Tuesday, 27 May 2008

Insiden Anjing Tengah Malam yang Bikin Penasaran

Penulis Mark Haddon

Selain warna cover buku yang mencolok (shocking pink!), ada hal lain yang menarik saya untuk memutuskan berburu novel ini. Setelah sekian lama (kurang lebih setahun) mencari, akhirnya saya temukan di Gramedia Manyar dan tinggal satu eksemplar! Tanpa pikir panjang, saya langsung ambil novel yang masuk dalam koleksi buku populer ini dan membawanya ke kasir. 

Sebelumnya saya sempat membaca sekilas novel Insiden Anjing ini milik teman saya, sejak saat itu saya tertarik membelinya sendiri. Berkisah mengenai seorang anak penderita autis bernama Christopher. Petualangannya dalam memecahkan kasus pembunuhan anjing milik tetangganya menjadi cerita pembuka dalam novel ini. Namun ternyata, ada banyak hal yang kemudian terungkap ketika Chris mencoba menginvestigasi 'para saksi' dan orang-orang yang terkait. Petualangan yang cukup berbahaya untuk seorang anak autis itu benar-benar menghadapkan Chris pada kenyataan. 

Selama ini anak autis memang dikenal selalu sibuk dengan kehidupannya sendiri, dalam novel ini Chris seolah menantang dirinya (yang autis) untuk menghadapi realita bersama orang lain. Kenyataan-kenyataan pahit yang harus ia terima telah membantunya memahami realitas kehidupan. Novel ini disertai dengan ilustrasi-ilustrasi yang dimaksudkan sebagai hasil gambar tangan Chris, masih banyak lagi hal-hal menarik yang bisa ditemukan dalam novel ini (seperti hitungan bilangan prima!). 

Nah, penasaran siapa yang membunuh anjing tetangga Chris? Jawabannya sungguh di luar dugaan (salah satu kenyataan pahit yang harus diterima Chris). Jadi, baca saja sendiri bukunya ya!

Wednesday, 21 May 2008

Go Plaid !

Selain motif flowery yang lagi happening, motif plaid alias kotak-kotak juga ikut meramaikan jagad fashion tahun 2008 ini. Motif yang paling banyak digunakan pada kain ini memang favorit banyak orang. Buktinya item-item di bawah ini memutuskan untuk menjadikan dirinya 'plaidness' dibandingkan motif lainnya.



Keuntungan memakai plaid yang edgy ini adalah bisa dipakai dalam suasana santai maupun formal. Karena plaid menampilkan kesan rapi tapi juga cool. Apalagi sekarang sedang booming, jadi nggak perlu ribet deh setelah pulang ngampus, bisa langsung jalan-jalan tanpa harus ganti kostum dulu.

Style in plaid di atas bisa dicontek buat dipake ke kampus, eskul sore di sekolah atau sekedar hang out sama temen pas weekend. Enjoy!




Tuesday, 13 May 2008

I Love Playing Cops

Ketika sedang enak-enak nonton The Departed di TransTv, tiba-tiba mata saya menangkap sesosok hewan yang merayap anggun ke bawah meja komputer di dekat saya (waktu itu lagi tiduran di bawah). Sekilas saya lihat hewan itu datang dari kerajaan semut, hanya ukurannya lebih besar 5 kali lipat, seukuran kecoa cuma kecilan dikit. Karena sebelumnya saya pernah dikejutkan oleh kepala ular yang tiba-tiba nongol di tempat yang sama dan situasi yang sama, tidak ingin menambah trauma--bangkitlah saya dari posisi ter-PW sepanjang masa tadi.

Saya pun langsung mengambil semprotan baygon dan langsung memberondong tembakan ke bawah meja komputer di mana hewan itu bersembunyi. Tidak ada reaksi, yang ada malah bau busuk yang tiba-tiba menguap di sekeliling situ. Artinya, si hewan sedang melakukan aksi balasan dengan mengeluarkan gas busuk dari badannya (mirip kutu busuk deh ini semut!). Oke, saya pun tak mau kalah, tembakan diluncurkan untuk kedua kali. Baunya sudah mulai mereda, mungkin si semut udah KO jadi nggak kuat ngeluarin serangan balasan (baca: bau busuk).

Mengira keadaan aman, saya pun kembali duduk menikmati aksi 2 cowok ganteng di film The Departed (Matt Damon dan Leonardo D'Caprio, serasa beli 1 dapat 2 hehe). Eh, tiba-tiba di bawah karpet yang saya duduki terdengar bunyi krasak-krusuk. Sepertinya ada yang bergerak-gerak di bawah karpet. Apakah gerangan?

Ternyata si semut masih hidup sodara-sodara! Dia menyelinap keluar kolong meja dan masuk tepi karpet yang agak melengkung sehingga ada celah kosong yang bisa dimasukin. Rupanya si semut memilih perang gerilya. Oke, saya jabanin!

Saya pikir amunisi baygon masih kurang ampuh, jadilah saya mengambil senjata tradisional yang sudah terkenal sejagad persilatan, Touya sakti Sun Go Kong alias sapu rumah. Belajar dari semua film action dan film-film polisi yang sudah pernah saya tonton, berlindung di balik dinding sebelum mendobrak pintu yang terkunci adalah kunci aman dari serangan lawan. So, I did it.

Saya buka karpet dari arah berlawanan dengan arah masuknya si semut bau, dengan kaki. Si semut masih berjalan anggun layaknya Lady Di kawinan. Oh, semut ini bernyawa 10 rupanya! Baygon yang ditelen manusia aja bisa menyebabkan kematian, eh konsumen utamanya justru nggak mati (pesan buat produsen baygon: ramuannya perlu dikaji ulang, jangan ngecewain konsumen donk!).

Awalnya, saya pikir tembakan di awal tadi mungkin meleset, jadi saya menembaknya (maksudnya, menyemprot) sekali lagi dengan baygon. Hadirin sekalian, si semut masih kayak Lady Di! Dia hidup! Dia masih hidup!! Oh anakku... (Loh??). Karena nggak mati juga pake baygon, langsung aja saya gunakan kehebatan jurus Touya sakti warisan Sun Go Kong yang saya kuasai. Jebret! Matilah si semut dengan 2 kali tebas (yang sekali, kakinya masih gerak-gerak).
Setelah dilihat lebih teliti (layaknya ilmuwan biologi), ternyata si semut merupakan semut indo alias hasil perkawinan silang. Antara apa dan apa? Semut vs Laba-laba. Kaki si semut banyak bulunya kayak laba-laba dan jumlahnya lebih dari 4 pasang. Mungkin emaknya dulu juga selingkuh sama Om Kaki Seribu (Jangan ditiru ya adik-adik di rumah!).

Well, setelah si semut bau (oh ya, bau busuk turunan dari siapa ya? Hmmm...) ko-it, saya pun mengantarkannya ke peristirahatan terakhirnya secara terhormat layaknya serangga-serangga pada umumnya. Saya seret itu semut pake sapu dan layaknya pegolf profesional, saya pukul si semut keluar lewat lubang kecil di bawah pintu (pura-puranya ini lubang golf-nya) --tentunya pake sapu.

Demikianlah kisah perjuangan agen rahasia 007 memberantas kejahatan. Selamat jalan semut indo, semoga perjuanganmu bisa dikenang oleh anak-cucumu kelak. Berdoa selesai.

Monday, 12 May 2008

SURVIVAL

Sensasi hangat menerpa wajahku, saat kubuka mata untuk melihat waktu, ternyata pagi sudah menjelang. Sinar matahari pun sudah merayap masuk melalui jendela kamarku. Nyamannya suasana pagi itu terusik oleh suara gaduh di luar rumah, kudengar gemuruh suara yang begitu memekakkan telinga.


Buru-buru kubangkit dari tempat tidur, ketika keluar dari kamar, kulihat ibu dan kedua adikku sibuk menyelamatkan semua makanan yang seharusnya merupakan sarapan kami. Ibu memerintahkan kami untuk bergegas meninggalkan rumah, menyelamatkan diri. Saat kutengok halaman belakang, ternyata Bunny (kelinci putih peliharaanku) masih berkeliaran. Kusuruh adikku yang paling kecil untuk memancingnya masuk dengan makanannya (wortel dan jagung), tapi ibuku berseru "Ayo, kita harus segera meninggalkan rumah!". Kuharap Bunny baik-baik saja.


Dengan pakaian seadanya (hanya pants dan kaos butut), aku meninggalkan rumah dan mencari tempat yang lebih aman. Di luar, asap menyelimuti hampir semua pandangan di hadapanku. Bau khas yang menyengat terasa menusuk hidung. Kami pun memutuskan untuk berkumpul bersama tetangga yang lain di tempat yang lebih aman.


Ketika keadaan dirasa sudah aman, kami memutuskan kembali ke rumah. Kulihat asap masih mengepul dari dalam rumah, adikku yang paling besar memberanikan diri menerobos masuk dan menyalakan kipas angin untuk mempercepat hilangnya asap. Beberapa saat kemudian, rumah pun sudah mulai tampak isinya (meski di bagian garasi masih gelap tertutup asap). Aku pun langsung berlari ke halaman belakang untuk mencari kelinciku yang tadi masih berkeliaran, ditemani adikku yang paling kecil. Namun hasilnya nihil. Bunny tidak ditemukan! Adikku berasumsi Bunny lari menyelamatkan diri lewat pintu depan yang memang ditinggalkan terbuka ketika asap menyeruak keluar dari dalam rumah. Aku pun memeriksa halaman depan untuk mencari-cari sosok putih berbulu yang menggemaskan itu, tapi hasilnya sama; tidak kutemukan.



Entah kenapa feeling-ku mengatakan Bunny masih ada di halaman belakang. Berkali-kali adikku memanggil namanya sambil mengacung-acungkan wortel di tempat-tempat favoritnya berdiam kala mentari sedang terik-teriknya; di antara gentong air, di bawah pohon bunga hibiscus, di dekat pojok pembakaran sampah (saat itu sedang tidak ada sampah yang dibakar!) dan sudut-sudut yang memungkinkan Bunny bersembunyi. Hingga kegilaanku menguasai akal sehatku, "Masa sembunyi di balik sini?" kataku sambil mengintip di sela daun pintu yang terbuka dan hampir menempel dengan tembok (FYI, ini pintu menuju halaman belakang). Gelap sih, tapi aku bisa melihat ada makhluk yang bergerak-gerak di dalamnya. "Ketemu!" seruku gembira. Adikku pun membuka pintu yang diganjal mepet tembok itu supaya Bunny bisa keluar (karena Bunny punya kebiasaan: bisa masuk, nggak bisa keluar gara-gara ukuran badannya yang obesitas) dengan mudah. "Mungkin dia ketakutan jadi bersembunyi di situ." kata ibuku menimpali.


Oh Bunny, maafkan aku yang sudah ninggalin kamu tadi. Aku jadi merasa bersalah ninggalin Bunny sendirian, ketakutan. Mungkin dalam hati Bunny membatin, "Majikan macam apa kamu ini!" Bunnnnnnnyyyyyyyy I love youuuuuuuuu..........


Oke... Oke... cerita di atas emang sepenuhnya karangan belaka, dramatisasi banget. Keadaan yang sebenarnya adalah di hari Minggu yang cerah saya dibangunkan oleh gemuruh suara yang memekakkan telinga yang asalnya dari alat fogging Demam Berdarah. Yap, waktu itu lagi ada fogging di RW rumah saya :] Tapi soal Bunny hilang dan sembunyi di balik pintu itu, sepenuhnya real nggak ada yang dikarang. It's just for fun anyway :]

LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin