Dan tibalah minggu terakhir yang dinanti-nanti itu.
LPJ kelar, program juga sudah habis, tinggal presentasi akhir ke kecamatan yang menanti.
Sepanjang minggu terakhir ini, kami semua jadi rajin jalan-jalan. Termasuk belanja oleh-oleh dan keluyuran tanpa tujuan yang jelas :D
Suatu waktu ada yang ngajakin nonton Karapan Sapi. Ya, karapan sapi khas Madura itu. Setahu saya karapan sapi ini hanya dihelat bulan Agustus, tapi ternyata di luar bulan Agustus juga ada. Seisi rumah keluar menuju tempat karapan sapi diadakan. Transportasi yang ada memang terbatas, jumlah sepeda motor yang dibawa memang nggak sejumlah orang yang ada. Alhasil goncengan bertiga pun jadi, contohnya saya. Saya bersama Ayik dan guess who? Putra. Ya, Putra yang badannya 'langsing' banget itu harus membonceng 2 orang lagi di belakangnya. Sungguh mulia motor yang kami tumpangi itu, juara deh! :D
Karena Putra agak ngebut, jadilah kami kebablasan. Tapi saya justru bersyukur kami kebablasan. Lho kok? Ya, karena saya jadi bisa menemukan objek foto yang menakjubkan. Kayak apa sih? Lihat aja di sini ;]
Saya nggak mau komentar mengenai perasaan sapi yang menjadi karapan. Putra yang basic-nya Kedokteran Hewan banyak ngasih tahu saya dan mungkin perlu ada kebijakan akan event yang jadi salah satu daya tarik budaya bangsa kita ini :]
Sepulang dari nonton Karapan Sapi, saya dan Ayik masih pengen jalan-jalan. Jadilah kita bertiga (bareng Putra pastinya) escape ke sawah-sawah. Salahnya, kita cabut waktu matahari lagi terik-teriknya, memasuki waktu sore. Tapi justru jam segitu pencahayaan kelihatan kooperatif. Jepretan jadi kelihatan bagus dan langit cantiknya bukan main. Apalagi waktu saya motret lautan dari atas bukit, kerlip-kerlip air laut yang terpapar matahari jadi kelihatan cantik.
Satu hal yang bikin saya heran sama langit Madura, rasanya selalu kelihatan cantik kayak di buku-buku dongeng: langit biru, awan putih bergumpal bak kapas. Beda banget sama di Surabaya, kan??
Suatu pagi Ayik membangunkan saya. FYI, kayak di rumah, di sana saya masih makhluk yang sama. I'm still not a morning person :]
Malam sebelumnya Ayik ngajakin saya ke suatu tempat tapi dia nggak bilang mau ke mana. Saya pikir ke pantai rahasia, eh nggak taunya ke suatu tempat mirip Dago atau Payung, Batu. Area perbukitan di mana kita bisa melihat wilayah yang lebih rendah dari dataran yang lebih tinggi.
Berempat bareng Putra dan Bram kami ke sebuah cekungan raksasa yang berada di atas bukit yang disebut Gua Lebar oleh masyarakat setempat. Saya juga kurang tau bagaimana awalnya gua ini terbentuk. Bayangan saya Gua Lebar adalah gua yang sangat lebar, nggak sempit dengan stalaktit yang bergelantungan. Tapi yang sebenarnya adalah sebuah ceruk yang sangat besar di mana di dalamnya berisi berbagai macam tumbuhan dan menjadi habitat sejumlah burung. Bener-bener kuasa Allah SWT :]
Duduk di tepi gua sambil menikmati pemandangan kota yang ada di bawah rasanya relaxing banget. Apalagi itu masih pagi dan suasana di situ sepi banget emang. Satu-satunya yang berisik adalah seekor sapi yang kebetulan kandangnya emang di dekat situ. Well, Gua Lebar ini bersebelahan langsung dengan rumah penduduk. Tanpa ada batasan khusus, karcis masuk dan segala tetek bengek administrasi lainnya. Siapa aja bebas masuk dan menikmati pemandangan yang ada. Heaven!
Perjalanan saya masih belum berakhir, emang waktunya udah hampir habis tapi agenda jalan-jalan masih terus berjalan tenang aja hehee
Tunggu tulisan saya yang berikutnya besok yaa!
LPJ kelar, program juga sudah habis, tinggal presentasi akhir ke kecamatan yang menanti.
Sepanjang minggu terakhir ini, kami semua jadi rajin jalan-jalan. Termasuk belanja oleh-oleh dan keluyuran tanpa tujuan yang jelas :D
Suatu waktu ada yang ngajakin nonton Karapan Sapi. Ya, karapan sapi khas Madura itu. Setahu saya karapan sapi ini hanya dihelat bulan Agustus, tapi ternyata di luar bulan Agustus juga ada. Seisi rumah keluar menuju tempat karapan sapi diadakan. Transportasi yang ada memang terbatas, jumlah sepeda motor yang dibawa memang nggak sejumlah orang yang ada. Alhasil goncengan bertiga pun jadi, contohnya saya. Saya bersama Ayik dan guess who? Putra. Ya, Putra yang badannya 'langsing' banget itu harus membonceng 2 orang lagi di belakangnya. Sungguh mulia motor yang kami tumpangi itu, juara deh! :D
Karena Putra agak ngebut, jadilah kami kebablasan. Tapi saya justru bersyukur kami kebablasan. Lho kok? Ya, karena saya jadi bisa menemukan objek foto yang menakjubkan. Kayak apa sih? Lihat aja di sini ;]
Saya nggak mau komentar mengenai perasaan sapi yang menjadi karapan. Putra yang basic-nya Kedokteran Hewan banyak ngasih tahu saya dan mungkin perlu ada kebijakan akan event yang jadi salah satu daya tarik budaya bangsa kita ini :]
Psychology Gang: moi, Tantu, Ayik
Sepulang dari nonton Karapan Sapi, saya dan Ayik masih pengen jalan-jalan. Jadilah kita bertiga (bareng Putra pastinya) escape ke sawah-sawah. Salahnya, kita cabut waktu matahari lagi terik-teriknya, memasuki waktu sore. Tapi justru jam segitu pencahayaan kelihatan kooperatif. Jepretan jadi kelihatan bagus dan langit cantiknya bukan main. Apalagi waktu saya motret lautan dari atas bukit, kerlip-kerlip air laut yang terpapar matahari jadi kelihatan cantik.
Satu hal yang bikin saya heran sama langit Madura, rasanya selalu kelihatan cantik kayak di buku-buku dongeng: langit biru, awan putih bergumpal bak kapas. Beda banget sama di Surabaya, kan??
Suatu pagi Ayik membangunkan saya. FYI, kayak di rumah, di sana saya masih makhluk yang sama. I'm still not a morning person :]
Malam sebelumnya Ayik ngajakin saya ke suatu tempat tapi dia nggak bilang mau ke mana. Saya pikir ke pantai rahasia, eh nggak taunya ke suatu tempat mirip Dago atau Payung, Batu. Area perbukitan di mana kita bisa melihat wilayah yang lebih rendah dari dataran yang lebih tinggi.
Berempat bareng Putra dan Bram kami ke sebuah cekungan raksasa yang berada di atas bukit yang disebut Gua Lebar oleh masyarakat setempat. Saya juga kurang tau bagaimana awalnya gua ini terbentuk. Bayangan saya Gua Lebar adalah gua yang sangat lebar, nggak sempit dengan stalaktit yang bergelantungan. Tapi yang sebenarnya adalah sebuah ceruk yang sangat besar di mana di dalamnya berisi berbagai macam tumbuhan dan menjadi habitat sejumlah burung. Bener-bener kuasa Allah SWT :]
Duduk di tepi gua sambil menikmati pemandangan kota yang ada di bawah rasanya relaxing banget. Apalagi itu masih pagi dan suasana di situ sepi banget emang. Satu-satunya yang berisik adalah seekor sapi yang kebetulan kandangnya emang di dekat situ. Well, Gua Lebar ini bersebelahan langsung dengan rumah penduduk. Tanpa ada batasan khusus, karcis masuk dan segala tetek bengek administrasi lainnya. Siapa aja bebas masuk dan menikmati pemandangan yang ada. Heaven!
Entah apa ini maksudnya di pintu masuk ada Hulk (Insert: Bram)
Perjalanan saya masih belum berakhir, emang waktunya udah hampir habis tapi agenda jalan-jalan masih terus berjalan tenang aja hehee
Tunggu tulisan saya yang berikutnya besok yaa!
No comments:
Post a Comment
I'd love to read all your sweet comments.
Please leave it on the box below and I'll reply as soon as I can :)
Have a nice day! x