Talking about dreams. It's obviously more than one, lots of them that I can't tell you all. And talking about pursuing my dreams is another thing.
Kalau ditanya siapa tokoh yang menginspirasi dalam mimpi saya saat ini? Jawaban saya, Rachel Berry. Silly? Wait until you read this.
Miss Rachel Berry (pic: hollywoodlife-com)
Salah satu karakter utama dalam TV series "Glee" ini memang yang jadi role model saya dalam meraih mimpi. Dia punya bakat menyanyi yang luar biasa, performing skill yang nggak diragukan lagi, konsisten untuk mengejar mimpinya, fokus dan selalu baik pada semua orang. Meskipun nggak semua orang baik padanya.
Jangan dikira kehidupannya baik-baik aja, di sekolah dia (dulunya) bukan anak populer, sering jadi objek bully dan banyak yang menganggap dia ambisius dan cenderung nerd. But she never takes it personally, she moves on with her dreams. Yah, namanya juga cerita, jadi pasti ada ending yang menentukan nasib si karakter. Through all the ups and downs, akhirnya Rachel berhasil menempati satu langkah pertama yang akan mengantarnya menjadi aktris di Broadway, yaitu masuk ke akademi seni di New York, NYADA.
Ya, saya tau kalau kehidupan Rachel Berry sebuah rekaan belaka. Tapi dari situ saya banyak belajar, kalau mimpi itu bukan keajaiban yang datang dari langit. Pencapaiannya nggak mudah dan butuh kerja keras, konsistensi serta doa yang tak henti-henti. Dibandingkan Rachel, mungkin lingkungan saya sedikit lebih baik, saya nggak menjadi objek bully atas apa yang saya kerjakan dan teman-teman saya pun mendukung apa yang saya kejar. Meskipun keluarga saya tidak banyak yang tau :]
And then, real life hits me. Saya punya seorang sahabat yang nyaris sama ambisiusnya seperti Rachel. She sets her own goal, she pursuits her dreams and she made it. Knowing her, inspires me to do exactly the same as she did. Even though it's never been easy.
Namanya Rizqy Amelia Zein, atau biasa dipanggil Amel. Dia ini temen saya kuliah, dari awal kenal sampai sekarang Amel adalah sosok yang selalu menginspirasi. Julukan saya buat dia adalah 'portable book reviewer', karena kita nggak pernah tau buku apa aja yang udah pernah dia baca. Bukan, bukan karena dia jarang baca buku, tapi justru sebaliknya. Cakupan range buku yang dia baca kita nggak pernah tau, Amel punya minat di bidang-bidang yang sangat luas dan di luar dugaan. Well, at least, dugaan saya sendiri. That's why I love talking to her, she knows everything.
Amel
Mendekati akhir kuliah, dia pernah bilang pengen jadi dosen di kampus saya. Temen-temen yang denger itu nggak ada yang meragukan dia, karena Amel bisa jadi apa aja. Jadi presiden pun dia bisa, saking pinternya dia. Jaman kuliah aja dia sering jadi tutor dadakan temen-temen saya termasuk saya sendiri bahkan sampai ke adik kelas. Sampai sekarang lagi ngerjain tugas akhir pun saya masih sering nanya-nanya dia dan dengan senang hati dia bantuin. Dengan predikat lulusan tercepat di angkatan saya, IPK tertinggi dan berbagai gelar lainnya, saya sendiri percaya kalau suatu saat mimpinya itu bakal tercapai. And she did.
Sekarang statusnya adalah salah satu staf pengajar honorer di kampus saya. Dulu jaman kuliah, Amel merupakan seksi sibuk. Seksi sibuk dalam berbagai hal, sampai dia dapet sebutan seleb kampus saking susahnya ditemuin. Apalagi sekarang, beh... makin sibuk aja dia. Tapi sibuknya Amel tentu demi terwujudnya mimpinya, itu wujud kerja keras nyata yang pernah saya lihat.
Suatu hari saya dengar Amel pengen kuliah S2 di luar negri, via beasiswa tentunya. Karena itu merupakan salah satu prasyarat untuk menjadi dosen tetap di kampus saya. Dia minta saya untuk mendesain Curriculum Vitae-nya yang akan dikirim ke universitas yang dia tuju. Tanpa pikir dua kali, saya ambil tawaran itu. Dan saya ternganga dibuatnya.
Sepanjang masa kuliah, Amel masih suka jalan-jalan bareng sama saya dan sahabat-sahabat saya yang lain. Nonton, makan bareng, you name it! Tapi di balik itu semua, ternyata Amel juga nggak males-malesan buat ngejar apa yang dia impikan. Dari ngerjain desain CV Amel, saya jadi tau kalau ternyata dia udah bikin berbagai penelitian dan ikutan berbagai macam konferensi yang saya dan mungkin juga sahabat-sahabat saya nggak tau selama ini. Baik yang skala nasional maupun internasional, baik yang sendirian maupun bareng beberapa rekannya. Menurut saya itu sangat mengagumkan buat seseorang yang keliatannya santai-santai aja, masih bisa hang out bareng temen-temennya, nonton series di laptop dan main Football Manager. Skill multitasking-nya keren banget dan itu yang bikin saya makin kagum sama Amel. Bayangin aja, beyond all those pressures, she's still having fun.
Selain pinter dan pekerja keras, Amel juga orang yang bisa dibilang religius dan punya interpersonal skill yang tinggi. Khusus yang terakhir, saya bener-bener harus belajar banyak dari dia kayaknya :D Seperti yang udah saya bilang di atas, selain bekerja keras dan konsisten, mengejar mimpi juga perlu doa. Karena semua nggak akan tercapai kalau Tuhan nggak mengijinkan, bukan? Saya emang nggak tau Amel beribadah dan berdoa seperti apa, tapi sepengamat saya, dia nggak cuma konsisten mengejar yang dia mau tapi juga konsisten dengan agamanya. Segala upayanya diusahakan melalui jalan yang lurus, jalan yang mendapat ridha-Nya. Bukan shortcut atau jalan curang yang banyak dosanya. Meskipun sulit, tapi toh Amel berhasil. Karena Tuhan memang mengijinkan, karena Amel memang memohon demikian.
Long story short, kekaguman saya pada Amel terbukti banyak mendorong saya untuk berupaya mengejar mimpi saya. Bahkan untuk menyelesaikan tugas akhir kuliah saya pun saya bertekad menyelesaikannya sebelum Amel pergi meninggalkan negara ini.
Ya, Amel berhasil diterima di sebuah universitas di Inggris untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang Master. Akhir tahun ini dia berangkat, nggak lama, bisa dihitung bulan. Untuk itu saya harus buru-buru menyelesaikan skripsi saya yang beberapa kali bikin saya mundur dan ogah-ogahan saking banyaknya cobaan yang harus dilewatin. Tiap kali dapet cobaan waktu lagi menyelesaikan tugas, saya selalu inget Amel dan ingatan saya selalu me-recall hal-hal yang positif tentang dia. Hal itu bikin saya semangat dan bangkit lagi. Karena saya percaya, Allah hanya ingin menguji, jalan keluarnya pun akan diberikan di kemudian hari asal kita mau mencoba dulu. Amel buktinya.
Cerita tentang Amel kalau diceritakan ulang tanpa mengetahui bagaimana kejadian sebenarnya mungkin terdengar klise. Seandainya dibukukan pun sudah banyak buku-buku tentang cerita kesuksesan sejenis. Ibarat pepatah, semudah membalikkan telapak tangan. Tapi saya mengalaminya sendiri: susah-sedihnya, rasa syukur-gembiranya. Perjalanan masih panjang, Amel sudah melampaui setengahnya mungkin, saya juga nggak tau. Saya sendiri masih pemula, mengejar untuk jadi seperti Amel itu berat tapi bukan nggak mungkin. Suatu hari, saya juga akan berada di posisi Amel. Suatu hari nanti, insya Allah.
This post is also dedicated for the inspiration beyond my dreams, my bestfriend, Amel :]
See? Humble as usual :)) Miss you xoxo
ReplyDelete