Friday 25 February 2011

KKN #4: It's time to say goodbye

Sepanjang saya di Sampang, saya belum pernah melihat langit merah ala sore milik Sampang. Jadilah saya, Ayik dan Putra cabut ke sawah buat nungguin langit bersemu merah sisa hari KKN.

Dusk01
Dusk02

Sawah dari tempat kontrakan itu seperti Plaza Surabaya dan WTC, sebelahan, tetanggaan. Jadi tinggal nyebrang doang udah sawah-sawah.
Lihat sawah-sawah waktu matahari menguning itu cantik banget, daun-daun padi jadi kelihatan hijau terang yang bikin mood jadi nyaman. It was fabolous!

Jalan dikit lagi agak ke dalam desa dan melihat lebih banyak lagi sawah tapi frame langitnya lebih bagus lagi kayak di kalender, dengan matahari yang mulai bersembunyi di balik horizon. Cantik :]


Suatu malam saya diajakin pergi ke Api Tak Kunjung Padam, awalnya saya nggak berminat. Karena objek wisata yang seperti itu bukan objek wisata favorit saya, pikiran saya waktu itu "Nggak ada target buat motret". Tapi buat nemenin Ayik, bolehlah.


Pergi berempat bareng Ryo dan Putra, meninggalkan kota Sampang dan masuk ke Pamekasan. Jalur masuk ke objek wisata juga nggak bisa dibilang mulus, istilahnya, jalannya makadam. Memang ada bekas aspal, tapi sebagian besar sudah rusak berat dan kalau nggak hati-hati bisa oleng masuk sawah. Apalagi waktu itu kita ke sana malam hari. Horror to the max!

Api01

Sesampainya di sana, bayangan saya adalah sebuah area luas dengan lidah api tersebar menjulur-julur dari bawah tanah. Tapi yang saya dapati adalah sebuah lingkaran berpagar yang di dalamnya, yah, ada api yang tersebar menjulur-julur dari dalam tanah. Di beberapa titik malah digunakan untuk memasak oleh penduduk sekitar. Di sekeliling lingkaran itu juga tercium bau gas yang khas, Putra dan Ryo sempat menyebutkan nama gasnya tapi saya lupa hehe. Karena siangnya sempat hujan, jadi beberapa titik dalam lingkaran itu tidak menjulurkan api. Tapi kata dua cowok tadi, begitu tanahnya kering, apinya bakal keluar lagi. Lumayan takjub sih melihat ada api yang bisa menjulur dari bawah tanah begitu. But still, it ain't my fave object to shot :]

Api02

Dan Api Tak Kunjung Padam adalah objek terakhir yang saya kunjungi selama KKN yang sudah berlangsung sekitar sebulan. Nggak terasa emang, meski awalnya saya dan temen-temen sekamar sempet bikin kalender (nyomot kalender program yang dibikinin sekretaris) yang bisa dicoretin supaya kita bisa bilang "Wah udah H-sekian!" atau "Kurang 3 hari lagi kita pulang!".

Tapi semakin ke sini kalender itu udah nggak ada pengaruhnya lagi karena waktu bergulir cepet banget. Tiba-tiba udah minggu terakhir aja, padahal rasanya kemarin baru naruh koper di kamar trus jatuh ke kasur kelelahan.


Saya ngerasain KKN ini, yah, seperti mindset awal: latihan sebelum backpacking. Saya anggap ini liburan ke desa dan memang itu yang saya rasakan bareng temen-temen saya setim. Sama sekali nggak kerasa kayak orang KKN, atau memang KKN itu ya seperti ini? Hahaa


Ngantri mandi nggak pagi nggak malam, masak-masak bareng, goncengan bertiga, kadang malah nggak pake helm semua, main gitar, nyanyi-nyanyi malam-malam sampai ditegur tetangga (maaf ya, Pak, kita suka bikin ribut hihi), sampai joget-joget nggak jelas di hadapan masyarakat se-Sampang di event karnaval HUT Sampang. Semuanya jadi memori tersendiri buat saya.


Konflik? Tentu aja ada, baik secara personal atau terhadap tim saya sendiri. Tapi itu nggak bertahan lama karena tim saya solid dan permasalahan sepertinya enggan nongol lama-lama sama kita hehe. Saya nggak pernah ngerasa males temenan sama si A atau enggan deket-deket si B. Hebatnya, saya masih bisa toleran sama semua kekurangan teman-teman saya setim dengan tetap menjaga hubungan baik sama mereka. Padahal, in real life, saya udah jauhin itu orang sejauh-jauhnya. Itulah hebatnya tim saya, mereka menciptakan atmosfer seru yang bikin anggotanya betah dan nyaman di dalamnya.


Lewat postingan ini saya mau bilang makasih banyak sama temen-temen sekamar saya: Nanda yang anak-anak di luarnya tapi dewasa banget di dalam, Endah yang aslinya ngemong banget, Lilla yang mengingatkan saya sama temen SD saya dulu dan bikin saya geleng-geleng karena dia gamers sejati, "Bu Dokter" Dita yang hobi ninggalin barang-barangnya di mana-mana dan yang terakhir Ayik, teman sefakultas yang tadinya nggak deket dan ternyata hobi jalan-jalan juga. I'm gonna miss you all guys! Miss our moments together. Nggak peduli meski kamar kita dibilang kamar pemalas dibanding kamar sebelah, tapi tetep kamar kita paling seru! Berkat kalian saya betah ikut KKN ini, kalian lah yang pertama jadi motivator saya buat bertahan di KKN ini meski kalian nggak pernah sadar ;D I love you all!

Buat "Aengsareh Gank", kalian bikin KKN saya berarti banget, kalian adalah temen-temen baru yang rasanya udah saya kenal lama (Well, kecuali Dines kayaknya hehe). Dengerin celotehan "Pak Ketu" Denis yang medoknya selalu bikin ketawa, celetukan Bram yang cool dan sekaligus bikin pengen jitak, Debi dengan senyum zombie dan muka seriusnya yang malah bikin ngakak, Tika yang rajin dan kadang jadi ibunya anak-anak, Rizma yang selalu bikin rame, Tantu yang bak 'singa dilepas dari kandangnya' hehe, Alvin si gadget freak dan pangeran bergitar yang kalau ketawa mukanya bakpao semua, Ema si makcik Malay yang suka digodain anak-anak, JP (nama aslinya Ayu) yang mungil dan polos tapi makannya setara Putra, Rizca yang juga medok dan polos banget kalo nanya, Ryo yang multikultur dan sering jadi tombol subtitle kalau lagi ngobrol sama penduduk lokal hehe, Putra yang selalu ready kalau diajakin jalan, Dio yang suka bawa-bawa kertas sama pensil buat memuaskan hobi menggambarnya, Aji yang malesnya amit-amit tapi kadang bikin ngakak juga, Ayu "Nipponmoto" (karena ini juga yang bikin Ayu JP dipanggil JP doang, julukannya diambil karena dia dari Sastra Jepang, anak-anak iseng ngawur ngasih nama yang berbau Jepang) yang bawaannya tenang, orangnya murah senyum dan terakhir, Dines, temen SMP yang ketemu lagi di KKN ini, ternyata makin gendut dan diam-diam suka mellow sendiri sambil bawa gitar hahaa. Gonna miss you all guys! I'm so glad to have you all in my life. Makasi banget udah menciptakan tim yang menyenangkan buat kita semua :D


All of US

Dan yang terakhir, saya mau mengucap syukur pada Sang Pemberi Rizki. Karena-Nya saya bisa KKN di tempat yang nyaman, dengan tetangga yang ramah dan welcome sekali, bersama tim yang menyenangkan dan solid, melalui momen yang tidak pernah membuat saya sedih dan sulit untuk dilupakan.

Alhamdulilllahirabbilalamin :]


Sampai ketemu lagi lain waktu, Sampang!

Thursday 24 February 2011

KKN #3: Dear Escape

Dan tibalah minggu terakhir yang dinanti-nanti itu.

LPJ kelar, program juga sudah habis, tinggal presentasi akhir ke kecamatan yang menanti.

Sepanjang minggu terakhir ini, kami semua jadi rajin jalan-jalan. Termasuk belanja oleh-oleh dan keluyuran tanpa tujuan yang jelas :D

Suatu waktu ada yang ngajakin nonton Karapan Sapi. Ya, karapan sapi khas Madura itu. Setahu saya karapan sapi ini hanya dihelat bulan Agustus, tapi ternyata di luar bulan Agustus juga ada. Seisi rumah keluar menuju tempat karapan sapi diadakan. Transportasi yang ada memang terbatas, jumlah sepeda motor yang dibawa memang nggak sejumlah orang yang ada. Alhasil goncengan bertiga pun jadi, contohnya saya. Saya bersama Ayik dan guess who? Putra. Ya, Putra yang badannya 'langsing' banget itu harus membonceng 2 orang lagi di belakangnya. Sungguh mulia motor yang kami tumpangi itu, juara deh! :D

Karena Putra agak ngebut, jadilah kami kebablasan. Tapi saya justru bersyukur kami kebablasan. Lho kok? Ya, karena saya jadi bisa menemukan objek foto yang menakjubkan. Kayak apa sih? Lihat aja di sini ;]

Karapan01
Karapan03

Saya nggak mau komentar mengenai perasaan sapi yang menjadi karapan. Putra yang basic-nya Kedokteran Hewan banyak ngasih tahu saya dan mungkin perlu ada kebijakan akan event yang jadi salah satu daya tarik budaya bangsa kita ini :]

Karapan02
Psychology Gang: moi, Tantu, Ayik

Sepulang dari nonton Karapan Sapi, saya dan Ayik masih pengen jalan-jalan. Jadilah kita bertiga (bareng Putra pastinya) escape ke sawah-sawah. Salahnya, kita cabut waktu matahari lagi terik-teriknya, memasuki waktu sore. Tapi justru jam segitu pencahayaan kelihatan kooperatif. Jepretan jadi kelihatan bagus dan langit cantiknya bukan main. Apalagi waktu saya motret lautan dari atas bukit, kerlip-kerlip air laut yang terpapar matahari jadi kelihatan cantik.

Escape02
Escape01


Satu hal yang bikin saya heran sama langit Madura, rasanya selalu kelihatan cantik kayak di buku-buku dongeng: langit biru, awan putih bergumpal bak kapas. Beda banget sama di Surabaya, kan??




Suatu pagi Ayik membangunkan saya. FYI, kayak di rumah, di sana saya masih makhluk yang sama. I'm still not a morning person :]

Malam sebelumnya Ayik ngajakin saya ke suatu tempat tapi dia nggak bilang mau ke mana. Saya pikir ke pantai rahasia, eh nggak taunya ke suatu tempat mirip Dago atau Payung, Batu. Area perbukitan di mana kita bisa melihat wilayah yang lebih rendah dari dataran yang lebih tinggi.

Gua02

Berempat bareng Putra dan Bram kami ke sebuah cekungan raksasa yang berada di atas bukit yang disebut Gua Lebar oleh masyarakat setempat. Saya juga kurang tau bagaimana awalnya gua ini terbentuk. Bayangan saya Gua Lebar adalah gua yang sangat lebar, nggak sempit dengan stalaktit yang bergelantungan. Tapi yang sebenarnya adalah sebuah ceruk yang sangat besar di mana di dalamnya berisi berbagai macam tumbuhan dan menjadi habitat sejumlah burung. Bener-bener kuasa Allah SWT :]

Gua03

Duduk di tepi gua sambil menikmati pemandangan kota yang ada di bawah rasanya relaxing banget. Apalagi itu masih pagi dan suasana di situ sepi banget emang. Satu-satunya yang berisik adalah seekor sapi yang kebetulan kandangnya emang di dekat situ. Well, Gua Lebar ini bersebelahan langsung dengan rumah penduduk. Tanpa ada batasan khusus, karcis masuk dan segala tetek bengek administrasi lainnya. Siapa aja bebas masuk dan menikmati pemandangan yang ada. Heaven!

Gua01
Entah apa ini maksudnya di pintu masuk ada Hulk (Insert: Bram)


Perjalanan saya masih belum berakhir, emang waktunya udah hampir habis tapi agenda jalan-jalan masih terus berjalan tenang aja hehee

Tunggu tulisan saya yang berikutnya besok yaa!




Wednesday 23 February 2011

KKN #2: Yeah!

Tepat di hari yang sama ketika saya pulang untuk kali pertama, program KKN yang saya pegang dilaksanakan. Lomba Menggambar dan Mewarnai. Target jumlah peserta memang nggak terpenuhi, tapi saya lega acaranya berjalan lancar berkat kerja sama teman-teman dan pihak sekolah yang kooperatif. Tema lomba adalah "Cita-citaku".

Coloring02
Coloring01


Karena pada dasarnya saya suka menggambar, jadilah saya berkeliling mengamati gambar anak-anak itu satu persatu. Masalah menghampiri ketika nyaris sebagian besar peserta menggambar nggak mau menggambar sesuai tema dengan alasan tidak bisa. Seorang guru berinisiatif memberikan arahan pada para peserta dengan memberikan gambaran cita-cita yang seperti apa yang bisa digambar, di mana contoh cita-cita yang beliau ambil adalah profesi guru dengan frame gambar papan tulis, guru mengajar dan siswa--suasana di dalam kelas. Alhasil mayoritas siswa pun menggambar sesuai dengan arahan yang diberikan guru tersebut. Padahal visi saya mengadakan lomba ini bukan untuk itu, saya ingin anak-anak itu menuangkan apa yang ingin mereka kerjakan ketika dewasa nanti.


Coloring03

sempat diliput media lokal, Radar Madura

Mirisnya lagi, ketika saya mendekati seorang anak perempuan yang keukeuh menggambar pemandangan konvensional: gunung, sawah, matahari. Kelihatan sekali dia sudah terlatih menggambarnya dan bisa dibilang motorik halusnya baik sekali. Saya tanya, "Adek punya cita-cita nggak?" Dia menggeleng sambil berujar, "Nggak." Saya bener-bener terkejut mendengarnya. Lalu saya tanya lagi, "Kalo udah gede adek mau jadi apa?" Dia masih belum menjawab, saya lanjutkan, "Dokter?" dia masih diam dan menggeleng pelan, "Guru?" dia menggeleng juga. Melihat pakaian yang ia kenakan, asumsi saya dia anak orang yang cukup berada. Tapi yang saya sayangkan adalah absennya imajinasi, mimpi dan sekali lagi, cita-cita yang ada dalam pikirannya.

Ke mana mereka semua?


Saya dekati lagi seorang anak perempuan yang kebetulan duduk di sebelahnya, ia sudah hampir menyelesaikan gambarnya yang setipe dengan teman di sebelahnya. Saya rayu dia dan akhirnya mau mulai menggambar lagi di kertas yang baru dengan tema yang lebih sesuai. Namun begitu waktu habis, saya kembali padanya dan yang saya temukan adalah gambar yang sama yang tadi ia kerjakan. Ketika saya tanya ke mana gambar dokter yang tadi ia kerjakan, dia bilang, "Nggak bisa gambar dokter." Karena itulah dia memutuskan menggambar hal yang lebih ia kuasai. Semudah itu dia menyerah, dan setelah saya lihat secara menyeluruh alasan-alasan semacam itulah yang mendasari gagalnya tema perlombaan untuk direalisasikan. Padahal saya ingin tahu, anak-anak yang tinggal di pedesaan ini punya mimpi yang seperti apa untuk negara ini. Saya nggak menilai bagus atau tidaknya gambar yang dihasilkan sebagai poin utama sejujurnya, saya menilai kreativitas mereka dan apa yang ingin mereka capai dalam hidup ini. Sekalipun mereka hanya menggambar petani, selama itu sesuai dengan tema dan poin penilaian, tentu saya akan memberi nilai lebih. But apparently, nobody draw farmer as their dreams.

Dari sini saya jadi berpikir, apakah ini potret anak-anak Indonesia yang sebenarnya? Apakah mimpi hanya dimiliki anak-anak kota? Awalnya saya pikir saya akan menemukan banyak gambar petani dalam hasil karya anak-anak itu, karena itulah profesi paling familiar yang mereka ketahui selain guru. Saya bener-bener menyayangkan bahwa gambar pemandangan konvensional itu turun temurun dari masa saya masih TK hingga sekarang sudah jamannya iPad, frame gambar seperti itu masih eksis. Mungkin orangtua perlu menghentikan mengkotak-kotakkan imajinasi anak, saya yakin ide untuk menggambar yang seperti itu merupakan 'ide' arahan orangtua. Dulu waktu saya TK, guru saya nggak mengarahkan saya menggambar pemandangan konvensional seperti itu. Mereka hanya memberikan tema "Pasar", "Perkampungan" atau "Perayaan 17 Agustus" dan sisanya adalah keputusan saya untuk mengembangkan. Indonesia nggak terbatas pada gunung, sawah dan matahari aja kan? Orangtua saya pun menyerahkan sepenuhnya pada saya untuk menggambar sesuka hati, nggak peduli gambar itu jelek atau tidak.

I just wondering, where are their dreams go?



Anyway, tiba waktunya saya kembali ke Sampang. Kebetulan waktu itu si pacar ngotot banget minta nganterin dan rupanya anak-anak melihat kesempatan emas dengan datangnya saya bersama si pacar. Baru sampai dan belum nurunin barang-barang, seisi rumah udah siap mau pergi. Ke mana? Ke Pantai Camplong. Ya, ternyata nggak perlu nungguin sampai akhir KKN saya akhirnya mendarat juga di Pantai Camplong.

Pacar dan mobilnya pun mengangkut teman-teman sekamar saya plus Tantu (temen sefakultas saya juga) ke destinasi utama saya selama di Sampang :D

Camplong01

Camplong
, pasirnya memang nggak seperti bayangan saya, agak kecoklatan tapi masih lebih terang dibanding di Kulbung. Area pantainya lebih luas dan untuk pertama kalinya saya melihat mercusuar. Belum lagi matahari waktu itu sedang mempersiapkan diri untuk terbenam di ufuk barat, bersebelahan tepat dengan si mercusuar. Cantik! :D


Camplong02

Oh yeah, pastinya kaki saya masih dalam keadaan kritis saat ke Camplong. Jadi saya nggak bisa puas-puasin diri nyemplungin kaki atau merasakan lembutnya ombak membasahi kaki. Kaki saya harus tetap kering, terutama yang kiri. Beruntung si pacar ikut, karena saya ke pantai pakai sepatu dan rasanya nggak enak pake sepatu di atas pasir pantai yang basah jadi saya bolak-balik harus pegangan lengannya biar nggak terpeleset. Memang asisten yang sempurna dia! ;]


Camplong03

ketemu Ninda temen sefakultas yang KKN di kecamatan sebelah, Torjun

Suatu waktu di minggu terakhir KKN, saya juga sempat mengunjungi Camplong lagi. Kebetulan waktu itu malam hari dan bulan sedang purnama. Saya ke sana dengan misi untuk melihat laut ketika pasang. Bikin takjub melihat laut malam hari waktu bulan purnama, di mana Sampang juga nggak segemerlap Surabaya. Pencahayaan masih minim sehingga lautan kelihatan terang, langit nggak hitam ketika bulan bersinar terang sekali. Karena bulan purnama, air laut pun naik cukup tinggi. Wilayah kering di mana saya dan teman-teman lari-larian, foto-foto dan jalan-jalan kemarin itu tertutup air sepenuhnya sampai batas si pacar memarkir mobilnya.


Menjelang minggu terakhir, program KKN memang sudah habis. Saat itu proyek dari pemerintah datang. Proyek? Proyek apaan? Tenang, proyeknya bukan agenda pengaspalan jalan atau bikin mall. Ceritanya Sampang lagi merayakan hari jadinya, sehingga pemerintah mengadakan karnaval yang temanya musik tradisional dan anak-anak KKN diminta berpartisipasi dengan mengirimkan 2 wakil masing-masing kelompok untuk mengenakan pakaian adat Madura. Dan dari kelompok saya, yang berhasil menjadi Kacong dan Cebing wanna-be adalah si Bram dan Ayik :D


Karnaval04

Bram, moi, Ayik :D

Karnaval02

Endah temen sefakultas yang KKN di desa sebelah ikutan jadi 'korban' hihi

Diminta juga 10 orang lainnya untuk menjadi pengiring, saya nggak mau ketinggalan dong pastinya. Target foto bakalan melimpah! Meski saya juga nggak ada bayangan kayak apa nanti karnavalnya. Well, singkat cerita, saya harus berjalan entah berapa km dengan kaki kiri yang belum sepenuhnya pulih hingga akhirnya menimbulkan lecet di sepanjang bawah jari kari. Man, it was so hurt! Tapi saya seneng banget bisa ikut karnaval di negeri orang, gila-gilaan bareng anak-anak and it was just damn fun! :D

Karnaval01

Lilla diminta ngasih sambutan sama MC-nya

Karnaval03

Waktu saya sms nyokap saya ikut karnaval, saya malah dimarahin awalnya. Dikiranya saya iseng ikutan yang aneh-aneh, beliau masih trauma gara-gara kaki saya sobek kemarin itu. Tapi setelah saya jelasin beliau mengerti. Well, Mom, kalau nggak iseng begini, saya nggak bakal tau apa-apa di Sampang ;] Seru, seru, seruuuuuuuuu! Seru-seruan yang kayak gimana? Saya nggak bisa jelasin dengan kata-kata. Beruntung saya berada dalam tim yang semuanya asik buat diajak gila, yang semuanya punya jiwa fun dan tukang jalan-jalan. Nggak nyesel deh pernah setim bareng kalian, guys! :D

More stories tomorrow, stay tune!
:]

Tuesday 22 February 2011

KKN #1: Oh Lalala

Hello? Yes, it's me. I swear it's me. I'm back to town everybody! :D

Anyway, how are you? Miss me much, eh? ;]

Yah, setelah sekitar sebulan tidak berjumpa, nggak nulis di blog dan jarang banget ngetweet, akhirnya saya kembali juga ke peradaban dan bersentuhan lagi dengan anugrah Tuhan yang bernama internet.

Mungkin follower saya di twitter udah pada tau ke mana saya menghilang selama sekitar sebulan ini. Well, saya mengikuti program KKN universitas ke luar pulau Jawa. Ke mana? Ke Sampang, Madura. Wah, jauh amat! Nggak juga ternyata, meski awalnya saya sempat berpikir demikian. Hanya 2 jam perjalanan lewat Suramadu, lewat jalur perairan juga nggak jauh beda (naik bus dan nyebrang pake Ferry cuma Rp 18.000 untuk tujuan Pelabuhan Tanjung Perak).

Mendengar tujuan tempat KKN saya untuk pertama kali saya sempat merasa bahwa saya sedang dalam upaya pembuangan mahasiswa. Bego banget kan? Sampang. Jauh banget dan saya nggak ada bayangan sama sekali tempat seperti apa itu. Belum lagi di sana bahasa tradisionalnya bukan bahasa Jawa (yah, meski saya juga nggak bisa-bisa amat) dan banyak yang bilang para manulanya nggak ada yang bisa bahasa Indonesia. Apalagi ada stereotype orang Madura hobi carok. "Mampus!" pikir saya waktu itu.

Tapi lalu saya berusaha untuk nggak menanamkan mindset negatif di pikiran saya, bahkan waktu bus pemberangkatan mengantar rombongan menuju lokasi KKN saya mensugesti diri sendiri, "Ini latihan sebelum saya backpacking ke luar, di Filipina ada yang lebih parah. Stay calm!" yang juga sempat saya tweet sebelum jaringan provider yang saya pakai hilang sama sekali karena lokasi tempat saya KKN tidak terjangkau oleh perusahaan provider itu.

Beruntungnya mindset negatif tidak menghampiri sedikit pun :D

Sebelum keberangkatan saya ke Sampang, saya sempat googling wilayah seperti apa tempat saya KKN nanti. Sekedar mencari kenyamanan supaya ada gambaran, apa yang bisa dilakukan di sana. Melihat peta, saya menemukan ada pantai dan air terjun. Waktu googling nama pantainya pun banyak bermunculan referensi yang mengatakan bahwa Camplong adalah tujuan wisata yang layak dikunjungi. Baiklah, sebagai reward, saya dan Ayik (teman KKN yang juga satu fakultas sama saya) berjanji pada diri sendiri bakal ke sana di akhir masa KKN ini.

Ternyata Yang Di Atas memberikan sebuah kejutan. Suatu pagi, masih di minggu pertama KKN, Ryo berseru, "Siapa yang mau ikut ke pantai cepetan bangun!". Tentu penghuni rumah belum banyak yang bangun, bergegas saya dan teman-teman sekamar bangun dan bersiap lalu nggak lama kemudian sudah dalam perjalanan menuju pantai entah di mana. Perjalanan ditempuh kurang lebih sekitar 10 menit dengan motor, nggak jauh memang dari tempat kami bermalam dan untuk menuju pantai ini nggak sembarang orang yang bisa masuk karena harus berjalan kaki melewati jalanan sempit di antara rumah-rumah penduduk. Nggak jauh dari tempat motor dititipin, sudah kelihatan pantai dengan pasir kecoklatan terhampar di depan mata. Kami harus melewati jalanan berlumpur untuk mencapai pantai, alhasil alas kaki harus ditanggalkan terlebih dahulu kalau nggak mau sandalnya tenggelam ditelan lumpur. Somehow perjalanan ini mengingatkan saya sama travelling ke Sempu dulu itu :]

Kulbung06
Kulbung04

Dan yah, sampailah saya dan teman-teman di sebuah pantai yang belakangan saya ketahui namanya Pantai Kulbung, sesuai dengan nama dusunnya. Di seberang pantai ini, terdapat sebuah pulau yang meski berpenduduk tapi masih virgin bernama pantai Mandangin. Penyebrangan ditempuh sekitar 1 jam dan biayanya cuma Rp 8000. You can snorkeling over there! :D

Kulbung05
Kulbung01
Kulbung02

Oh dan saya pun mendapatkan oleh-oleh dari escape pertama saya ke pantai ini. Sebuah luka sobek kecil di telapak kaki kiri yang berujung infeksi dan akhirnya saya harus melalui proses pembedahan kecil. Sekitar 2 minggu selama KKN saya harus berjalan kaki dengan bertumpu pada kaki kanan saya karena kaki kiri saya nyeri sekali. Padahal demi Tuhan itu cuma luka sobek kecil yang baru kerasa sakit malamnya waktu saya mau ambil wudhu buat shalat Isya, saya tutup pake band-aid dan mikir, "Paling besok pagi udah kering" but it wasn't. It's getting worse and involved two cruel boys to execute the wound. They are Ryo and Putra, with Ayik as their assistant. Putra emang anak Kedokteran Hewan, tapi saya udah jerit-jerit nggak mau jadi pasien pertamanya dia! Ryo si anak Kimia tapi ngerti banget masalah luka hampir setara kayak Putra. Jadilah dua anak ini mencetin luka saya buat ngeluarin nanahnya, target mereka adalah ngeluarin nanah sampai habis yang ditandain dengan keluarnya darah. Gila kan? Buat ngeluarin nanah itu aja saya sampai mukul-mukul Ryo si oknum pemencetan luka dan jerit-jerit histeris, dan buat meredam jeritan saya, bantal pun disodorin buat saya gigit. Emang. Mereka. Itu. Kelewatan.

Kulbung07
Dokter
Ryo, moi, Ayik, Putra

Suster
Saya bersama suster Nanda dan suster Endah yang pertama kali merban kaki saya

Nggak lama dari masa luka saya makin parah itu jatah saya pulang tiba, nyokap suruh saya ke dokter buat ditanganin lebih lanjut. Saya ke rumah sakit dan untuk kali pertama kulit saya bersentuhan dengan peralatan bedah. Kaki saya dibius lokal, pake spray entah apa yang bikin kulit luka saya mati rasa, karena lubang lukanya nggak cukup lebar buat ngebersihin semua nanah yang ada di dalam. Saya sempat ketakutan. Gila aja, kaki dibedah. Bakalan sakit mampus! Tapi si mas-mas yang bedah kaki saya meyakinkan bahwa ini nggak bakalan sakit. Apalagi si dokternya bilang gini, "Nggak apa-apa. Udah gede ah masa takut!" Well, dokter, ketakutan macam gini nggak peduli umur ya tolong.

Bener aja, setelah disemprot spray yang rasanya dingin, kaki saya nggak terasa nyeri waktu gunting pencapit dan pisau mulai menyayat kaki. Meski saya masih bisa ngerasain waktu kulit dibuka. Nggak lama, sekitar 3 menitan, operasinya selesai dan luka saya disemprot Betadine (serius, Betadine yang biasanya ditetesin itu dimasukin spray dan disemprot ke kaki saya kayak nyokap nyemprotin koleksi anggreknya) trus dibalut sama perban yang ada perekatnya. Tapi tetep, saya jalannya harus pincang karena nyeri bekas bedah masih ada. Gileee gara-gara luka sobek secuil aja sampe begini ribetnya. Ampun dah!

Hampir seminggu di Sampang, ketakutan-ketakutan saya waktu masih di Surabaya nggak terbukti. Bayangan bakal makan mi instan tiap hari, mandi di kali, air kotor dan segala kesulitan karena jauh dari modernitas nggak saya temui selama saya KKN. Alhamdulillah :]

Mini market sekitar 10 menit dari kontrakan, begitu juga terminal. Penjual makanan juga melimpah, mau ayam kremes? bakso? tahu tek? nasi goreng? bebek bakar? atau mau yang digoreng? Semua ada! :D

Selama saya KKN frekuensi saya makan mi instan bisa dihitung jari lah, itu kalo udah kepepeeeeeeeeet banget nggak ada makanan. Karena biasanya temen-temen yang pulang ke Surabaya suka bawain makanan, baik masakan rumah atau KFC berbucket-bucket. Makmur deh tim KKN saya hahaa

Kulbung03
with Ayik

Well, postingan ini saya buat berseri, karena kalo ditulis semua bakalan panjang banget and it's gonna bore you. Berapa banyak emang? Rahasia ;] Tunggu aja kelanjutannya besok yaa! Masih banyak escape-escape lainnya yang nggak akan ditemuin kalau saya KKN di Surabaya atau bahkan kota lain.

See you soon :]






LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin