Monday, 29 March 2010

Mengejar Pelangi

"Kalau laptopku sampe hilang, pasti aku langsung nangis darah!"

Statement seperti di atas tentunya udah nggak asing lagi di kuping, terutama ketika baru aja denger berita kehilangan barang (dalam hal ini laptop). Dan yah, saya nggak terkecuali yang pernah berpikiran seperti itu meski saya sendiri juga nggak tau bakal kayak gimana kalau hal buruk tersebut sampai beneran kejadian.

Well, Friday is my favorite day. No matter what. Jumat lalu nggak ada firasat apa-apa saya berangkat ke kantor seperti biasa. Lalu terjadilah bencana itu, ransel saya raib di ruang magang. Isinya? Saya akan menyebutnya sebagai hidup saya. Seriously. Sahabat-sahabat saya pasti langsung ngeh 'hidup' apa yang saya maksud.

Awalnya, terasa kayak joke. Ih lucu banget ransel bisa nggak ada, saya masih ketawa-ketiwi sambil keliling nyariin ke seluruh sudut kantor dibantuin orang SEKANTOR yang sangat minim jumlahnya hari itu. 10 menit, 15 menit, nggak ada hasil. Saya mulai ngerasa nggak lucu lagi, mulai deh saya panik. Anehnya, saya masih nggak pengen nangis. Setelah kesal karena nggak ketemu-ketemu, saya telpon nyokap. Saat itulah saya langsung nangis, saya nggak pernah nangis di depan orang lain di umur dewasa ini. Saya bilang deh ke nyokap laptop saya hilang dan minta ke temennya yang punya kemampuan khusus buat ngelihatin. Sambil telepon itu saya masih terima fax yang masuk dan memfotokopinya lalu nyerahin ke staf marketing, tentunya air mata udah saya hapus waktu ngadep staf. Malu aja kelihatan lagi nangis hehe.

Dan, yah, Jumat itu bener-bener nggak lucu deh pokoknya. Saya bad mood abis dan masih nggak percaya barang-barang saya bisa hilang gitu aja. Setelah telpon nyokap, saya sms mbak Anty dan dia langsung terbang menuju kantor bareng Mia. Saya beruntung sekali punya sahabat-sahabat kayak mereka, saya jadi teralih dari kemarahan saya dan kepala bisa tetap berpikir rasional. Saya nggak ngutuk-ngutuk pencurinya karena mereka mengajak saya bicara, saya percaya sumpah yang bisa aja saya ucapin waktu itu bisa terjadi. Doa orang teraniaya kan dikabulkan Allah :] Hasilnya, saya memutuskan buat balik ke kos dan ngambil kertas-kertas tugas saya buat dibawa pulang. Tugas-tugas itu harus dikumpulkan esok harinya dan Senin, saya tetep harus ngerjain apapun yang terjadi. Buat dosen-dosen, laptop atau flashdisk ilang udah jadi alasan klasik kan? So, I don't wanna be that classic.

Kronologisnya, pagi sekitar jam 8 saya datang dan cuma berdua bareng Hana. Nggak lama kemudian kami ngeset alat tes di ruangan lain, ruang magang dalam kondisi kosong. Ruangan itu terhubung dengan ruang staf tapi tidak bisa terlihat sepenuhnya dari ruangan mereka. Sekitar jam 9, saya balik dan ransel saya sudah tidak ada tapi saya masih belum tahu-saya sibuk dengan kegiatan lain dan nggak memperhatikan keberadaan ransel saya.

Dan tibalah saatnya ketika saya mau balik ke kampus karena shift saya udah habis dan mau ngerjain tugas, pas mau ngambil ransel, eh ransel saya udah nggak ada aja gitu.

Saya sih nggak nuduh siapa-siapa meski orang-orang terus menanyakan hal tersebut. Normal lah menurut saya, suspect orang-orang yang di situ saat itu. Tapi mencurigai nggak akan menyelesaikan masalah, kecuali emang sengaja menelusuri dan menyelesaikan kasus ini dengan bantuan polisi which I just offered this afternoon. Ya, karena kehilangan ini saya jadi melancong ke kantor polisi bareng tante saya. Wih, rasanya kayak dateng ke kantor sherrif. Polisinya udah yang 'senior' gitu dan kantornya... err... gitu deh ;] Tapi seru aja dateng ke kantor polisi tadi hehe. Saya diinterogasi mengenai kehilangannya dan sempet masuk ruang reserse segala untuk keperluan birokrasi. Ketemu reserse yang sumpah reserse abis! Yaiyalah, kalo macho abis jadi bintang sinetron pasti dia :D Ngeri? Dikit. Amazed? Iya banget! Secara itu pertama kalinya saya masuk-masuk kantor polisi yang ternyata kayak gitu ahaha.

Anyway, kejadian ini jadi shock therapy buat saya dari Yang Maha Kuasa. Sampai sekarang sih saya masih merenung aja. Apa itu karena saya terlalu sering berinteraksi sama 'mereka' jadi sekarang diambil? Kehilangan orang yang kita sayangi pasti nyakitin banget kan, nah sekarang saya pun mengalaminya. Kehilangan sesuatu yang paling berharga dalam hidup saya. I just wondering, why did You take them, God? What should I learn from this lost? What do You want to show me by this?

Dan yah, kejadian ini pun mendatangkan angin-angin segar berupa kata-kata bijak penuh doa. Dari orang-orang terdekat yang mendengar kabar tentang kehilangan saya. Semua ikut mendoakan yang terbaik buat saya, saya juga cerita kalau sekarang saya lagi tahap ikhtiar. Berdoa sama Yang Memberi Rizki. Sebuah doa balik dilantunkan dari teman magang dan di kampus, si Afni. Adem denger doanya :] Sebuah kalimat pemberi semangat juga ucapan turut berduka datang dari sahabat-sahabat saya dan yang paling menarik menurut saya datang dari Cece. Yang tumben-tumbennya tuh anak bisa ngomong bijak, begini katanya (dikutip dari Twitter-nya), "hmm,, pasrah aja rok . Tuhan punya rencana yg lebih besar pastinya, setiap badai reda pasti ada pelanginya kok .." How could it be better than that???!! :D Speechless pas pertama kali denger dia bisa bilang begitu. Sahabat saya yang satu itu ;]

Saya memaknai kejadian ini sebagai ujian. Setiap ujian pasti ada reward-nya, dan menilik ucapan Cece. Saya sedang terkena badai sekarang ini, tinggal menunggu pelangi tiba. Saya akan mengejar pelangi itu dengan berikhtiar terus untuk 'anak-anak' saya. Semoga Allah berkenan mendengar ikhtiar saya dan mengabulkan doa saya. Mengenai doa apa yang saya panjatkan, cukup saya dan bude saya aja yang tahu. Kenapa bude saya? Karena beliau yang mengajarkan saya berdoa, yah, intinya tugas saya sekarang adalah berdoa dan terus berhati-hati. Dengan kejadian ini saya juga mengingatkan teman-teman saya untuk berhati-hati.

If you wondering how it feels, I feel like losing my husband, not only my kids. I have memories, life and blue-print with 'them'. It means a lot to me, my head, my soul, my life are there. Rasanya, seperti ada yang meninggal. Ada yang kosong, hilang. Say I'm a drama queen or whatever, but that's the truth. Sedih banget kalo inget-inget apa aja yang udah saya lakukan bareng 'mereka', inget satu-satu apa aja yang ada di dalamnya. Susah payah saya menahan diri buat nggak nangis, nggak mau dianggap cengeng di hadapan orang-orang. Tapi ketika ada momen yang tepat, air mata yang udah ditahan-tahan ini bisa meluber kapan aja. Sumpah rasanya berkabung banget, pengen nangis mulu bawaannya.

Kalau lagi bareng sama adek saya atau temen-temen di kampus saya sih bisa ketawa-ketiwi kayak biasa, tapi begitu sendiri, saya pengen nangis sepuas-puasnya. Terutama waktu berdoa, kadang sampai nggak bisa mengucapkan doa. Cuma nangis aja bisanya.

Ortu saya sih nggak nyalahin saya atau mojokin saya yang gimana-gimana, mereka tahu kalau ini bencana dan yang saya salut, adek saya dengan sopannya nggak ngungkit-ngungkit masalah ini di depan saya. Dia menjaga perasaan saya, bahkan waktu saya minta ijin buat minjem flashdisk-nya pun dia langsung ngasih. I LOVE YOU, MY BRO!!!! :D

Rasanya kayak balik jadi emo, labil banget emosi saya akhir-akhir ini. Kebanyakan drop dan apatis banget. Saya tau tenggelam terus-terusan juga nggak baik, saya juga sadar masih ada tugas-tugas yang perlu perhatian saya, tapi saya masih nggak percaya aja. Saya masih belum bisa menghadapi fakta bahwa laptop saya hilang dan sebagainya. Persis rasanya kayak nggak percaya seseorang yang saya sayangi meninggal tiba-tiba.

Dear God,
I try my best, all I can do to reach the rainbow-to gain my reward. I know You keep them well as always, please do. I'm here will waiting for my reward, whatever it is, I know You always give me the best part. Amen.

Tuesday, 16 March 2010

Letters, Stories & Dreams


Penulis: Cassandra Niki
Penerbit: Terrant Books


Bercerita mengenai pengalaman hidup seorang Cassandra Niki selama 2 tahun terakhir (Oktober 2007 - Oktober 2009). Cassandra Niki atau yang akrab disapa Cassey ini menceritakan kisah hidupnya dalam buku yang mengadaptasi postingan blog pribadi yang sudah ia kelola sejak tahun 2008 itu.

Dalam bukunya, saya jadi belajar banyak hal. Saya jadi sedikit lebih mengenal Cassey, mengenal kehidupannya, keluarganya, impiannya melalui tulisan-tulisan singkat yang menghibur. Buku berjudul "Letters, Stories & Dreams" ini tidak hanya berisi cerita-cerita yang baik saja, Cassey juga menuliskan pengalaman-pengalaman buruknya. Momen di mana ia merasa jatuh, putus asa dan bersedih hingga kemudian ia berhasil bangkit menata hidupnya kembali, memandang masa depan sebagai harapan.

Cassey menulis dengan gaya bahasa yang orisinil, jujur dan khas seorang blogger yang ingin berbagi cerita dengan pembacanya. Meski dalam versi buku ini, Cassey menuliskannya dalam bahasa Indonesia (semua posting blognya ditulis dalam bahasa Inggris). Tetapi tidak menghilangkan gaya bercerita Cassey, pembaca seolah diajak terlibat-diajak bicara dengan mengikuti alur cerita yang dirajut Cassey.

Suatu kali sebelum novelnya keluar, saya pernah bertanya pada Cassey di formspring mengenai judul novelnya (kalau ada yang pernah baca, ya, itu saya yang tanya :]) dan Cassey menjawab bahkan menjabarkan satu-persatu makna 3 kata yang ia jadikan judul novelnya itu. Dan kini, saya akan menjabarkannya dalam versi saya ;]

Letters,
Baru kali ini saya mengenal seseorang yang, bisa dibilang, sudah sangat populer di dunia maya dan berani mempublikasikan surat cintanya pada dunia. Ya, SURAT CINTA! Tulisan yang sifatnya pribadi dan mungkin hanya Cassey, cowok yang diberi surat (FYI, dalam novel diberi nama Jonasbut you know who he is hehe) dan Tuhan yang tahu. Tapi kini, surat cinta itu sudah menjadi milik seluruh Indonesia. What an insane girl! (but in a good way).

Stories,
Kisah hidup yang jujur dan khas anak muda, proses berkembang dari seorang remaja yang baru akan lulus SMA hingga akhirnya menjalani hidup sebagai mahasiswa rantau yang jauh dari orangtua dan tidak kenal siapa-siapa di tempat yang benar-benar asing.

Dreams,
Khayalan murni yang akan sangat apik bila dijadikan sebuah cerita fiksi ;] (just an advice, by the way, Cas!). Cassey menuliskan kehidupan-kehidupan khayalannya dalam beberapa paragraf pendek dan kisah imajinernya itu pun sangat menghibur. Saya seperti lagi nonton film teen/chic flick favorit saya :D

Buku ini menjadi penghilang dahaga saya akan buku hiburan yang ringan tapi nggak murahan, secara hari-hari saya akhir-akhir ini sangat membosankan dan bikin cepet jenuh. Baca buku Cassey sukses memompa semangat saya dan saya nggak sabar buat menghabiskan buku itu. Jadinya, saya menghabiskan buku itu hanya dalam 2 malam aja. Maksudnya, saya bacanya cuma waktu malam doang, pagi sampai sore saya stuck di kampus dan di kantor.

Buat yang doyan baca kisah hidup orang lain, buku ini sangat direkomendasikan. Tapi jangan bayangkan membaca kisah hidup seperti biografi Anne Frank atau Pramoedya Ananta Toer ya! Ini murni kisah nyata yang ditulis dalam alur yang menghibur dan dengan cara yang lebih fun. Go grab and read it! :D



P.S.: info tambahan buat pembaca yang berdomisili di Surabaya dan sekitarnya, klik di sini.

My Favorite Part of Life

Jumat sore dua minggu yang lalu, dalam perjalanan pulang ke rumah, di tengah-tengah rasa pening yang bikin saya mau muntah, saya menerima SMS yang setidaknya membuat sakit kepala saya mereda sedikit. SMS itu mengabarkan bahwa novel "Letters, Stories & Dreams" pesanan saya sudah available dan bisa diambil di customer service Gramedia Manyar, toko buku tempat saya memesan. Hari Senin-nya, pulang dari kantor saya langsung cabut menuju Gramedia Manyar. Tanpa window shopping dulu (karena sekitar 3 jam sebelumnya saya juga ke Gramedia Delta Plaza dan beli Girlfriend yang ada June Paski-nya hehe), I went straight to the customer service desk in the 2nd floor. Setengah nggak percaya akhirnya buku itu saya pegang juga, di customer service saya sempet terdiam sejenak memandangi "Letters, Stories & Dreams" ada di tangan saya. Detik berikutnya saya meluncur ke kasir dan bergegas turun meninggalkan toko sebelum mendung gelap menurunkan hasil kondensasinya (baca: hujan). At least, saya udah nggak minder dan sirik lagi karena belum baca buku Cassey. At least, sekarang saya juga bisa berbangga dan share pengalaman setelah baca "Letters, Stories & Dreams". Gimana ceritanya? Penasaran? Baca review saya di sini ya :] Oh ya, buat pembaca yang berdomisili di Surabaya, untuk sekarang ini silahkan menghubungi customer service yang ada di Gramedia Manyar atau Tunjungan Plaza terlebih dahulu karena bukunya out of stock dan bila berminat, kalian harus menunggu buku itu dipesankan dulu khusus untuk kalian (waktu itu, saya cuma nunggu 3 hari dan bukunya udah available buat saya). Dalam arti, toko nggak akan restock. Mereka khusus order sesuai jumlah pesanan yang diterima (dalam kasus saya, ada 3 orang yang sudah memesan sebelum saya), jadi kalau kalian nggak pesan ya mereka nggak akan order ke penerbit. -- -- -- -- -- Waktu berputar cepat, lebih cepat ternyata dari perkiraan saya. Semester 6. Gosh! Perasaan kemarin saya masih leha-leha menikmati masa-masa semester 2 yang emang nyantai abis. Well, di semester 6 ini saya mengambil perminatan di jurusan yang saya ambil. Di fakultas saya, ada 4 jenis perminatan perkuliahan yang dibawahi oleh sebuah departemen yakni 1) Psikologi Perkembangan dan Pendidikan 2) Psikologi Klinis 3) Psikologi Sosial dan Kepribadian dan 4) Psikologi Industri dan Organisasi. Setiap mahasiswa harus menentukan dirinya masuk ke dalam perminatan yang mana sebagai dasar menentukan tema skripsi yang akan diangkat dan karena judulnya perminatan, tentunya disesuaikan dengan minat masing-masing. Kalau ditanya, saya sendiri bingung mau milih yang mana. Karena saya suka semua! Setelah perdebatan sengit dengan ego dan superego saya, akhirnya saya memutuskan untuk menerjunkan diri di Psikologi Industri dan Organisasi. Dengan pertimbangan, saya punya fobia tersendiri sama dunia kerja di luar sana dan melalui mata kuliah dalam perminatan yang saya ambil ini saya bisa belajar dan mendapat banyak informasi mengenai dunia kerja ;] Untuk memuaskan ego, saya juga mengambil mata kuliah Psikologi Komunikasi yang dulunya berada di bawah naungan departemen Psikologi Sosial dan Kepribadian (sekarang ia menjadi mata kuliah independen). Ikut mata kuliah ini berasa kuliah Komunikasi, bahasan yang diangkat saya suka, fun dan tentunya menarik. Mana tugas akhirnya disuruh bikin blog pula! Super yay!!! :D Bukan blog biasa, of course. Postingan yang yang ditampilkan haruslah yang memuat konten ilmiah, akademis dan bisa dibilang serius. Karena nggak ada waktu mengelola blog baru, saya memutuskan untuk menggunakan blog ini saja. Untuk beberapa periode, saya akan posting review jurnal, kajian teoritis dan sejenisnya mengenai beberapa topik. Karena tidak ditentukan topiknya, jadi saya bebas mau ambil topik apa saja dan saya usahakan I'll do it in a fun way. Wish me luck! ;] -- -- -- -- -- Karena anak-anak BLM mengambil jalur perminatan yang berbeda-beda, maka sepanjang kuliah semester ini pun kami udah jarang jalan bareng lagi. Alhasil, kalau tugas kelompok pun saya bekerja dengan orang-orang yang baru. Untungnya, di kelas saya nggak sendirian, ada mbak Anty, Mia dan Dinda yang mengambil perminatan yang sama dengan saya. Horeee!!! Karena tugas kelompok bisa melibatkan 5-6 orang, jadi ada beberapa mata kuliah yang saya kerja bareng sama orang baru. Seperti tugas mata kuliah Perilaku Organisasi misalnya. Kemarin Sabtu, saya dan kelompok saya mengambil data di sebuah perusahaan. Kebetulan perusahaannya punya bokap mbak Anty, jadi lebih enak deh haha. Metode pengambilan data yang dilakukan mayoritas adalah wawancara dan kuisioner/quiz. Kami berpencar mewawancarai karyawan-karyawan yang bekerja lapangan. Dalam proses wawancara itu banyak banget pengalaman seru yang didapatkan. Mulai keluhan para pegawai, kisah hidup karyawan yang kebanyakan bukan orang berada, sampai curhatan segala! Di sini, mbak Anty juga bisa sekalian jadi supervisor yang menyampaikan uneg-uneg karyawan di level terbawah ke bagian BOD alias bokapnya :D Hingga tibalah waktunya untuk mewawancarai manajernya. Kami berenam (termasuk mbak Anty) diundang di kantornya dan kita ngobrol (baca: wawancara) di sana. Ruang kerja bokap mbak Anty sederhana banget bahkan bisa dibilang unik. Dalam 1 ruangan itu ada 2 lantai lho! Lantai 1 untuk manajer dan lantai atas untuk staff. Ruangan di lantai atas bukan lantai yang terbuat dari semen, melainkan dari anyaman bambu. Tangga yang menghubungkan lantai bawah dan lantai 2 aja terbuat dari kayu dan lebih mirip tangga kuno kayak di rumah Gadang. Unik! Proses wawancara, seperti yang sudah saya prekdisikan, bakal memakan waktu lama. Karena narasumbernya bukan orang biasa, bukan tipikal orang yang akan menjawab ya/tidak saja. Bener aja, berbeda jauh dengan karyawan operasional atau bahkan staff yang cuma 15 menit paling lama. Wawancara bareng manajer menghabiskan waktu hampir 2 jam! Gileeee... Karena itu tadi, interviewee bukan orang biasa. Jawaban yang dilontarkan selalu dikaitkan dengan pengalamannya yang luar biasa, yang kaya akan pembelajaran hidup. Gimana nggak panjang penjelasannya jadinya?! Di sela kata-katanya pun bokap mbak Anty selalu menekankan beberapa poin inti untuk dicamkan dalam otak masing-masing. And I did. Bicara tentang cerita pengalaman hidup, saya jadi inget sama dosen saya yang pernah saya ceritain di postingan beberapa hari yang lalu. Dosen saya yang kuliah di Malaysia itu juga suka berbagi pengalaman dan kisahnya pada mahasiswa. Saya juga jadi inget sama eyang kakung saya yang udah meninggal waktu saya masih SMA kelas 1, beliau juga suka bercerita panjang lebar tentang pengalamannya, memberikan petuah hidup yang berharga. Dan saya juga jadi inget sama bokap yang selalu menanamkan nilai-nilai pada diri saya didasarkan pada pengalaman yang pernah dienyam beliau. Saya jadi merenung, mereka bisa bercerita seperti itu karena punya pengalaman yang bermakna dalam diri mereka. Murni pengalaman hidup. Bukan sekedar pengalaman diputus pacar atau nggak punya duit buat beli pulsa. Tapi jalan terjal dan berliku serta usaha untuk bangkit yang akhirnya membangun karakter diri seseorang yang sekarang. Saya ingin mengalami proses yang seperti itu, saya ingin bisa bercerita pada anak-cucu saya nantinya tentang kisah hidup saya yang menyenangkan dengan segala pahit-manisnya. Saya ingin punya pengalaman yang membuat saya kuat, punya prinsip yang teguh dan membangun karakter yang mulia. Saya ingin mencapai tahap perkembangan diri di mana seseorang menguasai satu hal mulia bernama kebijaksanaan. One day my friend, one day. -- -- -- -- -- Enlightment has always been my favorite part of life. Including that day when I heard the word wisdom. P.S.: if you hungry, you may visit my food photography here ;]

Monday, 15 March 2010

Postingan rambut pendek

Yeah, saya baru aja potong rambut--well, nggak baru sih, udah sekitar 2-3 minggu yang lalu. Tapi masih cukup baru buat orang-orang di sekeliling saya. Udah lama emang saya pengen potong rambut saya yang bagi sebagian besar orang sudah cukup pendek. Well, rambut saya yang sebelumnya suka ngerepotin sih ;] Rambut pendek buat saya atau siapa saja mungkin bukan masalah besar, tapi entah kenapa model rambut saya yang sekarang jadi perhatian orang banyak :D
PIXIE
Dengan model rambut yang sekarang, saya banyak mendapatkan komentar yang lucu, konyol, tapi ada juga yang memuji. Komentar-komentar itu datang dari teman-teman sekampus saya, anak-anak BLM nggak begitu terkejut karena saya memang identik dengan rambut pendek. Jadi ya biasa aja. Komentar-komentar itu datang ketika saya lagi ngumpul di suatu tempat atau kebetulan ketemu sama salah satu dari teman-teman saya. Berikut komentar-komentar tersebut: "Wih, tambah ganteng ae mbak iki!" (wih, tambah ganteng aja mbak ini!) Komentar saya >> oh, terima kasih! :D (saya bisa mencium aura-aura iri dari komentarnya) "Model potongan gitu itu bilangnya gimana ke tukang potong rambutnya?" Komentar saya >> ke salon kali.. Emang kamu, ke tukang potong rambut! (ha! ketauan dia pengen potong rambut kayak saya juga!) "Kamu kelihatan tambah seger lho kalau model rambutmu gitu..." Komentar saya >> bingung, karena beberapa menit sebelumnya muka saya dibilang lagi pucat. "Nindy jadi kelihatan lebih dewasa kalau model rambutnya gitu..." Komentar saya >> ahaha makasih, iya dong biar nggak diremehin kalo lagi ngetes. "Rambut udah pendek, kenapa dipotong lagi??" Komentar saya >> saya kan emang maniak rambut pendek. "Potong rambut lagi..." Komentar saya >> :] Dan satu yang sedikit berbeda dari adek saya yang paling kecil, "Dora baru! Dora baru!" Sialan! Baru potong sependek ini aja udah dikomentarin ini itu, gimana kalo potong sependek June atau Cassey?! -_-" Dan sejujurnya, model rambut yang saya pakai sekarang ini sangat memudahkan. Nggak perlu ribet sama sisir karena pake jari pun jadi (sebelumnya juga gitu sih, cuma sekarang JAUH lebih simpel!). Rambut saya yang rontok pun berkurang, karena nggak terus-terusan diikat. Anehnya, sampo saya kok justru boros ya. Apa gara-gara pake minyak kemiri dulu sebelum keramas? Well, saya juga lagi program penghitaman rambut. Saya punya cita-cita punya warna rambut yang solid, gelap, pokoknya hanya terdiri dari 1 warna aja-bukan gradasi yang terdiri 3 warna (padahal dulu saya pernah pengen punya rambut warna merah tomat!). Sekarang sih udah agak mendingan, tinggal ngilangin merahnya doang. Sebelumnya rambut saya macam-macam warnanya: hitam, merah, pirang dan bahkan putih (khusus yang ini gara-gara saya suka gonta-ganti sampo). Doh! Kata nyokap sih rambut saya warnanya bergradasi itu gara-gara efek samping rebonding dulu. Belum lagi saya pernah ngecat rambut warna ungu juga. Makin rusak deh! Setelah ungunya hilang, rambut saya jadi merah sampai sepupu saya bilang saya tukang gonta-ganti warna rambut padahal saya nggak ngecat lagi sejak itu dan akhirnya beberapa rambut jadi berwarna pirang. Karena alasan itulah, saya ingin mengembalikan warna rambut saya yang dulu (hitam, berkilau, solid!) tapi dengan cara yang lebih alami. Kapok deh main-main sama zat kimia yang bikin rambut saya cepet rusak. Anyway, keuntungan punya rambut model ini adalah semakin messy semakin keren haha. Biasanya saya panik kalau rambut ketiup angin dikit aja, tapi sekarang sekencang apapun angin yang menerjang, sedikit sisiran jari aja udah bener lagi. ATAU, tinggal gerakin kepala dikit udah rapi lagi. Yay!!! Sisir bener-bener jauh dari kehidupan saya saat ini. Apalagi waktu lagi sibuk bantu-bantu pas ada acara keluarga 2 minggu berturut-turut kemarin. Saya bisa pergi keluar rumah tanpa menyisir rambut sama sekali, cuma disisir jari aja udah beres rambut saya. Berasa cowok! :D Buat teman-teman yang baru mengenal saya, seperti teman di kampus misalnya, mungkin rambut pendek saya adalah hal baru buat mereka. Tapi buat orang-orang yang udah kenal saya sejak SMP, mereka pernah melihat saya dengan potongan yang lebih pendek dari ini. Jadi, kemungkinan besar mereka nggak akan komentar yang aneh-aneh. But, yeah, saya anggap komentar-komentar itu sebagai hiburan yang langka saya dapatkan. Benar-benar menghibur!

Tuesday, 2 March 2010

Just stories

Rasanya, akhir-akhir ini keberuntungan sedang tidak berada di pihak saya. Rencananya, saya mau nyari buku Cassey yang berjudul "Letters, Stories & Dreams" di Gramedia Manyar. Saya muter-muter mengelilingi rak-rak buku yang sama sampai dua kali, melototin cover buku satu-satu, memastikan nggak ada satupun buku yang terlewat. Sampai akhirnya saya nyerah dan nanya ke customer service.
Begitu berdiri di depan meja CS, si mbaknya langsung dengan ramah bertanya, "Ada yang bisa dibantu, Mbak?". Saya sebutin deh masalah saya dan sedetik kemudian si mbak CS udah ngetik-ngetik di komputernya. Begitu di enter, katanya nggak ada. Trus saya bilang, "Katanya bukunya cuma di sini sama di TP, Mbak..." dan si mbak CS langsung ngetik-ngetik lagi. Jawabannya, "Lagi kosong, Mbak." trus saya nanya, "Kira-kira restock lagi kapan ya, Mbak?" Sekarang si mbak udah nggak pegang komputernya dan fokus sama saya, "Kalau itu kami nggak bisa mastiin, mungkin 3 hari atau seminggu lagi gitu. Ini udah ada 3 orang yang mesen, jadi Mbaknya nulis nama sama nomor telepon aja dulu. Nanti kalau bukunya udah ada, kami hubungi." Saya mengangguk dan disodori buku merah besar yang isinya tabel-tabel. Saya tulis identitas and the bla bla bla sama judul buku yang mau saya pesan. Setelah senyum setengah kecewa dan ucapan 'terima kasih', saya melangkah turun ke lantai satu. Di lantai satu saya sempet disoriented, lupa mau ngapain padahal sebelumnya udah direncanain. Saya keliling-keliling aja dulu ngelihat-lihat map warna-warni dan begitu berbalik, saya lihat papan ungu bertuliskan 'GUNTING' di rak seberang. Serasa mendengar bunyi 'ting!' di kepala, saya berjalan ke arah rak tersebut. Ya, saya butuh beli gunting gara-gara gunting saya yang lama rusak habis dipinjem bu Kos :[ Baru saya sadari kalau gunting itu crucial, tanpa gunting pekerjaan saya jadi tertunda dan ujung-ujungnya numpuk. Kalau udah gitu jadi stres sendiri aja kerjaannya -___-" Kembali ke topik buku Cassey tadi, penerbit buku itu adalah Terrant Books. Saya jadi teringat novel Sitta Karina yang juga menggunakan penerbit yang sama. Entah kenapa, saya selalu kesulitan mencari buku terbitan Terrant Books ketika novel dikatakan sudah beredar di pasaran. Entah karena saya tinggal di Surabaya yang notabene jauh dari Jakarta atau gimana, yang jelas saya mesti nunggu lama baru buku yang saya cari ada di toko buku. Saya masih ingat, jaman nyari novel Sitta Karina yang judulnya "Titanium". Perjuangan banget tuh nungguin itu novel nongol di toko buku sini. Dulu saya biasa hunting buku-buku Sitta Karina di Toko Gunung Agung, tiap kali dikabarkan terbit saya pasti langsung nyamperin ke sana dan selalu ada. Di Gramedia malah belum ada. Dan karena kata Cassey, di Surabaya bukunya ada di Gramedia Manyar dan Tunjungan Plaza, saya nggak mampir ke Toko Gunung Agung buat hunting. Eh, ternyata saya kehabisan :[ Terpaksa deh nunggu lagi itu buku ada di tangan. Sebelumnya saya udah nyari-nyari di toko buku lain seperti Uranus dan Toga Mas, jauh sebelum Cassey memberitahukan bukunya bisa ditemukan di mana di Surabaya. Lebih tepatnya, ketika diberitahukan bahwa "Letters, Stories & Dreams" beredar di luar Jabodetabek dua minggu setelah launching. Dua minggu setelah launching, saya langsung hunting. Mungkin ada yang bertanya-tanya kenapa saya nggak beli on-line aja di website Terrant Books. Well, nggak peduli ada embel-embel diskon yang menggiurkan, tetap, saya nggak tergoda sama sekali. Karena apa? Harga bukunya mungkin memang jauh lebih murah, tapi ongkos kirimnya? Siapa yang mau nanggung? Secara tempat tinggal saya jauh dari Jakarta, harga buku (sesudah diskon) ditambah ongkir, ya sama aja. Saya sih cuma menyayangkan proses distribusi buku yang, menurut saya, kurang efektif. Terrant Books kan penerbit besar, jadi saya rasa untuk urusan distribusi seharusnya bukan perkara sulit. Kalau distribusi lama dan jadinya tidak merata di seluruh toko buku kan akhirnya merugikan konsumen (dalam hal ini, pembaca setia buku-buku karangan penulis tertentu yang sudah menunggu-nunggu). Yah, bila tulisan ini dibaca, semoga dijadikan pertimbangan deh buat penerbit :] Well, saya cuma bisa menghela napas. Bolak-balik ke toko buku dan nggak dapet apa yang saya cari bisa bikin saya bete seharian, kecuali saya lupa ;] Awas aja sampe buku lo jelek, Cas! Gue minta foto bareng lo sebagai ganti ruginya ;D -- -- -- -- -- Dan, habis dari Gramedia, saya mampir dulu ke Multiplus. Multiplus menyediakan shipping service dan saya lagi perlu ngirim barang ke June Paski. Karena alamatnya P.O. Box, saya jadi harus ke kantor pos. Rencananya, barang itu udah bisa saya kirim minggu lalu. Tapi karena saya harus ngendon dulu di bank sejam, jadinya saya batal ke kantor pos karena begitu saya sampai sana pasti udah tutup karena kesorean. Mana habis itu long weekend pula, makin sip aja heran! Akhirnya, saya nyoba-nyoba nanya ke Multiplus, bisa kirim ke alamat P.O. Box nggak dan jawabannya 'nggak'. Makin bingung lah saya, kapan bisa ngirim ini barang ke June. Secara saya nggak enak nyimpen barangnya lama-lama, takut si June nungguin kelamaan. Sejenak kita lupakan dulu perkara di atas dan masuk ke perkara lainnya. Jadwal kuliah udah kayak tren baju aja, gonta-ganti tanpa permisi. Berubahnya jadwal kuliah berimbas pada jadwal magang saya juga, itulah yang bikin saya stres. Saya, bisa dibilang, organized masalah jadwal kegiatan saya sehari-hari. Saya juga merencanakan kegiatan saya yang akan saya lakukan per hari setiap awal minggu. Jadi, begitu jadwal yang sudah settled itu 'diganggu', saya bisa males ngapa-ngapain. Bad mood to the max! Contohnya, kemarin Senin. Hari pertama kuliah, ada 1 mata kuliah yang akhirnya batal saya ambil karena jadwalnya bentrok. Keluar dari kelas, si Mia ngajakin ngumpul di kantor ngebahas jadwal magang yang baru. Saya cuma bisa lemes melihat jadwal saya yang mendadak berantakan. Utak-atik lagi, pertimbangan lagi, arggghhhh..... benci!!! Saya nggak nyalahin siapa-siapa. Sekali lagi, yang bisa saya salahin adalah... keadaan. Selalu dia. -- -- -- -- -- Hari Sabtu kemarin, saya menghadiri acara lamaran salah satu sepupu saya. Ceritanya hari itu saya didapuk jadi sie Dokumentasi sekaligus sie Perlengkapan bareng sepupu-sepupu saya yang lain (termasuk adik sepupu saya yang lagi lamaran). Sekian lama autis sama kehidupan saya sendiri (salahkan kampus dan kantor!), akhirnya saya ngumpul juga sama keluarga besar saya. Rasanya seneng banget!!! Sehari sebelumnya saya udah repot ngurusin ini-itu perlengkapan yang diperlukan bareng sepupu-sepupu saya. Asyik banget deh kalo jalan sama mereka :D Dan, begitu hari H tiba, saya bertugas jadi fotografer tunggal acara itu karena sepupu saya yang satu lagi sedang menghadiri acara ulang tahun kantornya. Dalam keluarga saya, sie Dokumentasi-nya cuma 2. Saya dan sepupu saya yang lebih senior itu. Sepupu saya itu dari jaman saya masih kecil selalu jadi seksi jeprat-jepret tiap lagi ngumpul-ngumpul keluarga besar, dulu malah pake SLR. Begitu mengenal pocket camera, pindah deh pake kamera yang lebih mungil itu. Jadi fotografer itu susah-susah gampang, terutama ketika memotret orang-orang yang belum tahu kemampuan kita. Bukan bermaksud sombong, tapi kalau orang udah biasa pegang kamera dan mainannya adalah menjepret-jepret maka kemampuannya nggak perlu diragukan lagi. Saya beli kamera bukan buat punya-punyaan, saya beli karena saya suka fotografi dan pengen berhenti mlongo dan ngiler mulu lihat fotografi bagus. Saya pengen menciptakan fotografi saya sendiri. Kejadiannya agak nyebelin sebenernya. Yaitu waktu tiba saatnya saya harus motret keluarga besar saya usai acara. Bude-bude saya, bokap sampai ayah sepupu saya yang lagi lamaran yang tentu nggak tahu kerjaan saya dan jelas nggak pernah buka account saya di Deviantart dengan lantangnya nyuruh-nyuruh saya pindah posisi biar motretnya bener. Cih! Belum tau mereka kemampuan si Lou. Yang mereka khawatirkan adalah 1) takut kamera saya tidak menjangkau semuanya, 2) takut saya salah menangkap angle, 3) takut saya tidak memfokuskan jepretan pada objeknya. Capeee dehhh!!! FYI, Lou merupakan kamera yang dilengkapi dengan fitur wide-angle, jadi bisa menjangkau view yang cukup luas. Masalah menangkap angle yang tepat dan fokus pada objek memang ditentukan oleh saya, dan saya tahu betul objek apa yang akan saya sorot dan angle mana yang bagus untuk diambil. Karena saya banyak latihan (thanks to BLM sista!) dan masih terus latihan sampai tulisan ini dibuat. Yang paling nyebelin dari memotret mereka adalah ketika mereka udah sok-sokan ngatur saya, tapi saya tetap dengan pendirian saya, saya tunjukin hasilnya dan mereka dengan entengnya bilang, "Yohh... bagus!" Antiklimaks, mestinya saya bangga, senang, bahagia or whatever ketika dibilang begitu. Tapi nggak, saya malah kesel sendiri. Teringat gimana rewelnya mereka sebelum saya menekan tombol kamera. Beda cerita waktu saya motret sepupu saya yang gaul (\m/) dan pastinya tahu gimana reputasi saya di dunia maya (halah!!!). Merekalah yang mendengarkan arahan saya, bukan sebaliknya. Proses memotret jadi lebih cepat, hasilnya lebih banyak dan tentunya memuaskan :] -- -- -- -- -- Karena masih dalam tahap photo processing, foto-foto hasil jepretan saya selama acara lamaran itu masih ngendon di laptop. Minggu depan deh saya usahain udah nongol di Deviantart. Stay tune! ;]

LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin