Hari itu saya sedang meeting dengan teman-teman sekelompok saya di kelas Psikologi Perkembangan I, ada satu tugas akhir yang harus diselesaikan sebelum minggu tenang UAS dimulai. Meeting dilaksanakan di ruang serbaguna yang berada di perpustakaan Unair kampus B. Yah, yang di samping kampus saya itu. Dengan bermodalkan laptop Compaq punya mbak Anty, tugas pun in process.
Setelah edit sana-sini dari hasil 'berburu' di internet, tugas pun selesai. Rencananya sih mau diprint sekalian di rental perpus, supaya nggak jadi beban. Flashdisk mbak Anty pun ditancapkan untuk memindahkan file tugas ke benda mungil itu. Dan mendadak kematian serasa begitu dekat di depan mata sodara-sodara! Ketika icon flashdisk diklik, tidak ditemukan apa-apa kecuali layar putih bersih terbentang di depan mata. Flashdisk yang biasanya berserakan folder-folder, gambar dan slide kuliah tiba-tiba melompong sepi. Ke manakah gerangan makhluk-makhluk digital itu pergi?
"Mungkin gara-gara nancep di laptop Tammy tadi. Laptop Tammy nggak bisa baca folder-foldernya." ujar ibu -- maksud saya mbak Anty panik. Logika saya protes, mana ada laptop nggak bisa baca folder? Kecuali laptop itu belum lahir ketika folder belum dilahirkan, yang berarti impossible! Sedangkan laptop Tammy termasuk laptop borjuis idaman mahasiswa (just like me!), Apple. Laptop mahal itu mana mungkin nggak bisa baca folder, yang punya sih masih mungkin *peace yo!*. Tiba-tiba jantung saya berdegup kencang, bukan, bukan karena Justin Timberlake minta saya jadi pacarnya. Tapi flashdisk saya tadi juga nancep di laptop si Temi! (baca: Temi, huruf e dibaca seperti pada telur) Bergegas saya ikutan nancepin flashdisk untuk memastikan bahwa folder-folder yang berjejer rapi di flashdisk saya masih berdiam di tempatnya.
Dan.........OH MY GOD! Dunia pun mendadak terasa gelap. Rasanya seperti menunggu giliran untuk lompat harimau ketika pelajaran olahraga SMP *I'm sooo terrible at it!* atau mendengar berita bahwa Zac Efron jadian sama Vanessa Hudgens. I was deadly shocked. At least saya tidak mengalami de javu dengan melihat layar putih melompong di hadapan saya untuk kedua kalinya, sejumlah master aplikasi hasil 'mancing' dari Puspa masih ada di flashdisk saya. Lalu ke manakah gerangan folder-folder berharga yang saya cintai lebih dari Snowy?
Satu hal yang pop-up di benak saya dan ibu -- maksud saya mbak Anty, virus. AVG Scanner pun ditugaskan untuk memberantas virus apapun yang telah merenggut nyawa kami berdua itu *behh...hiperbol!*. Ketika melihat scanning process AVG, folder-folder itu masih terbaca. Sungguh aneh bin ajaib! Lalu di manakah si virus menyandera anak-anak malang itu? Tidak ada yang tau.
Hasil scan menyatakan bahwa flashdisk saya dan mbak Anty terserang virus ganas bernama Trojan. Saya benar-benar tidak menyangka virus itu akan sedemikian sadis merenggut kehidupan saya. Bergegas ibu menghubungi bapak --emm...maksudnya mbak Anty menghubungi mas Ridzki yang kuliah IT, menanyakan bagaimana mengembalikan anak-anak kami yang disandera Bang Trojan itu. Dengan raut lemah mbak Anty berkata lirih, "Katanya kalo kena Trojan nggak bisa balik." NO!!!!!!!!! What could be worse?? Ngliat folder-folder ilang aja uda stres, ditambah dengan vonis mereka nggak bisa balik, mendadak rasanya saya juga ikutan disandera Bang Trojan.
Saya juga nggak berdiam diri, saya coba tanya ke Adi --teman saya yang kuliah IT. Apa file ilang kena Trojan bisa balik lagi, katanya file yang 'hidden' itu bisa dilihat di ACDSee. Tapi laptop mbak Anty nggak ada ACDSee-nya, pas nelpon mas Ridzki buat nanya di mana ACDSee-nya (FYI, laptopnya sebenernya punya mas Ridzki hehe), eh sinyal telepon malah drop. SIALAN! Tiba-tiba Pak Ting (a.k.a Trian) dan Meru (My Fam!!) melintas di depan kami. Langsung bagaikan melihat sosok abang penjual bakso, saya pun langsung berseru, "Bang, bang, baksonya satu mangkok ya!" Hehe of course I'm kidding, saya panggil si Pak Ting karena setahu saya dia punya skill di bidang beginian *hehe*. Ketika dilihat isi flashdisk yang menganga kosong, Pak Ting berkata bijak, "Maaf bu, nyawa anak ibu tidak bisa terselamatkan." Huaaaaaaaa...!!! Kata-kata itu begitu tajam seperti pedang bermata dua milik...milik...ah bodo amat milik siapa! Rasanya seperti ditusuk pedang dua kali. I'm dying!!!
Di sms, Adi bilang bisa pake file recovery juga kalo nggak ada ACDSee. Tapi saya nggak pernah liat itu yang namanya file recovery, jadi saya tunggu sampai ada yang bisa benerin flashdisk saya dan ibu --maksudnya mbak Anty. "Coba Meru," Pak Ting melemparkan tugas ke cowok di sampingnya (ya si Meru maksudnya!), Pak Ting pun menjelaskan duduk perkaranya (halah!) pada Meru. Meru pun mengklik-klik beberapa tempat untuk memeriksa kondisi anak kami -- maksudnya sistem flashdisknya. Saya pun nggak bisa berhenti memohon supaya folder-folder saya bisa kembali ke rumahnya seperti sedia kala.
Mendadak angin sepoi-sepoi bertiup di sekeliling saya, awan kelam beranjak pergi dan matahari tersenyum kembali. Meru bilang, "Masih bisa dikembaliin kok." ALHAMDULILLAH! Meru seperti dokter yang mengatakan bahwa anak saya yang kena penyakit kronis masih punya harapan hidup. God damn relieving!
Meru pun akhirnya mengambil alih semuanya. Flashdisk saya dan mbak Anty pun bergantian nancep ke laptop Meru yang udah senior *hehe piss!*. Dia bilang, "Kalo nancep ke laptopku nggak apa-apa.". Malang nian nasib Compaq mbak Anty, tertular virus mematikan *lebay bo!* bernama Trojan. Saking leganya, saya dan mbak Anty sampe nawarin reward ke Meru.
Ibu : "Meru mau apa?"
Saya : "Gratis edit foto seumur hidup deh..." *ga mau rugi hehe*
Tapi si Meru cuma senyam-senyum doank *bingung kali mau jawab apa, takut kita nggak mampu. Jalan-jalan keliling Eropa. Mampus!!*. Si Meru malah bilang sambil senyum malu-malu *apa malu-maluin ya?* "Ajarin ngedit foto aja deh.". Menurut saya, itu lebih susah daripada ngedit foto yang lighting-nya pelit setengah mati. Tak lama kemudian, semua folder di dalam flashdisk saya berikut file-file di dalamnya sudah kembali seperti semula. Nggak tau gimana Meru berhasil melumpuhkan Bang Trojan (sebenernya tau, cuma males nulisnya soalnya terlalu ribet dan berbau mekanistik. Boooring!), jangan-jangan Meru adalah reinkarnasi Si Pitung dari Betawi ahaha. However, rasanya saya bisa merasakan nafas kehidupan saya seperti sedia kala. Tidak ada lagi bayang-bayang sang pencabut nyawa di depan mata, yang ada cuma dunia yang maya ini :]. Thanks a lot to Meru, it's never been enough I know :D
Untuk mensyukuri kembalinya anak-anak kami, kami pun merayakannya dengan makan bakso deket kampus *like dream comes true or what? :]*. Gara-gara itu virus, saya dan mbak Anty sampai nggak sempat lunch. Tanpa terasa hari semakin sore dan waktu lunch pun kelewat jauh karena jam udah menunjukkan pukul 5 sore. Pulang makan, Meru bahkan sempet insist buat bayar baksonya sendiri, tapi ditolak sama si ibu. It's all paid by mbak Anty. Yay!! That's the sweet of youu, sis :]
Akhir kata, saya mengajukan perkara ini ke pengadilan untuk ditindaklanjuti. Karena ini sudah menyangkut nyawa orang lain, nggak cuma satu tapi dua nyawa sekaligus! Tersangka sekaligus pelaku utamanya sudah jelas bin obvious, saudara Temi dengan barang bukti berupa laptop Apple warna hitam yang logo apelnya udah kegigit separuh. Mungkin perlu dipertanyakan kenapa si Temi nggak beli yang apelnya masih utuh, apa pengaruh ke harga laptopnya juga ya?
Terdakwa dijerat pidana untuk melemparkan laptopnya ke kolam renang di belakang rumahnya *ide mbak Anty* dengan gaya lempar lembing sesuai prosedur pelemparan lembing di kitab Olah Raga anak SMP *it's mine!*. Hukuman ini belum ditambah dengan guilty pleasure tak terkira yang diberikan kepada terdakwa :]] *just joking!*
P.S.: thanks a lot (again) to Meru, this post is dedicated to you, Fam :D
P.S.S.: terakhir, laptop Temi sudah memakan korban baru, Puzpa, yang juga belakangan diketahui sebagai 'teman' dekatnya.
Setelah edit sana-sini dari hasil 'berburu' di internet, tugas pun selesai. Rencananya sih mau diprint sekalian di rental perpus, supaya nggak jadi beban. Flashdisk mbak Anty pun ditancapkan untuk memindahkan file tugas ke benda mungil itu. Dan mendadak kematian serasa begitu dekat di depan mata sodara-sodara! Ketika icon flashdisk diklik, tidak ditemukan apa-apa kecuali layar putih bersih terbentang di depan mata. Flashdisk yang biasanya berserakan folder-folder, gambar dan slide kuliah tiba-tiba melompong sepi. Ke manakah gerangan makhluk-makhluk digital itu pergi?
"Mungkin gara-gara nancep di laptop Tammy tadi. Laptop Tammy nggak bisa baca folder-foldernya." ujar ibu -- maksud saya mbak Anty panik. Logika saya protes, mana ada laptop nggak bisa baca folder? Kecuali laptop itu belum lahir ketika folder belum dilahirkan, yang berarti impossible! Sedangkan laptop Tammy termasuk laptop borjuis idaman mahasiswa (just like me!), Apple. Laptop mahal itu mana mungkin nggak bisa baca folder, yang punya sih masih mungkin *peace yo!*. Tiba-tiba jantung saya berdegup kencang, bukan, bukan karena Justin Timberlake minta saya jadi pacarnya. Tapi flashdisk saya tadi juga nancep di laptop si Temi! (baca: Temi, huruf e dibaca seperti pada telur) Bergegas saya ikutan nancepin flashdisk untuk memastikan bahwa folder-folder yang berjejer rapi di flashdisk saya masih berdiam di tempatnya.
Dan.........OH MY GOD! Dunia pun mendadak terasa gelap. Rasanya seperti menunggu giliran untuk lompat harimau ketika pelajaran olahraga SMP *I'm sooo terrible at it!* atau mendengar berita bahwa Zac Efron jadian sama Vanessa Hudgens. I was deadly shocked. At least saya tidak mengalami de javu dengan melihat layar putih melompong di hadapan saya untuk kedua kalinya, sejumlah master aplikasi hasil 'mancing' dari Puspa masih ada di flashdisk saya. Lalu ke manakah gerangan folder-folder berharga yang saya cintai lebih dari Snowy?
Satu hal yang pop-up di benak saya dan ibu -- maksud saya mbak Anty, virus. AVG Scanner pun ditugaskan untuk memberantas virus apapun yang telah merenggut nyawa kami berdua itu *behh...hiperbol!*. Ketika melihat scanning process AVG, folder-folder itu masih terbaca. Sungguh aneh bin ajaib! Lalu di manakah si virus menyandera anak-anak malang itu? Tidak ada yang tau.
Hasil scan menyatakan bahwa flashdisk saya dan mbak Anty terserang virus ganas bernama Trojan. Saya benar-benar tidak menyangka virus itu akan sedemikian sadis merenggut kehidupan saya. Bergegas ibu menghubungi bapak --emm...maksudnya mbak Anty menghubungi mas Ridzki yang kuliah IT, menanyakan bagaimana mengembalikan anak-anak kami yang disandera Bang Trojan itu. Dengan raut lemah mbak Anty berkata lirih, "Katanya kalo kena Trojan nggak bisa balik." NO!!!!!!!!! What could be worse?? Ngliat folder-folder ilang aja uda stres, ditambah dengan vonis mereka nggak bisa balik, mendadak rasanya saya juga ikutan disandera Bang Trojan.
Saya juga nggak berdiam diri, saya coba tanya ke Adi --teman saya yang kuliah IT. Apa file ilang kena Trojan bisa balik lagi, katanya file yang 'hidden' itu bisa dilihat di ACDSee. Tapi laptop mbak Anty nggak ada ACDSee-nya, pas nelpon mas Ridzki buat nanya di mana ACDSee-nya (FYI, laptopnya sebenernya punya mas Ridzki hehe), eh sinyal telepon malah drop. SIALAN! Tiba-tiba Pak Ting (a.k.a Trian) dan Meru (My Fam!!) melintas di depan kami. Langsung bagaikan melihat sosok abang penjual bakso, saya pun langsung berseru, "Bang, bang, baksonya satu mangkok ya!" Hehe of course I'm kidding, saya panggil si Pak Ting karena setahu saya dia punya skill di bidang beginian *hehe*. Ketika dilihat isi flashdisk yang menganga kosong, Pak Ting berkata bijak, "Maaf bu, nyawa anak ibu tidak bisa terselamatkan." Huaaaaaaaa...!!! Kata-kata itu begitu tajam seperti pedang bermata dua milik...milik...ah bodo amat milik siapa! Rasanya seperti ditusuk pedang dua kali. I'm dying!!!
Di sms, Adi bilang bisa pake file recovery juga kalo nggak ada ACDSee. Tapi saya nggak pernah liat itu yang namanya file recovery, jadi saya tunggu sampai ada yang bisa benerin flashdisk saya dan ibu --maksudnya mbak Anty. "Coba Meru," Pak Ting melemparkan tugas ke cowok di sampingnya (ya si Meru maksudnya!), Pak Ting pun menjelaskan duduk perkaranya (halah!) pada Meru. Meru pun mengklik-klik beberapa tempat untuk memeriksa kondisi anak kami -- maksudnya sistem flashdisknya. Saya pun nggak bisa berhenti memohon supaya folder-folder saya bisa kembali ke rumahnya seperti sedia kala.
Mendadak angin sepoi-sepoi bertiup di sekeliling saya, awan kelam beranjak pergi dan matahari tersenyum kembali. Meru bilang, "Masih bisa dikembaliin kok." ALHAMDULILLAH! Meru seperti dokter yang mengatakan bahwa anak saya yang kena penyakit kronis masih punya harapan hidup. God damn relieving!
Meru pun akhirnya mengambil alih semuanya. Flashdisk saya dan mbak Anty pun bergantian nancep ke laptop Meru yang udah senior *hehe piss!*. Dia bilang, "Kalo nancep ke laptopku nggak apa-apa.". Malang nian nasib Compaq mbak Anty, tertular virus mematikan *lebay bo!* bernama Trojan. Saking leganya, saya dan mbak Anty sampe nawarin reward ke Meru.
Ibu : "Meru mau apa?"
Saya : "Gratis edit foto seumur hidup deh..." *ga mau rugi hehe*
Tapi si Meru cuma senyam-senyum doank *bingung kali mau jawab apa, takut kita nggak mampu. Jalan-jalan keliling Eropa. Mampus!!*. Si Meru malah bilang sambil senyum malu-malu *apa malu-maluin ya?* "Ajarin ngedit foto aja deh.". Menurut saya, itu lebih susah daripada ngedit foto yang lighting-nya pelit setengah mati. Tak lama kemudian, semua folder di dalam flashdisk saya berikut file-file di dalamnya sudah kembali seperti semula. Nggak tau gimana Meru berhasil melumpuhkan Bang Trojan (sebenernya tau, cuma males nulisnya soalnya terlalu ribet dan berbau mekanistik. Boooring!), jangan-jangan Meru adalah reinkarnasi Si Pitung dari Betawi ahaha. However, rasanya saya bisa merasakan nafas kehidupan saya seperti sedia kala. Tidak ada lagi bayang-bayang sang pencabut nyawa di depan mata, yang ada cuma dunia yang maya ini :]. Thanks a lot to Meru, it's never been enough I know :D
Untuk mensyukuri kembalinya anak-anak kami, kami pun merayakannya dengan makan bakso deket kampus *like dream comes true or what? :]*. Gara-gara itu virus, saya dan mbak Anty sampai nggak sempat lunch. Tanpa terasa hari semakin sore dan waktu lunch pun kelewat jauh karena jam udah menunjukkan pukul 5 sore. Pulang makan, Meru bahkan sempet insist buat bayar baksonya sendiri, tapi ditolak sama si ibu. It's all paid by mbak Anty. Yay!! That's the sweet of youu, sis :]
Akhir kata, saya mengajukan perkara ini ke pengadilan untuk ditindaklanjuti. Karena ini sudah menyangkut nyawa orang lain, nggak cuma satu tapi dua nyawa sekaligus! Tersangka sekaligus pelaku utamanya sudah jelas bin obvious, saudara Temi dengan barang bukti berupa laptop Apple warna hitam yang logo apelnya udah kegigit separuh. Mungkin perlu dipertanyakan kenapa si Temi nggak beli yang apelnya masih utuh, apa pengaruh ke harga laptopnya juga ya?
Terdakwa dijerat pidana untuk melemparkan laptopnya ke kolam renang di belakang rumahnya *ide mbak Anty* dengan gaya lempar lembing sesuai prosedur pelemparan lembing di kitab Olah Raga anak SMP *it's mine!*. Hukuman ini belum ditambah dengan guilty pleasure tak terkira yang diberikan kepada terdakwa :]] *just joking!*
P.S.: thanks a lot (again) to Meru, this post is dedicated to you, Fam :D
P.S.S.: terakhir, laptop Temi sudah memakan korban baru, Puzpa, yang juga belakangan diketahui sebagai 'teman' dekatnya.
No comments:
Post a Comment
I'd love to read all your sweet comments.
Please leave it on the box below and I'll reply as soon as I can :)
Have a nice day! x