetulan waktu itu malam hari dan bulan sedang purnama. Saya ke sana dengan misi untuk melihat laut ketika pasang. Bikin takjub melihat laut malam hari waktu bulan purnama, di mana Sampang juga nggak segemerlap Surabaya. Pencahayaan masih minim sehingga lautan kelihatan terang, langit nggak hitam ketika bulan bersinar terang sekali. Karena bulan purnama, air laut pun naik cukup tinggi. Wilayah kering di mana saya dan teman-teman lari-larian, foto-foto dan jalan-jalan kemarin itu tertutup air sepenuhnya sampai batas si pacar memarkir mobilnya.


Menjelang minggu terakhir, program KKN memang sudah habis. Saat itu proyek dari pemerintah datang. Proyek? Proyek apaan? Tenang, proyeknya bukan agenda pengaspalan jalan atau bikin mall. Ceritanya Sampang lagi merayakan hari jadinya, sehingga pemerintah mengadakan karnaval yang temanya musik tradisional dan anak-anak KKN diminta berpartisipasi dengan mengirimkan 2 wakil masing-masing kelompok untuk mengenakan pakaian adat Madura. Dan dari kelompok saya, yang berhasil menjadi Kacong dan Cebing wanna-be adalah si Bram dan Ayik :D


Karnaval04

Bram, moi, Ayik :D

Karnaval02

Endah temen sefakultas yang KKN di desa sebelah ikutan jadi 'korban' hihi

Diminta juga 10 orang lainnya untuk menjadi pengiring, saya nggak mau ketinggalan dong pastinya. Target foto bakalan melimpah! Meski saya juga nggak ada bayangan kayak apa nanti karnavalnya. Well, singkat cerita, saya harus berjalan entah berapa km dengan kaki kiri yang belum sepenuhnya pulih hingga akhirnya menimbulkan lecet di sepanjang bawah jari kari. Man, it was so hurt! Tapi saya seneng banget bisa ikut karnaval di negeri orang, gila-gilaan bareng anak-anak and it was just damn fun! :D

Karnaval01

Lilla diminta ngasih sambutan sama MC-nya

Karnaval03

Waktu saya sms nyokap saya ikut karnaval, saya malah dimarahin awalnya. Dikiranya saya iseng ikutan yang aneh-aneh, beliau masih trauma gara-gara kaki saya sobek kemarin itu. Tapi setelah saya jelasin beliau mengerti. Well, Mom, kalau nggak iseng begini, saya nggak bakal tau apa-apa di Sampang ;] Seru, seru, seruuuuuuuuu! Seru-seruan yang kayak gimana? Saya nggak bisa jelasin dengan kata-kata. Beruntung saya berada dalam tim yang semuanya asik buat diajak gila, yang semuanya punya jiwa fun dan tukang jalan-jalan. Nggak nyesel deh pernah setim bareng kalian, guys! :D

More stories tomorrow, stay tune!
:]

LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin