Monday, 29 June 2009

Another new baby

Oke, bisa dibilang ini dream come true, tapi ya nggak gitu-gitu amat. Setelah sebiji digital camera menjadi teman baru dalam kehidupan saya, sekarang saya punya teman baru lagi yaitu seekor kucing Persia (short-hair) campuran berumur 3 bulan. Namanya Mao, I'm wondering, kalau ke dokter hewan ditanyain nggak sih nama kucingnya? Disuruh ngisi form nggak kayak nama lengkap kucing, tanggal lahir, alamat dsb. gitu?

Well, itu kucing sebenarnya punya adek saya. Dia dapet dari temennya yang mau berbaik hati merelakan satu dari lima anak kucing peliharaannya. Pertama kali datang, Mao dimasukin ke keranjang plastik dan kantong kresek. Tapi nggak diiket kreseknya, kantong kresek dipake buat menggantungkan keranjangnya ke stang sepeda adek saya. Ya, adek saya menjemput si Mao naik sepeda dari rumah majikannya yang lama.

Mao ketika baru mendarat di rumah saya

Begitu sampai rumah saya, Mao mengeong terus. Kelihatan banget dia asing sama rumah saya dan dia jelas banget kelihatan kehilangan keluarganya (sometimes I cry when I think about it). Saya elus-elus dia biar tenang tapi nggak lama karena saya nggak tahan sama bau keranjang plastiknya. Mungkin niatnya baik, majikan lamanya (baca: temen adek saya) ngasih ikan asin sebagai snack selama perjalanan ke rumah saya. Tapi saya nggak suka bau ikan asin, amis gila! Jadi saya pun duduk menjauh sambil mengamati kucing kecil yang mengeong sedih itu.

Sengaja nggak saya keluarin langsung dari kandang, karena saya pengen dia belajar sendiri mengenal lingkungan barunya. Jadi saya tunggu dan memang nggak lama karena kemudian Mao lompat dari kandang baunya dan mulai deh keliling ruang tamu saya :]

Crap!

Berdasarkan artikel dalam blog yang saya baca di internet, ada ciri-ciri kucing betina dan kucing jantan yang bisa dilihat dari tingkah laku dan kebiasaannya. Dan berdasarkan artikel itu, Mao berjenis kelamin jantan. Nggak heran kalau dia doyan lompat-lompat, lari-lari dan manjatin kaki kursi/meja yang dilihatnya (karena ini juga adek saya agak takut dekat-dekat dia kalau lagi on fire).

Karena dulu nggak punya mainan waktu melihara Snowy (dan kelinci-kelinci saya lainnya), jadi kita kebingungan mau ngasih mainan apa buat Mao. Bola kecil? bola terkecil di rumah saya adalah bola basket seukuran jeruk Bali, bisa-bisa Mao kelindes bolanya ntar. Jadi kita kasih dia kelereng mainan adek saya, eh kelerengnya cuma diliatin aja gitu menggelinding ke sana ke mari. Dia nggak berusaha ngejar seperti yang saya harapkan. Oke, ganti mainan! Saya inget kalau kucing doyan mainan benang, tapi sayang juga ngambil benang wol buat dicakar-cakar si Mao. Jadi saya ngambil kuncir sarung bantal yang udah nggak kepake dan ujungnya diikat benang buat pegangannya. Mao suka banget ngejar-ngejar kuncir itu sementara saya ngakak (nggak cuma ketawa lho!) iblis ngelihat Mao serius banget menaklukkan itu kuncir centil. I feel like playing God :]

I feel like a celebrity now!

Keadaan sekarang sih udah lumayan settled buat Mao, makanannya pake Whiskas kitten, dan badannya udah gemukan karena minumnya susu 2x sehari (saya aja kalah). Ini juga nih kesalahan adek saya, dia disuruh beli susu di Alfamart sama nyokap saya. Dia dikasih uang Rp 50.000, dan taukah susu apa yang dibeliin sama dia buat Mao? Susu Indomilk bubuk yang medium seharga Rp 23.000! Ada omega-3nya pula! Bisa lebih pinter dari saya jangan-jangan si Mao, gawat! Padahal nyokap saya udah nyaranin buat beli susu yang murah-murah dan dalam bentuk sachet, eh dibeliin yang lebih mahal dari jatah susu kami sebulan -,-'

Anyway
, kegiatan saya selama minggu kemarin jadi lebih berwarna dengan hadirnya Mao di rumah (ceile...). Bahkan ada agenda rutin: sekali dalam sehari saya harus main kejar kuncir sama dia. Asal tau aja, main kuncir yang cuma berusaha supaya Mao kesal dan mengejar serta mencakar si kuncir bikin kalori saya berkurang lho ahaha. Main minimal 15 menit aja udah bikin capek (emang nggak pernah olah raga sih...), belum lagi ngikutin Mao ke mana-mana untuk memastikan dia nggak mencakar atau mecahin perabot rumah (karena kenakalannya, dia udah mecahin satu pigora kecil yang nangkring di meja ruang tamu).

Mao juga suka ngikutin adek saya ke mana-mana, kayaknya sih dia terobsesi sama kaki manusia--terutama kaki bokap saya! Saya nggak tahu alasannya kenapa, yang jelas, dia PASTI ngikutin bokap tiap kali lewat di dekatnya. Setelah saya amati kenapa dia suka ngikutin dan mendekati kaki orang, ternyata dia menganggap kaki orang = kaki meja/kursi yang bisa dibuat ngelus kepalanya dan dia cakar! Cara bokap yang saya tiru kalau Mao mulai ngikutin kaki saya adalah mengelus kepala Mao dengan jempol kaki dan biasanya Mao bakal guling-guling manja minta dikelitikin :]

my new model :D

Anyway, saya juga jadi dapet objek memotret baru, sekaligus jadi bahan latihan motret ahaha. Ntar kalo udah nurut sama orang rumah, saya bakal motret dia dengan pose dan wajah yang lebih fotogenik ;p Kalau sekarang sih, kamera saya dikira mainan. Kalau saya membidikkan Lou di dekatnya, dia malah jalan ke arah saya dan pengen nyakar Lou. Oh NO!!! Jadi sementara ini masih candid kalau mau motret Mao -,-'

Sejauh ini saya masih harus rajin-rajin browsing buat info memelihara kucing ras (meski punya saya campuran, tapi tetep aja). Rujukan saya biasanya sih blog-blog orang yang udah ahli memelihara kucing atau website-nya makanan kucing. Kadang juga nanya-nanya sama temen yang juga melihara kucing ras. Mungkin ada saran ke mana saya harus berguru? :]



Saturday, 20 June 2009

Whatever you Think, Think the Opposite

by Paul Arden

Buku yang satu ini bisa dibilang masuk ke dalam kategori buku motivasi, tapi ya nggak gitu-gitu amat. Menurut saya, lebih ke bagaimana mengubah pola pikir seseorang saat mempersepsikan sesuatu.

Biasanya, buku selalu identik dengan tulisan segambreng dan terkadang kalau beruntung, diselipkan sedikit ilustrasi. Tapi tidak dengan buku putih berukuran mungil ini. Tulisannya jarang dan kebanyakan berupa shout-out atau quote tetapi bermakna sekali, belum lagi dilengkapi foto-foto ilustrasi yang membuat saya semakin excited membacanya. Foto-fotonya tidak hanya setengah atau seperempat halaman seperti buku kebanyakan, beberapa hanya 1 halaman atau bahkan satu bab halamannya berisi foto saja. Saya jadi berpikir, nggak cuma buku design yang mahal saja yang bisa memuaskan saya dalam membaca buku berilustrasi :]

Dan memang terbukti, dari tulisan-tulisan yang cuma secuil itu, saya jadi banyak merenung dan membuat saya belajar memaknai sesuatu dari berbagai sisi. Hal ini sangat berguna di saat saya sedang semangat-semangatnya belajar fotografi, mengenal dan berinteraksi dengan banyak orang baru dan menghargai orang lain.

Keputusan saya untuk membeli buku ini ternyata memang tidak salah. Karena ternyata penulisnya pernah bekerja di bidang seni dan kenal banyak orang terkenal yang bergerak di bidang itu. Makes me wanna scream YAY!! Nggak heran foto-foto dan ilustrasi yang dipakai benar-benar berkualitas and that's everything I wanna see about art and photography :]

I'm not gonna say more because you'd better read it by your self or you'll be sorry. Don't forget to tell me after you read it okay? ;]



Credit goes to Amel, the one who 'convinced' me to buy this book immediately.

Friday, 19 June 2009

Another cake story

It was Wednesday when I got a pretty long break before the next class. After the conecake that makes everyone jealous on me, then we--me, Cece and Mia--decided to bake one together. In the middle of the break time. It's like we had nothing to do than baking cupcakes :D

So, we went to Cece's home because she's the one who got the ingredients and stuff. Actually, we baked cakes with instant ingredients. It's like a powder you use to make ice cream or stuff like that. You just need a big bowl, a glass of water and a mixer.

Charlie's Angel in action

And I did the whisking, Cece prepared the cones, cups, pan and Mia? She watched us working ahaha. No, she's the photographer for some parts and pour the batter to the cones and cups and the tester for the chocolate top and the first tester for the cake. Basically, she's the tester :]

Considering we got only plenty of time, that's why we did it instantly. And the result wasn't really that bad unless the cake was too spongey or whatever. I didn't feel sure when Cece didn't measured the water, she just spilled it out into the bowl and we thought it was enough. Well, I never bake cakes instantly, so don't blame me. Then, I whisked the powder and the water for about a few minutes (I don't even remember how long) until we all got worried because it turned like foaming and flowering. So, I stopped whisking and checked the batter with a chopstick Cece gave me. It was pretty soft and I think it's enough, though I knew it's too light for a cake batter.

After that, we poured the batter to the cups and the cones. Delivered the pan to the microwave and we worked on the second round. Sometimes we checked the cakes and it was pretty odd because they need a quite long time to turn brown and gold. We started to worry again -,-'

And the worry's like keep haunting us or whatever. When Cece melted the chocolate in microwave, the chocolate didn't melt like it should be. She put it back and added the timer into about 5 minutes. It finally melted and we added some milk--Cece added CONDENSED milk for God's sake! and added also with frozen choco cream and I don't know how it tasted.

When first-round-cakes were ready, we tried one and opened the cup to see how the instant ingredient works. And you know what, we apparently didn't bake cakes. we baked BREAD, hear me? it was a bread and not cakes. That's why it felt like foam and flowering like hell. I checked the picture on the box and yes, the texture is just exactly like what we got. However, it's still taste like something we can eat at least :D

It was 11 am and we got only 30 minutes to get ready and back to campus (considering we still have the next class), so we cleaned it up and packed the cakes in 2 medium lunch box. We intended to give it for our beloved besties as celebrating Dinda's birthday (Dinda is one of BLM girls), and lucky us it was exactly enough for all of them.

So, the lesson here is never ever use instant ingredients for baking cakes because it won't be delicious as you bake it manually. And please, please, please, prepare everything before you start baking anything--not only cakes. You may experiment on some parts but don't do it too much or you'll get a freaky flavor in your cake. Baking cakes (or basically any desserts) is about serving the best meal for your tongue. You don't wanna dissapoint your tongue, do you?


Itadakimassu!

Monday, 15 June 2009

Surprisingly Happy

Kejutan itu datangnya tiba-tiba and I always love surprise (so surprise me!). Saya memang cenderung melakukan sesuatu sesuai rencana dan sudah terjadwal sebelumnya, tetapi ternyata sesuatu yang outta plan itu juga sama menariknya.

Seperti misalnya hari Jumat lalu. Tanpa rencana apa-apa, tanpa persiapan apapun, mendadak saya diajak nonton Ketika Cinta Bertasbih. Bukan karena nonton filmnya yang menarik, tapi acara nonton bareng ini dilakukan sebelum meeting yang berlangsung malamnya. Meeting tentang apa? Well, I can't tell you now ;]

Lalu dengan siapa saja saya meeting berkedok nonton bareng (atau sebaliknya ya?) ini, saya akan ceritakan dari awal. Sedikit gambaran tentang meeting-nya, yah, udah pada tau kan kalau saya ini mahasiswa Psikologi yang kerjaannya menggambar, melukis dan jeprat-jepret. Nah, untuk itulah saya diundang dalam meeting malam itu. Detailnya, I can't tell you that part. Yang bisa saya sebutkan hanyalah partner meeting saya, lokasi meeting dan foto-fotonya :D

Yang hadir dalam meeting malam itu adalah saya, mbak Anty, mas Ridzki dan Dr.Deanty. Siapa Dr.Deanty? Asing pastinya, karena belum pernah disebut dalam blog saya kan?! Dr.Deanty--atau saya memanggilnya mbak Dean--adalah adik bungsu mind illusionist yang cukup populer saat ini, Denny Darko. Lho kok? Penyelenggara meeting-nya sih kalau nggak mbak Anty ya paling mbak Dean, mas Ridzki kan penggembira (kayak saya ahaha).

clockwise: the only one boy >> mas Ridzki, mbak Dean is the one in black, mbak Anty is the one with glasses, you know which one is me, rite? and there's Cece in a sudden! :]

Di situlah surprise-nya. Saya yang hari itu cuma berpikir akan kuliah sore, pulang, dan tidur (karena besoknya harus bangun pagi ikut pelatihan jurnalistik), eh... malah keluyuran sampai malam dan mampir ke rumah public figure yang acaranya di TV pun SANGAT jarang saya tonton. FYI, saya sukses membuat adek saya iri berat karena saya bisa mampir ke rumah idola pujaannya, hangout bareng adeknya, dan lihat foto-foto keluarganya yang vintage abis.

Hangout bareng mbak Dean nggak kayak hangout bareng orang baru. Orangnya easy going abis (secara, dokter!), seru, talkative, ramah dan dermawan ahaha. Dan menurut mbak Anty, kakaknya juga nggak jauh beda. Mungkin mereka keluarga yang seru dan doyan ngobrol, jadi saya nggak perlu susah-susah menyesuaikan diri karena memang tidak ada yang perlu disesuaikan :D

Oke, sekarang saya ceritakan runtutan kegiatannya. Dari kampus, mobil langsung meluncur menuju rumah mbak Dean dan tak lama kemudian mancep deh di SUTOS (Surabaya Town Square). Setelah beli-beli snack di supermarket (saya cuma beli Cha-Cha, ditraktir loh! sama siapa? guess who!), kita masuk deh ke studio 1. Nggak beli tiket dulu? Udah dapet, soalnya dibeliin mas Ridzki siangnya ;]

Filmnya sendiri, menurut saya (note that!), masih lebih bagus Ayat-ayat Cinta. Dari segi kualitas gambar, jenis sound yang digunakan, view yang diambil, lokasi syuting, beberapa dialog dan sejumlah pemeran yang terlibat, saya merasa masih kurang optimal. Selebihnya, silahkan nonton sendiri aja ya. I'm not gonna write a review about it.

Usai nonton, kita berempat langsung ngacir ke mushola yang ada di UG karena waktu sholat Maghrib hampir habis. Selesai sholat, mulai deh meeting-nya. Meluncurlah kita ke QUA-LI, sementara pesanan dibuatkan, mbak Anty mengeluarkan laptopnya untuk memulai pembahasan topik. Anyway, malam itu saya memesan Mi Goreng Sea Food dan segelas Lemon Tea. Kita juga pesan Chicken Kung Pow dan Sawi bumbu Sambal Terasi (ini saya yakin makanan favorit mbak Anty kalau ke QUA-LI hehe) sebagai lauk tambahan.

Menjelang akhir meeting, mendadak serombongan orang berbaju hitam-hitam dengan logo minimalis tertulis di bagian belakang baju masing-masing mengambil posisi di kursi yang ada di luar resto (posisi kita lagi di dalam waktu itu). Karena saya lagi nggak pake kacamata, jadi deh saya mati-matian membaca tulisan di punggung orang-orang itu karena penasaran pekerja kantor mana yang masih berseragam sampai jam segitu (waktu itu udah sekitar jam 8 lewat). Tiba-tiba mas Ridzki nyeletuk, "Itu ada Darwis." (mas Ridzki nyadar kayaknya kalau saya lagi buta).

OMG! Ternyata itu para pegawai Darwis lagi dinner bareng. Nah, pertanyaannya adalah: apakah Darwis-nya juga ikut? Ya, di situ juga ada Darwis tapi saya nggak kelihatan soalnya ketutupan tembok. Sial! FYI, Darwis yang saya maksud adalah Darwis Triadi, seorang fotografer profesional Indonesia yang belakangan membuka tempat kursus fotografi di Surabaya. Beliau datang seminggu sekali ke Surabaya untuk mengajar satu kelas khusus.

Setelah orang-orang Darwis dan Darwis-nya sendiri udah duduk semua dan mulai memesan makanan, datanglah seorang pria dengan sejumlah tas yang diselempangkan di badannya. Orang itu kemudian duduk di meja di depan meja kita dan kali ini mbak Anty yang nyeletuk, "Itu kan wartawan Jawa Pos." Dasar wartawan, tau aja Darwis lagi di sini.

Begitu meeting selesai, saya minta sama ketiga partner meeting saya untuk jalan keluar QUA-LI pelan-pelan soalnya saya mau lihat Darwis dengan mata kepala saya sendiri. Secara, biasanya kan cuma dari koran atau di TV. Waktu saya nengok, si Darwis lagi ngelihatin kita berempat yang lagi keluar resto sambil celingukan kiri-kanan :D Sang fotografer itu duduk di kursi paling ujung yang posisinya mirip kayak meja makan kerajaan, jadi kanan-kirinya adalah deretan kursi krunya.

Pas udah jauh dari QUA-LI, kita berandai-andai minta foto ama Darwis. Bukan, bukan foto bareng. Tapi minta difotoin pake kameranya yang super canggih dan teknik fotografinya yang udah mahir :D

Begini nih perandaian kita:
"Om, boleh minta difotoin nggak?" "Om, Om... boleh lihat kameranya nggak? Boleh jepret sekali ya?" "Om, boleh lihat baterai kameranya?"

Yang terakhir karena sebenarnya mas Ridzki bawa EOS 450D-nya tapi baterainya lagi habis, jadi maksudnya tuh mau minjem baterainya doang buat motret kita-kita.
"Boleh ya, Om?" LOL

Well, lewat tulisan ini juga, selain mau sharing cerita, saya juga mau ngucapin terima kasih sama mbak Anty dan mas Ridzki yang udah melibatkan saya dalam agenda malam itu. Juga sama mbak Dean yang udah berbaik hati mendanai konsumsi kita bertiga, hangout bareng anak-anak kuliahan yang haus hiburan ini dan bersedia meeting wanna-be sama kita. Overall, nice to know you, doctor!



P.S.: foto di atas diambil pake laptop mini punya mbak Anty, kita juga sempet kepikiran minta dipotretin ama Darwis pake laptop itu :D
P.S.S.: di rumah Denny Darko, ada radio kuno yang super-vintage yang dijadiin pajangan di ruang tamu. Saya pengen foto bareng radio itu tapi lagi nggak bawa kamera :[ (kata nyokap, eyang saya punya di gudang!)
P.S.S: kok tiba-tiba ada Cece nongol? Iya, dia lagi nge-date ama cowoknya. Mereka lagi nonton Night at the Museum 2 dan pulangnya mampir dulu deh ke kita.


Saturday, 13 June 2009

Humane

Sabtu lalu adalah hari terakhir saya melakukan eksperimen seperti yang sudah saya sebut di posting sebelumnya. Rasanya... RELIEVING TILL DEATH!!! Lega tak terkira karena udah melakukan prakteknya dan beban yang tersisa adalah bikin laporan serta pengakuan dosa waktu mempertanggungjawabkan laporan kita (wish me luck then!).

Phebe, juara I dari kelompok 1, Karina, juara I dari kelompok 2 (guess who?)

And you know what, di luar semua kelelahan karena jarak sekolah subjek eksperimen saya yang jauuuhhhhnya amit-amit dari tempat tinggal saya, di luar semua kejenuhan yang suka datang tiba-tiba, di luar semua rasa malas karena harus berangkat pagi banget (sebelum jam 6 sudah harus on the way) selama 3 hari berturut-turut, di luar rasa sedih karena uang saku saya terkuras buat biaya transportasi (saya naik bemo pulang-pergi), all those feelings are suddenly paid off when a girl in the class I used gave each of us (yes, 3 of us!) a gift. Saya sih nggak berharap apa-apa dari anak-anak itu, asalkan mereka menyelesaikan rangkaian eksperimen dengan baik aja saya udah puas. And I didn't expect this one. Never!

Saya terharu banget waktu melihat Karina menerima hadiah itu, sayangnya saya nggak tahu yang mana anak yang ngasih karena waktu itu kelas lagi chaos banget sehabis sesi game. Jadi saya sibuk mengatur kertas-kertas untuk rehearsal bareng Phebe dan cuma bisa melihat sekilas aja. For the little girl who gave me a set of jewelry, I wanna say thank you from the deepest of my heart dear. You're the sweetest girl I've ever known :]

seperangkat perhiasan. Tunai!

In case you curious, I take a picture of what kinda jewelry she gave me. Actually, me and Phebe guessed it was a pair of earings but apparently we both got close. And it's even more than 1 stuff, we got 3 stuffs in a gift (a bracelet, a pin, a ring). Phebe and me got the same stuffs but not Karina. She got a jilbab (yes, she got the biggest one). Harus dipake ya, Rin :]

kiri: sok mahasiswa banget nggak sih?, kanan: ayo angkat reward-nya!

Ada satu kesamaan yang menggelikan yang saya temuin, ada seorang cewek yang kebetulan namanya sama kayak temen gila saya, Mia. Kebetulan juga dua-duanya sama-sama pinter (Mia yang ini pemegang nilai sempurna sekaligus tertinggi di kelas berdasarkan hasil eksperimen kita), dan entah kebetulan atau tidak, dua-duanya susah nyambungnya. Mia yang jadi subjek eksperimen kita itu nanya, bedanya metamorfosis tidak lengkap dengan tidak mengalami metamorfosis. Sementara keterangan tentang hal itu bisa dibaca dengan nyaman dan jelas di teks yang dipegang masing-masing siswa. Akhirnya, Phebe pun turun tangan untuk menjelaskan secara privat sama Mia Jr.

-- -- -- -- --


Hari itu sekaligus jadi hari yang aneh, karena di pagi hari waktu berangkat ke sekolah subjek saya, di jalan saya melihat mobil Mercedez hitam yang sudah dihias dengan bunga-bunga. Got what I mean? Yap, mobil pernikahan. Seseorang akan menikah hari ini, begitu kata saya dalam hati.

Siangnya, sepulang dari sekolah subjek saya, saya berpapasan dengan mobil bersirine yang meraung-raung meminta jalan. Saya menoleh untuk melihatnya (waktu itu saya lagi di bemo), mobil pengangkut jenazah. Seseorang menghadap Yang Kuasa hari ini, batin saya.

See what I try to tell you? I've seen two different life steps at once, at one day. Yang satu akan memulai bahtera hidup yang baru dan yang satu lagi sudah menghadapi akhir hidupnya. The beginning and the end.
I feel... undescribable at the moment.


-- -- -- -- --



Di sela-sela kesibukan saya (cailah sok banget!), saya sempetin nonton trailer film-film yang mau tayang lewat Youtube. Karena udah mupeng banget pengen lihat trailer New Moon (gara-gara anak-anak Twilight Indonesia nih ^^), jadilah trailer itu yang saya buru duluan. Selesai download, saya langsung nonton dan histeris seketika waktu Jacob Black muncul. SHIRTLESS!!! Apalagi rambut Jake yang ini udah dipotong pendek, he's adorable--and sexy! Singkatnya, saya nggak sabar buat nonton November ntar (nyampe sini pasti Desember deh -,-), pokoknya kalo udah premier di sini!



Trailer ke-2 yang saya buru adalah Hannah Montana the Movie :D
Penasaran dan iseng aja sih, sebelumnya udah baca sinopsisnya di Cosmogirl tapi pengen tahu trailernya dan potongan filmnya. Jadilah saya download and it was hilarious!! You gotta watch it. Seriously!



Berikutnya adalah Harry Potter and the Half-blood Prince. Sebelumnya udah sempet nonton di Youtube tapi nyendat-nyendat gitu jadi saya download aja sekalian, biar puas. Pendapat saya, worth to watch tapi masih worth it Hannah :] (no offense please).



-- -- -- -- --


Tugas-tugas hampir selesai, badai sebentar lagi berlalu (halah) dan dihadang twister di depan LOL. UAS maksudnya :[ Seminggu lagi udah masuk minggu tenang, dan seminggu berikutnya UAS dimulai. Harus mulai berburu bahan-bahan kuliah nih hehe.

And how's your days? Your weeks? or your months? :] is it more hectic than me?? Dare me ;]



Monday, 8 June 2009

First task and Conecake

Sabtu, 30 Mei 2009. Hari itu merupakan hari pertama di mana saya bertugas memotret di acara Seleksi Fastor (Fasilitator) 2009 OSPEK Fakultas Psikologi Unair. FYI, saya masuk dalam tim Publikasi dan Dokumentasi. Jadi motret-motret deh...

Bener-bener pengalaman pertama motret outdoor dengan view event yang lumayan susah dicari sisi artistiknya (in my opinion, note that!). Saya juga lupa mengatur setting skalanya, jadi di beberapa foto pertama skalanya 16:9. View-nya jadi melebar kayak pake kamera plastik Wai-wai. But it's good, right? :]

wai-wai wanna be

Belum lagi mengatur cahayanya, waktu di dalam ruangan saya ganti setting-nya pake yang Lamp tapi hasilnya malah biru semua -,-' Thank God, sudah diciptakan Photoshop dan Photoscape :]

Lamp mode: FGD (atas), interview (bawah)

Overall, seru banget jadi panitia sie Pubdok. Bisa bergerak ke mana aja (because we're outta rule), bisa melihat kegiatan di mana aja dan yang paling seru, bisa motret sana-sini. No regret at all!

Satu-satunya penyesalan saya adalah baterai saya waktu itu cuma 2, nggak full. Jadi nggak bisa motret sampai jam tugas saya selesai (shift saya dari jam 6 pagi sampe 11 siang), padahal udah sengaja saya matiin di beberapa sesi sampai cuma bisa motret beberapa biar baterainya awet dan saya bisa motret keseluruhan acara. Dan daripada nganggur, akhirnya saya mutusin pake kamera punya Sonya (my chief). Kamera Kodak yang dulu saya idam-idamkan tapi ini seri di bawahnya. I love Lou more and more when I know that I get the best :]


Selain seru sama tugas saya hari itu, saya juga having fun bareng dua temen gila saya: Mia dan Cece. Waktu itu Cece udah janji mau bawain cupcake buatannya buat dicobain ke saya dan Mia, ceritanya kita jadi tester-nya. Cupcake buatan Cece dimasukin ke cone es krim soalnya di rumahnya lagi nggak ada stok cup. Makanya saya sebut itu sebagai Conecake :] Gambaran jelasnya bisa dilihat di foto deh.

tenang... yang ini udah dijinakkan kok :]

My opinion about that cake is... yummy!! Whippedcream coklatnya enaaaaakkk banget, kuenya juga empuk. The choco cream is the best :]

Tapi yang disayangkan, cake-nya kuning banget dan kayaknya kurang Vanilla (bener nggak, Ce?). Sepulang dari kampus, saya konfirmasi ke nyokap. Kata nyokap, kue yang kuning banget bisa jadi karena dikasih pewarna soalnya kalau kuning karena kuning telur, jadinya adalah kuning pucat. Dan mengenai krim coklat yang yumyum itu, saya tahu rahasianya. TANPA nanya ke Cece dulu ;]

Cece bilang dia dapet resepnya dari blog kue-kue gitu. Yang penasaran bisa lihat di iheartcupcakes.com atau cupcakeblog.com dan jangan lupa cerita-cerita ya kalau udah jadi :]




P.S.:
in case you curious, kenapa Cece juga ikutan di hari itu? karena dia adalah salah satu peserta seleksi Fastor dan di hari pengumuman namanya tercantum sebagai salah satu kandidat yang lolos!



LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin