Friday 16 January 2009

Are we still in modern age?

It takes young victims until we all know that we are no more in modern age. I thought we were actually.

Seorang ayah mencium pipi putra kecilnya yang terbaring kaku di lengannya. Pria itu menangis pilu, tidak hanya satu orang putranya yang pergi dari kehidupannya. Tapi masih ada dua orang lagi yang sudah terbungkus kain kafan di dekat kakinya. Saya pun bisa merasakan bagaimana perasaan seorang ayah yang kehilangan 3 putranya sekaligus, di mana anak-anak itu masih sangat muda dan masa depan mereka masih begitu panjang.


Children, that's why it's getting wrong and worse.
Perang antar dua negara ini semakin menggelikan ketika yang menjadi korban adalah pihak yang lemah dan tidak berdosa, yang tidak tahu apa-apa tentang pertentangan konyol yang terjadi di negara mereka.


Women, in the other hand,
menjadi salah satu faktor kenapa semua ini menjadi semakin salah. Karena wanita-wanita ini berada di pihak yang salah. Pembela negara, mungkin itu yang mereka tanamkan di kepala masing-masing. But where's your conscience, girls? Don't you feel sorry about everything that happened to the kids, to the human in the same gender with you? I know they don't have a choice, but still, it's going wrong and worse when they get involved.

Jaman perang, saya pikir istilah itu cuma berlaku di masa lampau. Di mana kehidupan masih begitu primitif dan minim teknologi. Tapi ternyata pemikiran saya itu salah, masih ada negara yang memperebutkan wilayahnya sehingga masyarakat mereka pun berada dalam kondisi jaman perang, seakan berkontradiksi dengan jaman yang sudah melahirkan robot ini. Somehow it sounds riddiculous to me.

Bukannya seharusnya dengan kemajuan teknologi yang sekarang ini, semuanya bisa diselesaikan tanpa ada kekerasan dan korban berjatuhan? Bukannya perang perebutan wilayah dengan senjata berat dan serdadu di seluruh negeri itu produk lama peradaban?

Satu lagi yang menggelikan. Pihak yang seharusnya bisa menjadi perantara, yang seharusnya bisa mendinginkan kedua kepala itu, yang seharusnya berfungsi sesuai namanya, malah seolah mangkir dari kewajibannya. Saya hanya geleng kepala, selama setir itu masih tertanam di dasbor, mereka tidak akan bertindak apa-apa. Padahal seluruh body terdiri dari bermacam-macam bagian, kenapa kalah dengan satu setir yang sudah hampir tumbang?

This fact, this incident, makes me realize. That one violence's just gonna trigger another violence. No matter what the purpose, no matter who the victims are.

Well, this war is kinda too long. It's been years since the war had been declared. And don't they think how to finish this soon? Don't they ever think about listening to their kind friends outside? And don't the arrogant man think that war is sooo last year? Oh right, that's why they called arrogant.

It's like global warming still not enough being our problem. And this case, I feel like we ain't in millennium age or whatever. I feel like living in the time when my TV was black and white and had a bad sound and I wore vintage stuff.

This arogancy thing reminds me to a world war era once again, when there was a cold-hearted human who run a country and did genocide to anyone he thought useless. I think that kinda man had already gone to hell or something. Are they come back for the new version or what? Well honestly, they're not human I think.

Then it makes me proud of my country once again. Meskipun banyak masalah yang muncul di negara kita, yang tak kunjung usai dan semakin ruwet. Meskipun banyak yang menjelek-jelekkan citra negara ini, tapi setidaknya kita sudah merdeka. Kita punya teritori yang sudah diperjuangkan oleh para pahlawan di masa lalu dan jangan sampai negara kita yang kaya raya ini jatuh miskin.

Mungkin kita bukan negara adidaya, bukan negara penghasil teknologi canggih, bukan negara yang jadi tempat berhutang negara lain, tapi setidaknya kita punya persatuan itu. Punya kemampuan untuk menjaga perdamaian dan stabilitas negara, sekalipun juga pernah ada konflik internal dan sempat kehilangan beberapa wilayah negara.

Well, saya pikir, manusia modern itu manusia yang bertindak dengan akal dan pikiran serta didukung dengan nuraninya. Bukan ototnya. Bukannya pola pikir 'let's war!' itu pola pikir barbar yang primitif. Sekali lagi, produk jaman purba. Saya pikir, orang-orang yang well-educated itu tentunya bisa berpikir dengan kepala dingin dan mencari jalan keluar sebuah masalah secara rasional.

Logikanya, perkembangan rasio manusia seharusnya akan membawa kita ke peradaban yang lebih damai dan jauh dari kekerasan.

So, I'm still wondering, can we still call this century as millenium age or we're back to the world war era with Blackberry?

4 comments:

  1. ehm..
    bagus mbak..

    tapi lebih bagus lagi klo ditulis di Psydojoe.Net :D

    biar banyak yang baca, hehehehe :)

    ReplyDelete
  2. hanya satu kata untuk melawan kekejaman negara zionis tersebut yaitu perang... dan itu hal yang mutlak.

    karena antara islam dan yahudi tidak bisa berdamai,
    mungkin kita bisa mengharapkan kepada Obama yg kmrn baru dilantik, untuk mendamaikan kedua negara tersebut, tetapi apakah dia bisa??

    itu jawaban yg akan kita tunggu..

    ReplyDelete
  3. like I said, war against war just gonna explode this earth dude, it's not gonna be better, but even worse.

    peace mode on :]

    ReplyDelete

I'd love to read all your sweet comments.
Please leave it on the box below and I'll reply as soon as I can :)
Have a nice day! x

LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin