Hari Sabtu lalu saya bersama Phebe dan Karina (dua partner saya di Psikologi Eksperimen) mampir ke SD saya dulu untuk uji coba item tes yang akan kami gunakan waktu eksperimen Kamis depan. Sebelumnya akan saya jelasin apa yang kita lakuin di situ dan siapa yang jadi subjek kita. Subjek yang diujicobakan adalah siswa kelas 4 dengan kemampuan intelektual rata-rata/sedang, dan tes yang mau kita uji adalah tes prestasi belajar (Achievement test) tentang materi IPA kelas 4 sebelum UTS.
Pertama kali datang ditemani oleh Bude saya yang berbaik hati mau memediasi kita para mahasiswa sok sibuk ini dengan Kepala Sekolahnya (soalnya KepSeknya baru, jadi saya nggak kenal). Emang Bude saya siapa coba? Emm... beliau adalah seseorang yang berkedudukan penting di Dinas P dan K dan rutin menjadi pengawas sekolah tersebut. So, you know what I mean.
Karena pas kita datang sekolahnya lagi jam istirahat, alhasil kita nunggu sampai bel masuk berbunyi. Sambil nungguin, kita tanya-tanya jumlah siswa satu kelas ada berapa. "32!" seru seorang guru yang ditanya oleh Bude saya. MAMPUS! Saya cuma fotokopi instrumen tes 30 lembar, ada 1 masternya yang bisa dipake sih. Tapi yang satu lagi gimana dong???
Bude saya: Fotokopi aja di depan SMP 1.
Saya: (setengah bengong) SMP 1?
Bude saya: Iya, kamu cuma sisa satu anak lho. Kan kasihan...
Saya: (dalam hati) si anak pasti bersyukur nggak disuruh mikir.
Saya: Ya udah deh (lemes)
Akhirnya saya jalan dari SD ke mantan SMP saya dulu yang jaraknya kurang lebih 100 m. Saya fotokopi dua kali. Baliknya, karena takut nggak keburu, akhirnya saya nunggu bemo lewat. Clingak-clinguk, ternyata nggak ada bemo yang lewat sama sekali (padahal pas saya berangkat, sliweran kayak lalat. Sebel!). Noleh ke belakang, ada abang becak lagi nyante. Naik becak ah...
Nyampe di sekolah lagi, ternyata kita langsung disuruh masuk ke kelas. Kita jalan deh kayak orang penting diliatin anak-anak SD gara-gara jas almamater yang kita pake, belum lagi ibu-ibu yang nungguin anak-anaknya (sejujurnya saya malu abis!). Ugh!
Begitu sampe di kelas, ternyata anak-anaknya udah pada duduk manis di kursi masing-masing. Setelah ribut dikit gara-gara Bude saya mau memastikan kelasnya udah selesai ulangan, akhirnya uji coba dimulai. Jengjengjeng jeng...
Salam, perkenalan asal kampus kakak-kakak berjas dark torquise, tujuan, pembagian instrumen. Dan kita bertiga langsung berlagak kayak dosen jaga ujian. Keliling-keliling, ngeliatin jawaban anak-anak, menjawab pertanyaan anak yang nggak ngerti, menjewer anak yang bikin ribut. Ups! Kidding man... anak orang masa' mau dijewer-jewer.
Di tengah perjalanan menuju kelas tadi, si Phebe ngingetin, "Eh, reward-nya kurang 2 juga dong?" dan saya pun langsung mendelegasikan tugas pada kedua temen saya itu, "Ntar yang buka kalian ya, aku keluar nyari reward yang 2." tapi ternyata yang membuka saya juga jadinya, dan begitu soal selesai dibagi saya terbang keluar sekolah nyari toko kue yang jual Beng-beng atau Top (reward-nya adalah sebiji Beng-beng), soalnya di kantin sekolah lagi out of stock (bahasa bakul nehh hehe). Takut energi saya habis, saya panggil lah si abang becak deket sekolah dan saya ajak menyebrangi lautan jalanan buat nganterin saya beli Beng-beng 2 biji. Karena Beng-bengnya habis, jadi saya beli Top deh. Untung bungkusnya hampir sama, so no one will notice that :] (anyway, jarak saya beli Beng-beng = jarak saya fotokopi tadi)
Anyway, saya mau berbagi kelucuan yang saya dapat waktu jagain tuh anak-anak SD ngerjain soal buatan kita.
1. Pas si Karina membagikan soal-soalnya, ada satu anak cewek pake kacamata yang ngikutin dia mulu. Bahkan sampe ngelihatin mukanya si Karin! Maunya apa coba??? Awalnya saya pikir dia anak luar yang nyelonong masuk, eh ternyata bukan. Gimana saya tahu? Ada satu bangku kosong yang mendadak langsung terisi kembali ketika Karina mengingatkan cewek itu untuk ngerjain soalnya.
2. Di tengah-tengah pengerjaan, ada yang curhat sama temen sebangkunya. "Duh kepala puyeng, abis kejedot." Makanya, pake helm dong!
3. Waktu semua udah terima soal, seorang cewek mendadak menghampiri kita bertiga yang sibuk di meja guru dan bertanya "Mbak, ini diisi ya?" Nggak, Dek. Ditelen aja biar pinter. Sumpah itu yang terlintas di kepala saya, tapi demi ikut mencerdaskan kehidupan bangsa saya menjawab, "Iya, dibaca perintahnya ya." dan pada seluruh kelas saya berseru, "Sebelum mengerjakan, baca dulu perintahnya ya. Perintahnya disuruh menyilang atau mengisi?" beberapa anak menjawab, "Diisi!" dan saya menguatkan jawaban benar tersebut, "Pertanyaannya diisi." Oh God.
4. Menjelang akhir uji coba, ada cewek yang nanya: "Mbak, Surabaya-nya Surabaya mana?" saya bingung, emang ada gitu Surabaya yang di Hawaii?! "Em... di Unair, Dek." trus si cewek itu bilang, "Iya, tapi Surabaya mana? Surabaya selatan, utara, timur...?" Buset!! Emang Jakarta, ada pembagian wilayah segala! Nih adek aneh-aneh aja nanyanya. Meski begitu, demi ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, saya jabanin juga tu pertanyaan aneh, "Di Surabaya pusat." Bener kagak??
5. "Kumpulkan kertasnya di depan." salah saya ngomong begini, karena sedetik kemudian anak satu kelas pada berdiri semua dan buru-buru ngumpulin ke saya, Karina atau Phebe. Buru-buru saya nambahin, "Di meja masing-masing baris. Lalu kembali ke bangku masing-masing ya." You know what, cuma 30% yang dengerin kalimat saya yang terakhir. Jadi, jurus andalan pun saya keluarin, "Yang nggak duduk, nggak dapat hadiah!" Dalam sedetik, kelas yang tadinya chaos mendadak rapi kayak lagi ujian. Haha. Hear me now??! I'm in charged you little creatures!!
Setelah uji coba, masing-masing dari kita bertiga mengkoreksi ke-32 lembar jawaban yang sudah diisi tadi. Dan dari 11 LJK yang saya koreksi, saya menemukan beberapa jawaban gokil ala anak SD.
1. Q: Karnivora yang termasuk keluarga burung adalah...
A: hantu
(perlu diteliti, efek film horor terhadap pengetahuan alam pada anak kelas 4 SD)
2. Q: Karnivora yang termasuk keluarga burung adalah...
A: cacing
(googling, apakah cacing sudah pindah species menjadi Avian?)
3. Q: Makanan cicak adalah...
A: Macam-macam
(cicak sekarang doyan burger juga ya?)
Dan kesimpulannya adalah jadi guru itu caaaaapeeeeknya minta ampun!!! Suara saya yang tergolong keras kalo lagi ngobrol atau ngomong di depan kelas kecil, ternyata bukan apa-apa di kelas yang kita jadiin uji coba itu. Padahal kelasnya kecil lho! Mungkin karena suara di luar lebih bising (masih ada yang istirahat) dan saya kebiasaan ngomong di depan pake mic kalo di kampus. Jadi saya agak ngotot deh ngomongnya. Nggak cukup suara keras aja, gerakan tangan juga perlu. Kalo nggak gitu, suara saya bisa habis tak bersisa gara-gara triak-triak memberikan instruksi. Gerakan tangan bisa mengakomodasi instruksi yang panjang, jadi cukup bersuara sedikit dan gerakan tangan akan mewakili perintah yang panjang.
Overall, it was pretty fun doing that kinda thing :]
P.S.: it doesn't mean that I'm gonna take a major in Developmental Psychology and focus on Children education, note that!
hey i am taking child development in my sophomore year ! got a pretty cool task, 'playing the real game of life' and i have a twins to watch for. good luck with yours :D
ReplyDeleteare you in Psychology????
ReplyDeletebecause all the activities you mentioned are all the things my friends do in their Child Development class.
nope, still at high school :) but i take that class in my last semester. the easiest class i got in this semester...pretty much. haha
ReplyDelete