Pernah nggak merasa sentimentil banget pas melihat salah satu ciptaan Tuhan yang bikin takjub? Melihat sesuatu yang bikin kita langsung berseru amazed, 'Subhanallah!'? Saya pernah. Dan kejadiannya terjadi hari Sabtu, 1 Mei yang lalu (sorry a bit too late to tell this, assignments kidnapped me).
Sesuai rencana, saya pergi bersama 7 orang teman ke Pulau Sempu yang terletak di Malang selatan. Pulau Sempu berdekatan dengan objek wisata pantai Sendang Biru, kita harus menyeberang dulu dengan boat yang muat sekitar 15 penumpang. Kalau kamu mengira perjalanannya sesingkat dan semudah itu, I'll tell you, you're wrong.
Dibandingkan perjalanan menuju Pantai Balekambang, jalanan menuju Sendang Biru masih tergolong lebih baik. Aspalnya lebih bagus dan tidak ada track yang rusak seperti jalanan ke Balekambang, sehingga perjalanan bisa lebih cepat dan lebih nyaman. Tapi emang perjalanan yang menyusahkan itu selalu paid off dengan apa yang bakal kita lihat nantinya. Contohnya ya perjalanan ke Balekambang itu.
Waktu pamit sama bokap, beliau mewanti-wanti buat hati-hati karena lagi musim hujan and I saw why he warned me that when I hit the island. Tanah yang diinjak licin, beberapa bahkan jadi lumpur. Begitu juga dengan akar-akar pohon yang biasa dijadikan pijakan, beberapa sudah tertutup lumpur jadinya licin juga. Beberapa teman perjalanan saya sampai jatuh terperosok masuk lumpur karena terpeleset dan kurang hati-hati. Saya sendiri beberapa kali terpeleset karena salah ambil pijakan, untungnya saya nggak dapat jackpot terperosok lumpur sampai selutut :D
Pengalaman tracking ini bikin saya sadar, iri, terintimidasi sekaligus excited. Sadar akan apa? Somehow, you'll see the real you and the people around you by doing this tracking thing. Saya jadi bisa mengenali orang seperti apa saya sebenarnya. Saya dihadapkan pada pijakan-pijakan yang harus saya pilih, saya harus mengambil keputusan yang tepat untuk diri saya sendiri, bertahan untuk tidak jatuh. Sejujurnya saya suka cepat menyudahi sesuatu yang tidak saya suka, dengan melakukan tracking, saya tidak bisa begitu lagi. Saya harus menyelesaikan tracking untuk menyudahinya. Mau tidak mau, suka tidak suka. No matter my lungs was like a comma fish, my legs felt dead and I was sweating like taking a shower. You gotta finish the track. Saya juga bisa mengenal seperti apa teman-teman perjalanan saya. Seperti episode Survival, konflik, tolong-menolong, laughter, leadership and decision making jadi makanan sepanjang perjalanan. Kita nggak cuma berinteraksi sama teman sendiri tapi juga rombongan yang lain, ada saatnya kita harus membantu orang asing yang nggak kita kenal, saling menyapa atau malah ditolong oleh mereka. Well, that's a real life, I guess :]
Lalu, iri, terintimidasi sama apa? Sama anak-anak kecil yang dengan semangat dan lincah melewati medan. Seolah ia sedang bermain di hutan, seperti peri kecil. Saya iri berat. Baru kali ini saya merasa terintimidasi, sama anak kecil pula! Saya pengen bisa melompat dan memanjat dengan ringan seperti anak-anak kecil itu. Saya memang bawa ransel waktu itu tapi ranselnya toh nggak berat dan saya nggak ada masalah sama ranselnya. Tapi badan saya yang bikin masalah, lemak bikin acara melompat dan memanjat jadi big deal. Saya jadi lambat waktu memanjat akar pohon, nggak bisa ngangkat pantat sendiri, kaki pun nggak bisa lincah melompat karena lemak bergantung di sana-sini. Damn!
Then the last thing is I'm feeling excited because this is the first time I'm doing a real tracking, and I'm amazed for seeing those incredible view inside the forest. Selama ini saya cuma lihat hutan lewat Discovery, kemarin saya melihatnya sendiri. Hutan beneran. Yang akar pohon-pohonnya besar-besar, tanahnya sedikit berlumpur, daun-daunnya rimbun, pohon raksasa yang tumbang di tengah jalan, suara-suara burung, kera dan hewan lain yang saya tidak tahu namanya (atau apa lebih tepatnya karena tidak kelihatan). SERU!!!!!!!!!!
Ada kalanya saya jenuh karena medan tracking rasanya nggak berujung, tapi orang-orang yang berpapasan sama saya dalam perjalanan seolah menjadi mood buster dengan menyemangati bahwa perjalanan kurang sedikit lagi. Atau, saya sempat ditanyai mau stay berapa hari di Pulau Sempu, saya hampir ngakak karena kata 'hari' bener-bener nggak ada dalam agenda perjalanan selama di pulau ini. Yang ada juga jam, nggak sampai harian! :D waktu saya bilang saya nggak stay, orang yang menanyai saya itu berseru, "Wah, rugi Mbak! Sayang perjalanannya." Well, saya jadi makin penasaran sama view yang bakal saya lihat. Detik itu juga saya mempercepat langkah, nggak sabar melihat kejutan di balik pepohonan ini.
Ketika sudah dekat, sneak-peak warna torquise di sela-sela dedaunan bikin saya tersenyum lebar. Kaki pun rasanya ikut tersenyum dengan bergerak lebih cepat. Tapi horornya medan malah lebih parah, saya harus melintasi tepian tebing untuk turun ke pantai. Yup you read it right! Meniti tepian tebing yang jalannya seperti jalan setapak, lengah dikit bisa terperosok dan nyebur ke laut. Jalannya nggak cuma tanah, ada karang yang menghalangi dan harus dilompati, batang pohon yang harus dilangkahi dan waktu hendak menginjakkan kaki ke pasir pantai pun harus melompati batang pohon raksasa yang tumbang dulu.
Begitu turun, saya sempat terdiam dan tercengang dengan view yang ada di hadapan saya. Rasanya seperti tersihir. Ya Allah, pantainya seperti pantai yang ada di The Beach! Torquise water, white sands, blue sky, surrounded by green forest. Magnificent! Belum lagi ada karang besar yang berlubang, karang itu jadi perbatasan antara lautan luas di luar pulau dengan yang ada di hadapan saya ini. Ombak putih raksasa menghantam karang itu and I was like 'Wow!'. Berasa lagi nonton film, bedanya, saya ikut masuk ke dalam setting filmnya :D
Nggak nunggu lama, saya langsung melempar ransel ke tumpukan ransel teman-teman saya dan berlari ke laut bersama Lou. Well, tujuan utama saya ke Pulau Sempu selain liburan adalah hunting foto. Jadi, jepret-jepret adalah kegiatan saya selama di pantai. Bahkan motretin orang yang nggak saya kenal sekalipun :D
Did I swim in the sea? Karena saya lagi pegang Lou and I was in my period jadi saya memutuskan buat stay dry dan cuma nyemplung sampai sebatas paha. Toh sejauh itu aja udah cukup nangkep view yang bagus-bagus (love you Lou!). Sementara teman-teman saya nyemplung ke tengah laut, saya dipegangin kamera mas Ridzki yang lensanya udah pake yang long-shot. Horeee!!! Dengan kamera itu di tangan saya, jadilah saya sie dokumentasi dengan motretin mereka-mereka yang lagi berendam di tengah laut itu. Karena kemampuan lensa yang bisa nangkep dari jarak jauh, saya nggak perlu ikut nyemplung. Dari atas pantai aja saya tinggal muter-muter lensa untuk mendapatkan view yang saya inginkan. Saya jadi bisa ngerasain jadi fotografer yang jeprat-jepretnya cepet banget, bisa ngerasain motret candid karena speed kamera DSLR lebih tinggi. Enaakkk!!! :D
Who's those survivor a.k.a my traveling partners? Check this photo below! :]
By the way, buat yang ada rencana mau ke Pulau Sempu (or any other island with tracking section), saya punya sedikit saran yang mungkin bisa mempermudah perjalanan selama di sana:
1. Bawa air. Nggak ada orang jualan di pulau, jadi bawa air tawar sendiri. Kalau memang diperlukan, bawa makanan dan obat-obatan juga.
2. Band-aid membantu juga kadang-kadang. Waktu tracking biasanya ada ranting yang mencakar-cakar kaki atau jari ketusuk duri atau lengan keberet pohon. Pokoknya bawa aja buat jaga-jaga.
3. Pake sandal gunung atau boot khusus (e.g. Doc Marten, tapi boot merk apa aja ok asal bukan yang model Ugg Boots). Saya nggak tau gimana jadinya kalau saya bertahan pake Crocs atau sandal jepit waktu tracking kemarin, mungkin saya udah pake stocking lumpur gara-gara kepeleset mulu. Saya bela-belain deh beli sandal gunung (punya saya merk Eiger) sehari sebelumnya bareng mbak Anty, online di Kaskus karena lebih murah kebetulan dan saya nggak punya banyak waktu karena lagi dikejar deadline tugas di hari yang sama dengan hari keberangkatan saya ke Sempu.
4. Sunblock. Emang sih panasnya nggak begitu nyengat, tapi kulit juga perlu perlindungan biar nggak terbakar dan menghindari kemungkinan kena kanker kulit :]
5. Ikat rambut. Buat yang rambutnya panjang, ikat rambut sangat, sangat, sangat berguna. Saya yang rambut cepak begini akhirnya harus diikat juga, apalagi poni udah mulai panjang, jadi saya pun akhirnya pake topi kebalik buat nahan poni yang nutupin mata sekalian nutupin kepala dari panasnya matahari. Kenapa makenya kebalik? Karena saya nggak bisa kelihatan ranting di atas saya kalau topinya makenya bener ;]
6. A comfortable pants. Celana yang nyaman akan memudahkan perjalanan selama tracking. Pastikan kamu nggak ribet karena celana melorot mulu atau bagian bawah celana nyangkut-nyangkut di ranting.
7. Tissue. Mau kering atau basah, pokoknya bawa. Terutama yang bawa kamera atau handycam. Tangan nggak boleh kotor atau basah biar kamera nggak rusak kan? Jadi bersihkan/keringkan tangan dulu sama tisu sebelum pegang kamera. Nggak mau kan momen liburan nggak ada dokumentasinya gara-gara kamera rusak kena air/kemasukan pasir pantai? :]
8. Teman perjalanan yang nggak ribet, yang punya empati tinggi dan nggak egois, yang humoris, dan pastinya seru diajak jalan ;]
Buat yang sudah ada rencana mau berpergian, saran saya, jangan menunda lagi! Tetapkan tanggalnya dan jangan biarkan siapapun atau apapun menganggu dan mengubahnya. Terutama yang punya kesibukan dan jam kerja yang sangat tinggi, waktu libur itu barang mahal. So make sure your spare time is booked for some great escape, just like me :D
P.S.: more breath-taking view, visit my Deviantart gallery :]
P.S.S.: thanks to mbak Anty for bringing me again to a great escape ;]
Sesuai rencana, saya pergi bersama 7 orang teman ke Pulau Sempu yang terletak di Malang selatan. Pulau Sempu berdekatan dengan objek wisata pantai Sendang Biru, kita harus menyeberang dulu dengan boat yang muat sekitar 15 penumpang. Kalau kamu mengira perjalanannya sesingkat dan semudah itu, I'll tell you, you're wrong.
Dibandingkan perjalanan menuju Pantai Balekambang, jalanan menuju Sendang Biru masih tergolong lebih baik. Aspalnya lebih bagus dan tidak ada track yang rusak seperti jalanan ke Balekambang, sehingga perjalanan bisa lebih cepat dan lebih nyaman. Tapi emang perjalanan yang menyusahkan itu selalu paid off dengan apa yang bakal kita lihat nantinya. Contohnya ya perjalanan ke Balekambang itu.
berangkaattt!!!
But, ternyata perjalanan ke Balekambang itu belum apa-apa dibandingin pengalaman saya menuju Pulau Sempu. Setelah menyeberang, kapal merapat ke salah satu teluk pulau dan kami diturunkan di sana. Lalu kapal pergi kembali ke daratan utama, kami buat perjanjian dengan pengemudi kapal untuk dijemput lagi beberapa jam kemudian di tempat yang sama.
bukan, ini bukan Amazon
Waktu turun, ternyata banyak juga yang memiliki tujuan yang sama dengan kami. Ada anak-anak Pecinta Alam yang berencana camping (padahal di surat perjanjian yang diterbitkan pihak Reservasi Alam setempat, tidak diperbolehkan camping di Pulau Sempu), mahasiswa-mahasiswa yang lagi liburan (seperti saya hehe) sampai bule-bule yang holiday bareng keluarganya. Bahkan ada keluarga yang mengajak anak kecilnya ikut serta. Salut! Kenapa? Here's the story.
tracking to the core!
Untuk menuju view yang dimaksud, selain harus menyeberangi lautan, kita harus tracking dulu masuk ke hutan. Karena pantai yang indah itu ada di balik pulau, atau di dalam pulau lebih tepatnya. Tracking sekitar 1 jam dengan medan yang sangat menantang dan pastinya bikin capek luar biasa. Sejujurnya, ini adalah pengalaman tracking saya yang pertama. Dulu pernah sih tracking jaman OSPEK, tapi itu nggak ada apa-apanya ternyata. Medan menuju pantai di pulau Sempu lebih terjal, banyak lumpur dan sama sekali nggak datar! Waktu pamit sama bokap, beliau mewanti-wanti buat hati-hati karena lagi musim hujan and I saw why he warned me that when I hit the island. Tanah yang diinjak licin, beberapa bahkan jadi lumpur. Begitu juga dengan akar-akar pohon yang biasa dijadikan pijakan, beberapa sudah tertutup lumpur jadinya licin juga. Beberapa teman perjalanan saya sampai jatuh terperosok masuk lumpur karena terpeleset dan kurang hati-hati. Saya sendiri beberapa kali terpeleset karena salah ambil pijakan, untungnya saya nggak dapat jackpot terperosok lumpur sampai selutut :D
Pengalaman tracking ini bikin saya sadar, iri, terintimidasi sekaligus excited. Sadar akan apa? Somehow, you'll see the real you and the people around you by doing this tracking thing. Saya jadi bisa mengenali orang seperti apa saya sebenarnya. Saya dihadapkan pada pijakan-pijakan yang harus saya pilih, saya harus mengambil keputusan yang tepat untuk diri saya sendiri, bertahan untuk tidak jatuh. Sejujurnya saya suka cepat menyudahi sesuatu yang tidak saya suka, dengan melakukan tracking, saya tidak bisa begitu lagi. Saya harus menyelesaikan tracking untuk menyudahinya. Mau tidak mau, suka tidak suka. No matter my lungs was like a comma fish, my legs felt dead and I was sweating like taking a shower. You gotta finish the track. Saya juga bisa mengenal seperti apa teman-teman perjalanan saya. Seperti episode Survival, konflik, tolong-menolong, laughter, leadership and decision making jadi makanan sepanjang perjalanan. Kita nggak cuma berinteraksi sama teman sendiri tapi juga rombongan yang lain, ada saatnya kita harus membantu orang asing yang nggak kita kenal, saling menyapa atau malah ditolong oleh mereka. Well, that's a real life, I guess :]
Lalu, iri, terintimidasi sama apa? Sama anak-anak kecil yang dengan semangat dan lincah melewati medan. Seolah ia sedang bermain di hutan, seperti peri kecil. Saya iri berat. Baru kali ini saya merasa terintimidasi, sama anak kecil pula! Saya pengen bisa melompat dan memanjat dengan ringan seperti anak-anak kecil itu. Saya memang bawa ransel waktu itu tapi ranselnya toh nggak berat dan saya nggak ada masalah sama ranselnya. Tapi badan saya yang bikin masalah, lemak bikin acara melompat dan memanjat jadi big deal. Saya jadi lambat waktu memanjat akar pohon, nggak bisa ngangkat pantat sendiri, kaki pun nggak bisa lincah melompat karena lemak bergantung di sana-sini. Damn!
Then the last thing is I'm feeling excited because this is the first time I'm doing a real tracking, and I'm amazed for seeing those incredible view inside the forest. Selama ini saya cuma lihat hutan lewat Discovery, kemarin saya melihatnya sendiri. Hutan beneran. Yang akar pohon-pohonnya besar-besar, tanahnya sedikit berlumpur, daun-daunnya rimbun, pohon raksasa yang tumbang di tengah jalan, suara-suara burung, kera dan hewan lain yang saya tidak tahu namanya (atau apa lebih tepatnya karena tidak kelihatan). SERU!!!!!!!!!!
Ada kalanya saya jenuh karena medan tracking rasanya nggak berujung, tapi orang-orang yang berpapasan sama saya dalam perjalanan seolah menjadi mood buster dengan menyemangati bahwa perjalanan kurang sedikit lagi. Atau, saya sempat ditanyai mau stay berapa hari di Pulau Sempu, saya hampir ngakak karena kata 'hari' bener-bener nggak ada dalam agenda perjalanan selama di pulau ini. Yang ada juga jam, nggak sampai harian! :D waktu saya bilang saya nggak stay, orang yang menanyai saya itu berseru, "Wah, rugi Mbak! Sayang perjalanannya." Well, saya jadi makin penasaran sama view yang bakal saya lihat. Detik itu juga saya mempercepat langkah, nggak sabar melihat kejutan di balik pepohonan ini.
Ketika sudah dekat, sneak-peak warna torquise di sela-sela dedaunan bikin saya tersenyum lebar. Kaki pun rasanya ikut tersenyum dengan bergerak lebih cepat. Tapi horornya medan malah lebih parah, saya harus melintasi tepian tebing untuk turun ke pantai. Yup you read it right! Meniti tepian tebing yang jalannya seperti jalan setapak, lengah dikit bisa terperosok dan nyebur ke laut. Jalannya nggak cuma tanah, ada karang yang menghalangi dan harus dilompati, batang pohon yang harus dilangkahi dan waktu hendak menginjakkan kaki ke pasir pantai pun harus melompati batang pohon raksasa yang tumbang dulu.
Nggak nunggu lama, saya langsung melempar ransel ke tumpukan ransel teman-teman saya dan berlari ke laut bersama Lou. Well, tujuan utama saya ke Pulau Sempu selain liburan adalah hunting foto. Jadi, jepret-jepret adalah kegiatan saya selama di pantai. Bahkan motretin orang yang nggak saya kenal sekalipun :D
Did I swim in the sea? Karena saya lagi pegang Lou and I was in my period jadi saya memutuskan buat stay dry dan cuma nyemplung sampai sebatas paha. Toh sejauh itu aja udah cukup nangkep view yang bagus-bagus (love you Lou!). Sementara teman-teman saya nyemplung ke tengah laut, saya dipegangin kamera mas Ridzki yang lensanya udah pake yang long-shot. Horeee!!! Dengan kamera itu di tangan saya, jadilah saya sie dokumentasi dengan motretin mereka-mereka yang lagi berendam di tengah laut itu. Karena kemampuan lensa yang bisa nangkep dari jarak jauh, saya nggak perlu ikut nyemplung. Dari atas pantai aja saya tinggal muter-muter lensa untuk mendapatkan view yang saya inginkan. Saya jadi bisa ngerasain jadi fotografer yang jeprat-jepretnya cepet banget, bisa ngerasain motret candid karena speed kamera DSLR lebih tinggi. Enaakkk!!! :D
using Canon EOS 450D, tele lense
Perjalanan singkat ke Pulau Sempu itu berkesan banget, karena teman perjalanan saya-seperti waktu ke Balekambang kemarin-banyak orang barunya. Saya heran juga ternyata perjalanan bisa berlangsung rame dan seru padahal saya nggak begitu dekat sama sebagian besar teman perjalanan saya. Emang sih mayoritas masih temen kampus sendiri tapi tetep aja saya nggak begitu dekat hehe. Traveling partner saya kemarin ini bener-bener orang-orang yang lolos filtering and stay till the end. Tadinya kita kerepotan karena orangnya banyak tapi kendaraan terbatas. Tapi lama-lama pengikut berkurang karena berbagai macam alasan dan akhirnya tinggal berdelapan yang bertahan. Meski kami 'asing' satu sama lain, tapi ada satu kesamaan di antara kita berdelapan, sama-sama berprinsip 'Let's go!' dan nggak ribet ;] (it's the first main thing you need to consider from a traveling mate).Who's those survivor a.k.a my traveling partners? Check this photo below! :]
Ridzki, Anty, Chika, Arya, moi, Edo, Chaca, Caca
Berangkat Jumat malam, dengan packing cuma 1 jam sebelumnya karena saya masih ribet di kantor sampai sore dan sempet belanja juga di Carrefour sampe menjelang malam ;] Bener-bener nggak ada persiapan khusus, bahkan sampai last hour sekalipun hehe. Lalu ke mana saya bermalam? Seperti perjalanan saya sebelumnya tiap ke Malang bareng mbak Anty, kita nginep di vila mbak Anty. Begitu nyampe, langsung tidur deh buat bangun pagi-pagi besoknya. Pulang dari vila pun sengaja diundur karena stamina kita pada drop gara-gara tracking balik dari pantai. Capek gilakkk! Kita baru balik ke Surabaya jam 4 pagi, dari yang sebelumnya mau balik jam 12 malam. Kenapa nggak balik Minggu siang aja sih? Karena kita harus keep up sama jadwal Chika, salah satu traveling partner saya. Dia harus perform nari di Pemkot hari Minggu-nya dan udah harus ada di lokasi jam 6 pagi. So, kemarin itu rasanya kejar-kejaran sama matahari. Dulu-duluan siapa yang nyampe Surabaya --"
kaki gempor tapi seksi kan??
By the way, buat yang ada rencana mau ke Pulau Sempu (or any other island with tracking section), saya punya sedikit saran yang mungkin bisa mempermudah perjalanan selama di sana:
1. Bawa air. Nggak ada orang jualan di pulau, jadi bawa air tawar sendiri. Kalau memang diperlukan, bawa makanan dan obat-obatan juga.
2. Band-aid membantu juga kadang-kadang. Waktu tracking biasanya ada ranting yang mencakar-cakar kaki atau jari ketusuk duri atau lengan keberet pohon. Pokoknya bawa aja buat jaga-jaga.
3. Pake sandal gunung atau boot khusus (e.g. Doc Marten, tapi boot merk apa aja ok asal bukan yang model Ugg Boots). Saya nggak tau gimana jadinya kalau saya bertahan pake Crocs atau sandal jepit waktu tracking kemarin, mungkin saya udah pake stocking lumpur gara-gara kepeleset mulu. Saya bela-belain deh beli sandal gunung (punya saya merk Eiger) sehari sebelumnya bareng mbak Anty, online di Kaskus karena lebih murah kebetulan dan saya nggak punya banyak waktu karena lagi dikejar deadline tugas di hari yang sama dengan hari keberangkatan saya ke Sempu.
4. Sunblock. Emang sih panasnya nggak begitu nyengat, tapi kulit juga perlu perlindungan biar nggak terbakar dan menghindari kemungkinan kena kanker kulit :]
5. Ikat rambut. Buat yang rambutnya panjang, ikat rambut sangat, sangat, sangat berguna. Saya yang rambut cepak begini akhirnya harus diikat juga, apalagi poni udah mulai panjang, jadi saya pun akhirnya pake topi kebalik buat nahan poni yang nutupin mata sekalian nutupin kepala dari panasnya matahari. Kenapa makenya kebalik? Karena saya nggak bisa kelihatan ranting di atas saya kalau topinya makenya bener ;]
6. A comfortable pants. Celana yang nyaman akan memudahkan perjalanan selama tracking. Pastikan kamu nggak ribet karena celana melorot mulu atau bagian bawah celana nyangkut-nyangkut di ranting.
7. Tissue. Mau kering atau basah, pokoknya bawa. Terutama yang bawa kamera atau handycam. Tangan nggak boleh kotor atau basah biar kamera nggak rusak kan? Jadi bersihkan/keringkan tangan dulu sama tisu sebelum pegang kamera. Nggak mau kan momen liburan nggak ada dokumentasinya gara-gara kamera rusak kena air/kemasukan pasir pantai? :]
8. Teman perjalanan yang nggak ribet, yang punya empati tinggi dan nggak egois, yang humoris, dan pastinya seru diajak jalan ;]
Buat yang sudah ada rencana mau berpergian, saran saya, jangan menunda lagi! Tetapkan tanggalnya dan jangan biarkan siapapun atau apapun menganggu dan mengubahnya. Terutama yang punya kesibukan dan jam kerja yang sangat tinggi, waktu libur itu barang mahal. So make sure your spare time is booked for some great escape, just like me :D
P.S.: more breath-taking view, visit my Deviantart gallery :]
P.S.S.: thanks to mbak Anty for bringing me again to a great escape ;]
you ask, "Pernah nggak merasa sentimentil banget pas melihat salah satu ciptaan Tuhan yang bikin takjub? Melihat sesuatu yang bikin kita langsung berseru amazed, 'Subhanallah!'?"
ReplyDeleteabsolutely, i've been.. sumpeh!!
bisa dibilang belum pernah sebelumnya ke pante2 di Pacitan,, tapi begitu beberapa waktu lalu kesana, sumprit... Allahu Akbar!! soooooo amazing...
gak ada yang menandingi apa yang telah diciptakanNya... :) love it so much... :)
Efek virgin island kayaknya yg bisa bikin kayak gitu mak :D
ReplyDelete