Penerbit Gagasmedia
Shop bukabuku.com [ here ]
Harga IDR 38.400,- (after discount)
Rate 4/5 at Goodreads
Pak Gunawan divonis mengidap kanker dan hanya punya waktu 1 tahun untuk hidup. Usianya masih muda, anak-anaknya masih kecil dan tentu masih butuh kasih sayang dan bimbingannya.
Tapi ia tidak membiarkan kematian memisahkannya dari keluarga tercintanya, dari anak-anaknya. Oleh karena itu, ia membuat sejumlah rekaman video yang khusus diperuntukkan bagi kedua putranya, Satya dan Cakra.
Semua sudah dipersiapkan, ia tidak ingin sang istri, Bu Itje, kebingungan membesarkan dua anak laki-laki tanpa kehadiran seorang suami di sisinya. Selain video berisi 'jawaban', Pak Gunawan juga sudah mempersiapkan segala hal termasuk dari segi materi. Supaya kelak sang istri tidak membebani anak-anak mereka, karena baginya, tugas suami adalah memastikan istrinya selalu tercukupi.
Satya, putra sulung Pak Gunawan dan Bu Itje yang berwajah rupawan, sudah berkeluarga dan dikaruniai 3 orang putra yang usianya hampir berdekatan. Ia sedang mengalami dilema dalam keluarganya; menyangkut hubungan dengan ketiga putranya dan juga istrinya. Ia merasa sudah menjadi Bapak yang baik bagi anak-anaknya meski lebih banyak menghabiskan waktu di lepas pantai, tempat kerjanya. Lalu kenapa anak-anak seolah takut kepadanya? Belum lagi, Rissa, istrinya yang mengirimkan pesan penting melalui email. Padahal mereka biasa berbincang melalui telepon. Apakah ia sudah menjadi suami yang baik bagi Rissa?
Cakra, putra bungsu Pak Gunawan dan Bu Itje yang berwajah (agak) lumayan, masih jomblo tapi sudah punya rumah dan pekerjaan mapan. Julukan 'Gembel Cinta' dilekatkan sang kakak kepadanya, karena memang sedemikian ngenes hidupnya. Berbagai tawaran (jodoh) disodorkan padanya, tapi nggak ada yang bersambut. Giliran nemu yang disuka, ceweknya naksir cowok lain. Apes! Hingga ketika Bu Itje menawarkan anak temannya untuk dikenalkan padanya, di situlah takdir mulai memainkan perannya.
Bu Itje tinggal seorang diri di Bandung, sambil mengurus 8 warung nasi yang ia besarkan sepeninggal sang suami. Sesekali masih keep in touch dengan kedua anaknya; Cakra yang tinggalnya paling dekat di Jakarta dan Satya di Denmark. Belakangan ia divonis kanker payudara, sel kanker sudah menyebar dan harus segera diangkat melalui operasi. Tapi ia memutuskan untuk tidak memberi tahu kedua anaknya, karena suaminya pernah berpesan untuk tidak membebani mereka. Cakra tidak akan melanjutkan rencananya mencari jodoh kalau ia tahu kondisi Mamah-nya. Pun Satya, ia akan meninggalkan pekerjaannya di Denmark begitu saja untuk merawat Mamah-nya. Namun untuk kali ini, ia sungguh butuh teman berbagi.
Akankah Bu Itje berhasil melewati operasinya untuk melihat Cakra bahagia? Berhasilkah Satya mengembalikan keharmonisan rumah tangganya bersama Rissa?
Shop bukabuku.com [ here ]
Harga IDR 38.400,- (after discount)
Rate 4/5 at Goodreads
Pak Gunawan divonis mengidap kanker dan hanya punya waktu 1 tahun untuk hidup. Usianya masih muda, anak-anaknya masih kecil dan tentu masih butuh kasih sayang dan bimbingannya.
Tapi ia tidak membiarkan kematian memisahkannya dari keluarga tercintanya, dari anak-anaknya. Oleh karena itu, ia membuat sejumlah rekaman video yang khusus diperuntukkan bagi kedua putranya, Satya dan Cakra.
Semua sudah dipersiapkan, ia tidak ingin sang istri, Bu Itje, kebingungan membesarkan dua anak laki-laki tanpa kehadiran seorang suami di sisinya. Selain video berisi 'jawaban', Pak Gunawan juga sudah mempersiapkan segala hal termasuk dari segi materi. Supaya kelak sang istri tidak membebani anak-anak mereka, karena baginya, tugas suami adalah memastikan istrinya selalu tercukupi.
Satya, putra sulung Pak Gunawan dan Bu Itje yang berwajah rupawan, sudah berkeluarga dan dikaruniai 3 orang putra yang usianya hampir berdekatan. Ia sedang mengalami dilema dalam keluarganya; menyangkut hubungan dengan ketiga putranya dan juga istrinya. Ia merasa sudah menjadi Bapak yang baik bagi anak-anaknya meski lebih banyak menghabiskan waktu di lepas pantai, tempat kerjanya. Lalu kenapa anak-anak seolah takut kepadanya? Belum lagi, Rissa, istrinya yang mengirimkan pesan penting melalui email. Padahal mereka biasa berbincang melalui telepon. Apakah ia sudah menjadi suami yang baik bagi Rissa?
Cakra, putra bungsu Pak Gunawan dan Bu Itje yang berwajah (agak) lumayan, masih jomblo tapi sudah punya rumah dan pekerjaan mapan. Julukan 'Gembel Cinta' dilekatkan sang kakak kepadanya, karena memang sedemikian ngenes hidupnya. Berbagai tawaran (jodoh) disodorkan padanya, tapi nggak ada yang bersambut. Giliran nemu yang disuka, ceweknya naksir cowok lain. Apes! Hingga ketika Bu Itje menawarkan anak temannya untuk dikenalkan padanya, di situlah takdir mulai memainkan perannya.
Bu Itje tinggal seorang diri di Bandung, sambil mengurus 8 warung nasi yang ia besarkan sepeninggal sang suami. Sesekali masih keep in touch dengan kedua anaknya; Cakra yang tinggalnya paling dekat di Jakarta dan Satya di Denmark. Belakangan ia divonis kanker payudara, sel kanker sudah menyebar dan harus segera diangkat melalui operasi. Tapi ia memutuskan untuk tidak memberi tahu kedua anaknya, karena suaminya pernah berpesan untuk tidak membebani mereka. Cakra tidak akan melanjutkan rencananya mencari jodoh kalau ia tahu kondisi Mamah-nya. Pun Satya, ia akan meninggalkan pekerjaannya di Denmark begitu saja untuk merawat Mamah-nya. Namun untuk kali ini, ia sungguh butuh teman berbagi.
Akankah Bu Itje berhasil melewati operasinya untuk melihat Cakra bahagia? Berhasilkah Satya mengembalikan keharmonisan rumah tangganya bersama Rissa?
________________________________________________________________
I'm a sucker for books about father-child relationship. Buku ini nggak terkecuali, udah langsung masuk wishlist begitu baca judulnya. Trus sempet baca sinopsisnya di koran, lalu baca review Stefanie [ here ] pula. You know, she can be really persuasive with her beautiful review ;)
Sabtu Bersama Bapak adalah buku yang temanya sebenernya sederhana, nggak muluk-muluk. Rasanya itu kayak baca buku yang kekeluargaan sekali, very heart-warming. Waktu baca buku ini, emang sih saya nggak related to the story karena nggak pernah berada di posisi yang sama, tapi ngerasain peran seorang Bapak dalam kehidupan seseorang... saya bisa merasakan hal yang sama dan itu sukses bikin saya mewek meski baru baca beberapa halaman awal :p
Sebelum baca sendiri, saya punya asumsi buku ini bakalan bikin mewek sampai habis. Eh ternyata saya salah! Kisahnya nggak menye-menye, nggak cengeng. Tapi dijamin yang baca bakalan menitikkan air mata karena semua orang pernah merasakan berada di posisi sebagai anak, semua pernah merasakan rasanya punya bapak. That's what makes us relate to the story.
Sosok seorang Bapak di buku ini terasa real. Upaya kecil Pak Gunawan untuk tetap membuat anak-anaknya nggak kehilangan figur seorang Bapak melalui video-video buatannya, di saat ia sendiri sedang berjuang melawan kanker yang sudah memotong habis sisa hidupnya. Isi videonya pun terkadang terasa sederhana, justru yang bikin tersentuh itu bagaimana isi video itu bisa menginspirasi Satya dan Cakra untuk menjadi orang (dan pria) yang lebih baik.
Selain pesan-pesan moral #cailah yang disampaikan dalam kisah-kisah di buku ini, juga ada celetukan-celetukan gokil yang kayaknya pas dimasukkan ke buku komedi seperti Jomblo misalnya. Beneran! :D Ini nih yaa saya kasih cuplikannya beberapa:
Ini adegan Cakra yang akan presentasi di depan sejumlah staf baru:
"Selamat pagi semua."
Semua staf baru membalasnya.
Cakra meneruskan omongannya sambil memindai semua orang di ruangan. Ini memang kebiasaan dia sebelum presentasi.
"Nama saya Cakra. Dan hari ini saya akan membawa..."
Mata Cakra menangkap Ayu, sosok wanita paling cantik yang dia pernah lihat di POD.
"Membawa... bawa... membawakan presencantik sekali untuk divisi... baju putih rada nerawang."
Semua orang menatapnya dengan bingung.
Lalu adegan Cakra dan Bu Itje yang lagi ngebahas soal masa depan kisah cinta si anak bungsu:
Sang Ibu berusaha mengalihkan pembicaraan. "Gimana kamu sama siapa namanya? Susilo?"
"AYU! Kok, Susilo..."
"Iya, gimana si Ayu?"Masih lanjutan adegan di atas tapi di bagian percakapan yang berbeda:
"Kedua, orangtua yang tulus juga gak pengin punya cucu yang jelek-jelek amat. Kalo anak Mamah mukanya kayak celeng, minimal Mamah cari anak teman yang bagusan dikit."
Cakra mengambil penggorengan yang tergantung dan berkaca.
"Celeng?"
"Misalnya."
Kalau dari penggambaran karakter di buku ini saya dapet tokoh Cakra ini kocak bin gokil banget hidupnya. Apalagi sang Mamah yang easy going banget kalo ngadepin anaknya yang satu ini. Seandainya nanti dibikin film, kayaknya sosok Cakra ini cocok diperanin sama salah satu comic lulusan SUCI 2, Gilang Bhaskara. Saya juga nggak tau, kayaknya doi cocok aja gitu jadi Cakra :p #alesangamutu Selain Cakra, saya nggak kepikiran sama tokoh-tokoh lainnya. Aneh banget kan? Padahal saya juga nggak ngefans-ngefans banget sama si Gilang itu -_-*
Kalau bagian Satya, saya sampai blushing sendiri deh bacanya. Karena dia digambarkan sebagai pria yang wajahnya menarik, pekerjaan keren dan body yang yummy (kalau kata Rissa). Biasanya cowok yang begini itu masih lajang dan banyak dikejar cewek-cewek kalau di novel chicklit, eh ini udah menikah, anaknya 3 pula! Trus kisah Satya dan Rissa ini juga bisa jadi pelajaran buat newlyweds couples atau buat yang mau melanjutkan hubungan ke tahap yang lebih serius. Konfliknya nggak sekocak Cakra sih, tapi masih menghibur kok ;)
Oh ya, ada beberapa bagian yang kayaknya sih typo:
Halaman 42, Paragraf 1.
Kata 'Director' (dan 'Managing Director') nggak di-italic itu emang tren ejaan terbaru demikian atau kelewat pas editing nih? Saya nemuin ini berkali-kali, makanya saya pikir ini tren terbaru jadi dibiarin aja.
Halaman 50, Paragraf 2.
Kata 'eposide' seharusnya tertulis 'episode', bukan?
Halaman 57.
"Ibu, dirinya. dan sang adik masing-masing memiliki 1 set lengkap..." seharusnya tanda titik (.) setelah kata 'dirinya' berupa tanda koma (,), ya kan?
Halaman 189, Dialog ke-3 Satya.
"... Atau core training...", itu istilah asing nggak ditulis italic ya aturannya sekarang?
Pojok typo yang berhasil tertangkap mata sih cuma itu aja. Selain itu, everything looks just fine :)
Hampir lupa, ada satu bagian yang jadi favorit saya. Saya nggak akan kutip karena isinya banyak banget, tapi saya kasih tau lokasinya yaa. Adegan ini adalah bagian dalam video yang dibuat Pak Gunawan, tentang peran anak sulung dan tanggung jawab orangtua. Bisa kalian baca di halaman 103-106, ini bener-bener kudu dibaca semua orangtua maupun yang masih calon.
"Menjadi panutan bukan tugas anak sulungkepada adik-adiknya.
Menjadi panutan adalah tugas orangtuauntuk semua anak."
Buku ini pas banget dihadiahkan ke calon suami. Kalau masih main-main (apalagi yang masih jomblo), mending jangan deh. Ntar aja kalau udah nemu yang mau diajak serius, karena bukunya mahal jadi mending buat diri sendiri aja #pelit :p Oh dan para calon bapak, wajib'ain deh baca buku ini pokoknya!
Buku ini banyak memuat hal yang selama ini mungkin para cowok jarang notice, jarang nganggep serius tapi berdampak besar bagi kehidupan kelak ketika berkeluarga. Gimana menjadi seorang suami sekaligus bapak yang membahagiakan keluarganya, nggak cuma perkara materi tapi juga moral bagi istri dan anak-anaknya.
Kalau tadi di awal saya bilang saya mewek baca beberapa halaman awal, di beberapa halaman terakhir saya mewek lagi nih T.T Buku ini ditutup dengan manis dan ending-nya, mengutip Stefanie, heart-warming. Bikin semua yang ngikutin kisahnya dari awal ikutan lega, ikutan tersenyum bahagia. Jadi de javu, kayak nonton season finale-nya Parenthood :')
Alright, buku ini bukan buku baru jadi rasanya udah banyak yang baca sebelum saya. Gimana menurut kalian? Ada yang nangis di awal dan akhir buku kayak saya? Atau ada yang berencana ngasih bukunya ke calon suami seperti yang mau saya lakuin? ;)
Twitter | Facebook | Google+ | Pinterest | Bloglovin'
Nice review! Jadi pengen baca hehehe. Kamu detail sekali ya sampai typo juga diperhatikan. Bakat jadi editor nih ;)
ReplyDeletePengen kasih calon suami biar baca. Tapi dianya gak suka baca #eh :P
Thank you! ^^
DeleteOh nah, ini merhatiin detail kecil bawaan dari dulu pas sekolah, pernah ikut lomba mengarang yang berhari-hari latihan gitu dan of course ya EYD plus tanda baca kudu bener semua bahahaha
Si pacar juga suka males baca sih, masih cari cara biar dia bisa ngabisin ini buku hihihi :p
bagus reviewnya.
ReplyDeletesoal buku, kemarin iseng2 ke pluit village dan menemukan buku ini di gramed.
sebelahan sama buku ngenest :))
Thanks :)
DeleteAh iya, mereka satu publishing ya kalo ga salah :)
Yayyy akhirnya baca juga :'D Glad you liked the book ! Dan review-nya baguuss ! ;D
ReplyDeleteDitunggu ya review2 selanjutnya :))
Uwaaaa it means a lot to me coming from you, Stef! :')
DeleteLove the book, ngarep ada sekuelnya atau novelet gitu mungkin soal Satya atau kelanjutan kisah Cakra hihihi #semogadibacapenulisnya :p