Friday, 20 June 2008

Live in a box full of Friends

It's funny at first because I didn't know that I deserve, that I deserve to get what they give me. I've never been in a condition when so much love fallen for you. I've never been in a place when somebody really needs you, when somebody do really care about you. Honestly I've never been in such a wonderful place like that.



It's all happened last year. I met lots of various kinda people. I left a bunch but then I got millions. It's interesting and contains lots of fun to know them all. I just realized that people's characteristic is an interesting thing to learn about. I start to open my self, knowing people more and more, being kinda friendly and always trying to be warm to the new people I just knew. Because honestly, I'm even worse than a Vampire.



Then time goes by and I finally know who I can going out with and I got shocked by some girls who -let me tell you- just found to be my true friends. I used to live in a place where sunlight couldn't come through. I'm afraid of light--spotlight, I hate being in the middle of the crowd, I was crazy of being lonely, I avoid everybody just so they don't need to know the real me cause I'm so shy of people. Now, the light is like my new bestfriend. The warm feeling my friend's gave makes me comfortable with the way I am. Makes me do the same to other people, share the warm feeling.

I know now that it's okay to be this way, it's fun to be warm and opened, it's fine for the light shining on me. And in this new way, I even got something I never guess it would happen before. Something beautiful and of course fun. Perhaps, I need to thank to the circumtances which have already put me on this. And let me say, all hail my lovely friends and angels. You're the puzzle pieces who built me up into one full body of soul.

Wednesday, 4 June 2008

My Father's Daughter

Ini bukan kisah anak adopsi atau semacamnya. Tentang saya? Ya, ini tentang saya tentunya. Saya anak adopsi? Oh tidak, saya tidak bermaksud demikian. I'm gonna write something that might be my father's point of view about me all this time.

Well, saya adalah anak sulung dari 3 bersaudara, kedua adik saya semuanya laki-laki. Sejak kecil saya kurang suka bermain di luar bersama anak tetangga, jadilah saya bermain di rumah sendirian. Tapi, kebanyakan waktu saya dihabiskan dengan bermain bersama 2 sepupu cowok saya. Main tembak-tembakan pake stik bambu, mobil-mobilan, sampe trik-trik aneh cowok seperti bersiul (yang kata sepupu saya cuma cowok yang bisa) saya tahu. Jadilah saya cewek tomboy jauh sebelum kedua adik cowok saya lahir.

Karena keseringan main sama cowok itulah saya jadi kurang tertarik main masak-masakan pake daun seperti anak cewek kebanyakan. Bisa dibilang saya jijik melihatnya hehe. Sampai-sampai ketika anak tetangga mengajak saya main masak-masakan, saya menolak bermain dan menyuruhnya pulang. Saya lebih suka main power rangers (I'm ranger pink! I love ranger red :]) atau polisi-polisian di sekolah. Dulu di TK saya suka banget main karate-karatean sama anak-anak cowok. Untungnya saya nggak sendiri, ada beberapa temen cewek saya yang juga ikutan. Sejak itulah saya bercita-cita jadi polisi (haha nggak nyambung dan nggak beralasan banget!) dan bukannya dokter seperti anak (cewek) kebanyakan. Polisi di mata saya saat itu keren banget; bawa pistol, tembak-tembakan, kejar-kejaran pake mobil, bertarung, pokoknya keren abis!! (gara-gara film polisi Amerika hehe). Namanya juga anak kecil, masih belum ngerti kalo jadi polisi harus kuat mental, badan proporsional dan disiplin tinggi. Jauh banget sama keadaan saya sekarang; udah males, takut hantu (apa hubungannya??) dan perut berlipat hehe.

Oke, langsung aja. Ini kok kelihatannya jadi nggak nyambung sama judulnya. Dari pengalaman saya sejak kecil itu, I wasn't really close to my mother. Kalo disuruh milih: membantu Mama di dapur atau bantuin Papa bersihin motor, saya akan pilih bantuin bokap. Saya nggak tahu kenapa (kayaknya sih males), saya lebih suka bantuin bokap utak-atik mesin motor meskipun saya nggak tahu nama-nama bagian motor yang diutak-atik, minimal saya jadi tahu nama alat-alat yang dipake benerin. Jadi, kalo disuruh nyebutin bumbu dapur, mending saya disuruh nyebutin macam-macam tang dan kawan-kawannya deh.

Menginjak remaja, saya mulai ketagihan main komputer. Hal ini semakin menjauhkan saya dari yang namanya dapur. Ketakutan saya akan kecipratan minyak pas menggoreng telur lebih besar dibandingkan kesetrum waktu nyolokin kabel di belakang CPU. Ini juga yang merupakan faktor utama saya menjauhkan diri dari dapur; takut kecipratan minyak. Sampe sekitar SMP saya cuma bisa masak air, goreng telur, sama masak mi instan :D. Begitu SMA kemampuan saya meningkat, saya udah berani goreng ayam, nugget dan sosis, sesekali kentang goreng beku haha. Singkatnya, saya udah lulus menggoreng makanan instan. Yah, setidaknya ada peningkatan daripada nggak sama sekali kan?

Saya sih enjoy aja meski dibilang udah SMA tapi nggak bisa masak, toh kemampuan memasak nggak diujikan pas UNAS kok. Jadi, bisa masak atau nggak ya bodo amat. Yang penting rapot saya nggak kebakaran dan bisa main internet sepuasnya (iya, saya tau nggak nyambung).

Papa saya juga nggak menunjukkan tanda-tanda kecemasan kalo anak perempuannya nggak bisa masak. Beliau emang dasarnya nggak terlalu banyak komen sama hal-hal remeh, bokap menganut prinsip go with the flow yang gue banget haha! Sampai suatu ketika mesin jahit baru nyokap rusak dan bokap didaulat untuk ngebenerin. Saya pun ikut nimbrung sambil ngeliatin bokap ngutak-atik bagian dalam mesin jahit modern yang mungil punya nyokap itu, just like the old times :]. Tiba-tiba, pas mesin jahitnya udah bener lagi, bokap pengen ngetes mesinnya jalan ato nggak. "Ini masukin benangnya mulai mana ya?" tanya bokap ke saya. Saya pura-pura ikutan nyari di mana benang harus disangkutin, karena jujur saya nggak ngerti apa-apa. Tak lama kemudian, adik saya yang paling gede ikutan nimbrung dan mendapat pertanyaan yang sama seperti sebelumnya dari bokap. Dalam sekejap, benang pun berhasil nyangkut di tempatnya di tangan adik saya yang cowok itu. Nggak butuh waktu lama, set... set... set... dan benang pun merentang indah di antara sangkutan-sangkutannya yang estafet di bagian dalam mesin jahit nyokap. Rasanya bener-bener kalah telak dari adik saya nih!

Kejadian itu seolah berhasil menyentil saya. Memang soal komputer rusak, tape rusak ato TV buram bisa saya benerin (ini tukang servis ato apa sih?). Tapi mesin jahit yang notabene adalah 'barang cewek' malah saya nggak ngerti. Bahkan adik saya yang cowok aja tau masukin benang di mesin jahit! Saya, kakaknya yang cewek nggak tau. Kakak macam apa saya ini! Huhuhuhu

Sejak saat itu saya mulai berbenah (berat nih bahasanyaaaa!!). Mungkin bokap juga khawatir sebenarnya, anak gadisnya kok malah lebih pinter meracik kode HTML daripada bumbu masakan. Jadilah saya iseng-iseng nyobain resep-resep simple yang ada di majalah remaja. Yah, cemilan-cemilan yang sederhana banget. Kayak kreasi konyaku atau kreasi milkshake coklat. Pokoknya yang gampang banget sampe chef terkenal aja males bikinnya. Hasilnya sih emang buat konsumsi pribadi alias nggak dibuat dalam skala besar alias cuma buat saya seorang. Lagipula anggota keluarga saya yang lain juga nggak minta bagian kok hehe. Kayaknya mereka nggak mau menanggung resiko haha.

Lulus SMA, saya udah bisa bikin olahan macaroni dan telur yang bikin kedua adik saya ketagihan (bahkan adik saya yang paling gede udah bisa bikin sendiri, padahal waktu itu dia masih SD!!).

Dan baru-baru ini saya udah nyobain resep-resep sederhana (masih dari majalah, beberapa dari internet) yang mungkin bikin Papa saya tersenyum lega bahwa ternyata anak gadisnya normal. Saya udah bisa bikin nasi goreng (cuma pake bawang+kecap+garam, nyokap masih nggak percaya kelezatannya padahal saya udah bolak-balik bikin), chocolate cookies dan yang paling saya banggakan karena udah berhasil bikin berkali-kali dan hasilnya jadi favorit orang serumah; Pancake. Bahkan bokap ikut nyobain! Adik saya yang paling kecil paling suka nungguin saya pas bikin Pancake (bukan apa-apa, dia nggak sabar nungguin yang udah mateng soalnya!). Saya juga nggak ngandalin mi instan lagi kalo nggak ada lauk buat makan, karena saya udah bisa bikin nasi goreng sendiri :]. Bahkan meski nyokap meragukan rasanya.

Well, Dad, I successfully prove it to you that I'm your proud little girl.


PS: saya masih berangan jadi polisi, tapi tanpa harus latihan fisik dan boleh bangun siang.





LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin