Langsung aja yah, berikut adalah kelanjutan dari post sebelumnya:
3. FILM
you know you can see a candy eyes like this on 'bule' movies, right?
Banyak yang bilang belajar bahasa Inggris melalui film sebaiknya menggunakan film kartun atau animasi. Nggak ada salahnya sih, karena emang film kartun/animasi dialognya sederhana, ngomongnya nggak terlalu cepet dan pengucapannya lumayan jelas. cuma jaman saya dulu animasi yang lagi booming adalah Doraemon, Detective Conan dan Shinchan. Orangtua saya pun bukan tipe orangtua yang menuntut anaknya jago bahasa asing sampai dibela-belain beli VCD/DVD film kartun asing. Slow aja deh :) Toh jaman SD dulu saya juga nggak suka (tapi nggak sampai benci kok) bahasa Inggris karena hapalannya banyak (belum ketemu Biologi, masih lugu). Jadi nggak ngoyo-ngoyo amat buat bisa bahasa Inggris, yang secukupnya aja dari sekolah.
Saya justru belajar bahasa Inggris melalui film anak-anak (atau semi-remaja yaa?) yang biasanya diputer pas liburan di RCTI, SCTV atau Indosiar (cuma malam Minggu aja dulu kayaknya, jarang pula). Lagian buat yang baru mau niat belajar bahasa Inggris dan harus nonton kartun kan ya males toh. film Film favorit saya jaman dulu (dan sampai sekarang) adalah trilogi Mighty Ducks (yup, bukan Home Alone karena #imho McCulay Culkin itu nggak cakep. Not even cute, sorry). Masih inget banget dulu saya belajar kata "Actually" dan "Absolutely" (yang nggak akan pernah ada di buku pelajaran manapun) dari film itu.
Nggak usah muluk dulu nonton tanpa teks terjemahan (subtitle), saya pun awalnya belajar dengan menggunakan teks terjemahan berbahasa Indonesia. Tahap ini untuk memperkaya kosa kata sekaligus listening; dengarkan apa yang diucapkan si aktor (jadi tau pengucapannya meski nggak tau penulisannya, belajar penulisan bisa didapat ketika membaca buku) lalu cocokkan dengan teks yang muncul di bawah layar. Karena saya tergolong pembaca cepat *setdah*, saya baca dulu teks-nya sampai habis baru saya dengarkan si aktor untuk kata-kata yang saya tidak tau versinya dalam bahasa Inggris.
Contoh:
- Subtitle: Aku yakin ini akan menjadi pengalaman kedekatan yang nyata. Suatu hari nanti, mungkin salah satu dari kalian akan menuliskannya di dalam penjara.
- Dialog aktor: I'm sure this will be a real bonding experience. One day, maybe one of you will write a book about it in jail. (IMDB)
Ketika bagian subtitle muncul (yang biasanya lebih cepat sekian detik sebelum sang aktor berbicara), langsung baca skimming atau cepat. Saya nggak tau bahasa Inggris-nya "kedekatan" (saat itu), maka saya akan pasang kuping ketika kata "bonding" diucapkan (tentu saya nggak tau kapan akan diucapkan dan seberapa jelas, kan bule ngomongnya cepet yah). Tapi dari situ secara nggak langsung kosa kata baru akan didapat. Anggaplah kita sama-sama nggak ngerti bahasa Inggris, maka metode "dengarkan lalu cocokkan" adalah cara yang tepat untuk menambah kosakata baru dan mengasah ketajaman telinga (sekaligus membuat kuping familiar dengan kata asing). Setelah terbiasa pake subtitle Indonesia, tingkatkan dengan pake subtitle Inggris lalu tanpa bantuan subtitle sama sekali. Ingat, bertahap yaa jangan drastis!
Sampai sekarang sih saya masih suka nambah kosakata baru (yang nggak banyak juga, tapi at least ada peningkatan). Udah nggak melalui film-film remaja, tapi lebih ke film series yang bersambung. Karena selain saya suka nontonnya atau ceritanya menarik, saya juga jadi tau kosakata tertentu yang digunakan sehari-hari (ya, termasuk slang). Belum lagi, kalau series yang bertema tertentu (seperti Newsroom yang menceritakan kehidupan seorang pembawa berita di TV dan aktivitasnya di tempat kerja, buat yang suka kisah kriminal bisa ikutin CSI (kota manapun deh) atau kisah kedokteran macam Grey's Anatomy dan sejenisnya) bisa menambah koleksi kosakata dengan lebih spesifik sesuai ranah film yang ditonton (kriminal, jurnalistik, fashion, kedokteran dll.).
Saya pribadi sih suka nonton yang banyak fashion-nya (seperti Jane by Design, Pretty Little Liars, Glee, The Carrie Diaries), ceritanya nggak berbelit-belit (seperti GIRLS, Parenthood), dan lucu (seperti Modern Family, The Big Bang Theory, Suburgatory). Jangan maksain nonton film yang saya suka kalau kamu emang nggak suka yaa. Ingat, kita belajar di sini dengan cara yang fun! ;)
Melalui film ini juga saya jadi paham bahwa orang bule itu punya ungkapan-ungkapan tertentu yang nggak kita punya, meskipun kalau diartikan masih bisa. Begitu pula sebaliknya. Selain belajar bahasa, mau nggak mau kita juga belajar budaya orang asing :)
4. KURSUS
mungkin kalau bulenya model begini ga bikin jiper duluan yah? hehee
Sejujurnya saya merasa udah bisa bahasa Inggris meski buta grammar dari jaman SMP, hingga bikin saya males les karena pede banget ngerasa bisa dan nggak ngerasa perlu (padahal kosakata pas-pasan dan conversation aja masih malu nggak ketulungan). Dulu semasa SMP, teman sebangku saya jago banget bahasa Inggris. Nggak cuma secara tertulis, tapi juga ngomongnya cas-cis-cus dan nggak malu. Ternyata dia les di salah satu lembaga kursus ternama di Surabaya yang pengajarnya bule. Sampai saya lulus SMP pun les bahasa Inggris nggak pernah kepikiran di kepala.
Memasuki SMA pun saya masih jumawa #dirajam dan males banget kalau harus ikutan les bahasa Inggris. Padahal guru bahasa Inggris saya waktu itu orangnya fluent banget ngomong bahasa Inggris yang bikin saya jiper (faktor orang dewasa yang lebih jago akhirnya saya ketahui bikin saya jadi sedikit nggak jumawa lagi). Akhirnya kelas XI saya diajakin temen buat les di lembaga kursus yang pengajarnya bule (saingan tempat kursus temen sebangku SMP saya dulu hehe). Awalnya saya jelas males, tapi temen saya bilang biar ada yang nyontekin pas placement test -___-" Saya ijin bokap dulu karena image les bahasa Inggris dengan pengajar bule buat saya hanya untuk golongan menengah ke atas, which I'm not. Biaya kursusnya dalam satuan "juta" dan ngomong sama bule tentu beda takutnya ketika ngomong sama orang kita sendiri (sejujurnya pertemuan pertama, level pertama di tempat saya les saya langsung dapat bule Amerika yang ngomongnya cuepet banget bikin saya jiper lebih parah daripada guru SMA saya). Ternyata bokap malah mendukung penuh 1000% :D Dalam hati sejujurnya saya masih ragu, tapi iseng buat mengukur kemampuan dan didukung penuh akhirnya saya join juga.
apalagi yang gurunya ganteng begini, saya pasti rajin dateng! ;)
Singkat cerita, ikutan kursus itu pun harus pilih-pilih. Mungkin alesan saya males ikut les bahasa Inggris (tadinya) adalah saya nggak mau terjebak duduk-mendengarkan tutor ngoceh yang pastinya ngebosenin karena sama kayak di sekolah. Nah, les yang fun menurut saya adalah yang kebalikan dari itu, yang banyak conversation-nya dan sedikit spoiler grammar buat bekal waktu ngobrol. Tutor bule pun ada plus-nya, ngobrol sama bule itu #imho jadi jaminan karena mereka nggak akan ngetawain kita kalau salah, justru mereka bakal sabar dengerin maunya kita ngomong apa meski buat saya pasti ngeselin dan capek #dasargasabaran. Tutor bule bisa jadi tempat latihan listening dan speaking sekaligus karena mereka ngomongnya nggak secepet aktor-aktor di film. Minus-nya, karena ngira si bule nggak akan ngerti kita ngomong apa dalam bahasa Indonesia/bahasa daerah (terutama bule yang baru dateng ke Indonesia), jadi kita suka curi-curi ngomong bahasa non-Inggris yang mana nggak akan membantu perbaikan kualitas bahasa Inggris kita sendiri. Jadi pikir lagi deh, udah bayar mahal-mahal tapi ujung-ujungnya ngomong bahasa Indonesia (atau bahasa daerah) juga di kelas kan percuma. Kelas les bahasa Inggris adalah tempat di mana kamu bisa puas-puasin deh salah ucap, gagap sampai jadi jago ngomong bahasa Inggris. Nah, nanti di luar kelas kamu bisa pamer kebolehanmu ngomong, baca atau dengerin dialog berbahasa Inggris ;)
Grammar is boring! Maka dari itu kursus yang baik adalah kursus yang mengajarkan grammar secara nggak sadar. Maksudnya? Sampai sekarang saya nggak pernah hapal rumus atau jenis-jenis grammar yang menurut adek saya yang ambil kelas mantan RSBI ada 16 macam itu. Tempat kursus saya mengajarkan (saya sadari belakangan) waktu penggunaannya, meski nama jenis grammar juga disebut tapi bukan itu kan yang jadi poin penting belajar grammar. Kalau tau nama jenisnya dan hapal rumusnya tapi nggak tau kapan penggunaannya bukannya nanti akan bernasib sama dengan rumus-rumus Fisika? #eaaa Seingat saya, kita cuma belajar rumus di awal dan itu singkat bin cepet banget lalu langsung masuk ke praktek mulai writing, listening sampai speaking (untuk level yang lebih tinggi). Proses ini berlangsung berulang-ulang (repetitif) sampai kita paham waktu penggunaan grammar tersebut.
Kursus bisa jadi basic saat kita mau belajar dengan media yang lain. Saat nonton film, baca buku atau dengerin lagu kita bisa tau kalau di momen yang seperti apa grammar jenis tertentu banyak digunakan. Dari sini, nanti kita bisa tau kapan penggunaannya saat mau ngomong atau menulis sesuatu dalam bahasa Inggris :) Intinya, buat belajar grammar, saya lebih suka melalui kursus (yang fun yaa tapi) karena kalau belajar sendiri nggak akan bisa-bisa hehee (baca: males). Biarlah orang lain yang ngajarin dan paham seluk-beluk grammar yang penting saya cukup tau waktu penggunaannya aja #nggakmaususah.
I think that's all I can share with you, guys. Kalau ada yang mau menambahkan atau tanya-tanya langsung aja nulis di link doodles (comment) di bawah post ini yah ;)
Saya juga pengen nggak cuma orang dewasa aja yang bisa belajar bahasa Inggris dengan cara yang menyenangkan. Di kelanjutan post ini nanti, saya juga akan menambahkan tips belajar bahasa Inggris buat anak-anak. Kali aja pembaca saya ada yang udah punya 'ekor' dan pengen anaknya lebih jago daripada bapak-ibunya, bisa belajar bareng deh sama anak-anaknya. Khusus poin no.3, mungkin film-film belajar buat anak-anaknya dibedain ya sama yang buat bapak-ibunya. Masa iya mau nonton James Bond bareng? Jangan yah! :))