Tuesday 22 February 2011

KKN #1: Oh Lalala

Hello? Yes, it's me. I swear it's me. I'm back to town everybody! :D

Anyway, how are you? Miss me much, eh? ;]

Yah, setelah sekitar sebulan tidak berjumpa, nggak nulis di blog dan jarang banget ngetweet, akhirnya saya kembali juga ke peradaban dan bersentuhan lagi dengan anugrah Tuhan yang bernama internet.

Mungkin follower saya di twitter udah pada tau ke mana saya menghilang selama sekitar sebulan ini. Well, saya mengikuti program KKN universitas ke luar pulau Jawa. Ke mana? Ke Sampang, Madura. Wah, jauh amat! Nggak juga ternyata, meski awalnya saya sempat berpikir demikian. Hanya 2 jam perjalanan lewat Suramadu, lewat jalur perairan juga nggak jauh beda (naik bus dan nyebrang pake Ferry cuma Rp 18.000 untuk tujuan Pelabuhan Tanjung Perak).

Mendengar tujuan tempat KKN saya untuk pertama kali saya sempat merasa bahwa saya sedang dalam upaya pembuangan mahasiswa. Bego banget kan? Sampang. Jauh banget dan saya nggak ada bayangan sama sekali tempat seperti apa itu. Belum lagi di sana bahasa tradisionalnya bukan bahasa Jawa (yah, meski saya juga nggak bisa-bisa amat) dan banyak yang bilang para manulanya nggak ada yang bisa bahasa Indonesia. Apalagi ada stereotype orang Madura hobi carok. "Mampus!" pikir saya waktu itu.

Tapi lalu saya berusaha untuk nggak menanamkan mindset negatif di pikiran saya, bahkan waktu bus pemberangkatan mengantar rombongan menuju lokasi KKN saya mensugesti diri sendiri, "Ini latihan sebelum saya backpacking ke luar, di Filipina ada yang lebih parah. Stay calm!" yang juga sempat saya tweet sebelum jaringan provider yang saya pakai hilang sama sekali karena lokasi tempat saya KKN tidak terjangkau oleh perusahaan provider itu.

Beruntungnya mindset negatif tidak menghampiri sedikit pun :D

Sebelum keberangkatan saya ke Sampang, saya sempat googling wilayah seperti apa tempat saya KKN nanti. Sekedar mencari kenyamanan supaya ada gambaran, apa yang bisa dilakukan di sana. Melihat peta, saya menemukan ada pantai dan air terjun. Waktu googling nama pantainya pun banyak bermunculan referensi yang mengatakan bahwa Camplong adalah tujuan wisata yang layak dikunjungi. Baiklah, sebagai reward, saya dan Ayik (teman KKN yang juga satu fakultas sama saya) berjanji pada diri sendiri bakal ke sana di akhir masa KKN ini.

Ternyata Yang Di Atas memberikan sebuah kejutan. Suatu pagi, masih di minggu pertama KKN, Ryo berseru, "Siapa yang mau ikut ke pantai cepetan bangun!". Tentu penghuni rumah belum banyak yang bangun, bergegas saya dan teman-teman sekamar bangun dan bersiap lalu nggak lama kemudian sudah dalam perjalanan menuju pantai entah di mana. Perjalanan ditempuh kurang lebih sekitar 10 menit dengan motor, nggak jauh memang dari tempat kami bermalam dan untuk menuju pantai ini nggak sembarang orang yang bisa masuk karena harus berjalan kaki melewati jalanan sempit di antara rumah-rumah penduduk. Nggak jauh dari tempat motor dititipin, sudah kelihatan pantai dengan pasir kecoklatan terhampar di depan mata. Kami harus melewati jalanan berlumpur untuk mencapai pantai, alhasil alas kaki harus ditanggalkan terlebih dahulu kalau nggak mau sandalnya tenggelam ditelan lumpur. Somehow perjalanan ini mengingatkan saya sama travelling ke Sempu dulu itu :]

Kulbung06
Kulbung04

Dan yah, sampailah saya dan teman-teman di sebuah pantai yang belakangan saya ketahui namanya Pantai Kulbung, sesuai dengan nama dusunnya. Di seberang pantai ini, terdapat sebuah pulau yang meski berpenduduk tapi masih virgin bernama pantai Mandangin. Penyebrangan ditempuh sekitar 1 jam dan biayanya cuma Rp 8000. You can snorkeling over there! :D

Kulbung05
Kulbung01
Kulbung02

Oh dan saya pun mendapatkan oleh-oleh dari escape pertama saya ke pantai ini. Sebuah luka sobek kecil di telapak kaki kiri yang berujung infeksi dan akhirnya saya harus melalui proses pembedahan kecil. Sekitar 2 minggu selama KKN saya harus berjalan kaki dengan bertumpu pada kaki kanan saya karena kaki kiri saya nyeri sekali. Padahal demi Tuhan itu cuma luka sobek kecil yang baru kerasa sakit malamnya waktu saya mau ambil wudhu buat shalat Isya, saya tutup pake band-aid dan mikir, "Paling besok pagi udah kering" but it wasn't. It's getting worse and involved two cruel boys to execute the wound. They are Ryo and Putra, with Ayik as their assistant. Putra emang anak Kedokteran Hewan, tapi saya udah jerit-jerit nggak mau jadi pasien pertamanya dia! Ryo si anak Kimia tapi ngerti banget masalah luka hampir setara kayak Putra. Jadilah dua anak ini mencetin luka saya buat ngeluarin nanahnya, target mereka adalah ngeluarin nanah sampai habis yang ditandain dengan keluarnya darah. Gila kan? Buat ngeluarin nanah itu aja saya sampai mukul-mukul Ryo si oknum pemencetan luka dan jerit-jerit histeris, dan buat meredam jeritan saya, bantal pun disodorin buat saya gigit. Emang. Mereka. Itu. Kelewatan.

Kulbung07
Dokter
Ryo, moi, Ayik, Putra

Suster
Saya bersama suster Nanda dan suster Endah yang pertama kali merban kaki saya

Nggak lama dari masa luka saya makin parah itu jatah saya pulang tiba, nyokap suruh saya ke dokter buat ditanganin lebih lanjut. Saya ke rumah sakit dan untuk kali pertama kulit saya bersentuhan dengan peralatan bedah. Kaki saya dibius lokal, pake spray entah apa yang bikin kulit luka saya mati rasa, karena lubang lukanya nggak cukup lebar buat ngebersihin semua nanah yang ada di dalam. Saya sempat ketakutan. Gila aja, kaki dibedah. Bakalan sakit mampus! Tapi si mas-mas yang bedah kaki saya meyakinkan bahwa ini nggak bakalan sakit. Apalagi si dokternya bilang gini, "Nggak apa-apa. Udah gede ah masa takut!" Well, dokter, ketakutan macam gini nggak peduli umur ya tolong.

Bener aja, setelah disemprot spray yang rasanya dingin, kaki saya nggak terasa nyeri waktu gunting pencapit dan pisau mulai menyayat kaki. Meski saya masih bisa ngerasain waktu kulit dibuka. Nggak lama, sekitar 3 menitan, operasinya selesai dan luka saya disemprot Betadine (serius, Betadine yang biasanya ditetesin itu dimasukin spray dan disemprot ke kaki saya kayak nyokap nyemprotin koleksi anggreknya) trus dibalut sama perban yang ada perekatnya. Tapi tetep, saya jalannya harus pincang karena nyeri bekas bedah masih ada. Gileee gara-gara luka sobek secuil aja sampe begini ribetnya. Ampun dah!

Hampir seminggu di Sampang, ketakutan-ketakutan saya waktu masih di Surabaya nggak terbukti. Bayangan bakal makan mi instan tiap hari, mandi di kali, air kotor dan segala kesulitan karena jauh dari modernitas nggak saya temui selama saya KKN. Alhamdulillah :]

Mini market sekitar 10 menit dari kontrakan, begitu juga terminal. Penjual makanan juga melimpah, mau ayam kremes? bakso? tahu tek? nasi goreng? bebek bakar? atau mau yang digoreng? Semua ada! :D

Selama saya KKN frekuensi saya makan mi instan bisa dihitung jari lah, itu kalo udah kepepeeeeeeeeet banget nggak ada makanan. Karena biasanya temen-temen yang pulang ke Surabaya suka bawain makanan, baik masakan rumah atau KFC berbucket-bucket. Makmur deh tim KKN saya hahaa

Kulbung03
with Ayik

Well, postingan ini saya buat berseri, karena kalo ditulis semua bakalan panjang banget and it's gonna bore you. Berapa banyak emang? Rahasia ;] Tunggu aja kelanjutannya besok yaa! Masih banyak escape-escape lainnya yang nggak akan ditemuin kalau saya KKN di Surabaya atau bahkan kota lain.

See you soon :]






4 comments:

  1. y ampuun kid. . . poor sikilmu. . . kemasukan duri ta ituu?? koq smpek nanahan. . . ckckck

    ReplyDelete
  2. Bukan duri kid, kayaknya batang2 bakau yang kering gitu kan masih nancep di pantainya. Pas di lumpur2 itu, ga kliatan kan hohoo

    Tapi sekarang udah sembuh kok :D

    ReplyDelete
  3. hemmmm,,,, makanya toh,, sudah emak bilang ati2,,, jangan lupa pake boot kok gak di pake,, :D

    btw,, foto2nya bagus loh,,, :)

    ReplyDelete
  4. Perjalanan ke pantainya ga blh pk alas kaki mak ntar tenggelam sandal/sepatunya hoho

    Makasii mak! :D

    ReplyDelete

I'd love to read all your sweet comments.
Please leave it on the box below and I'll reply as soon as I can :)
Have a nice day! x

LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin