Saturday 31 October 2009

A break is expensive, in my case

It's been a long time baby till I feel like this feeling is not good, it's not good to leave you like this. To make you feel alone for this long. Now I'm back and I'm not gonna go again.


Mengingat saya benar-benar tidak punya waktu tenang untuk menulis (untuk kepala saya sebenarnya), maka saya putuskan untuk menulis blog setiap akhir minggu. Saya akan usahakan selalu menulis setiap akhir minggu, jadi Senin pagi sudah ada tulisan baru untuk dibaca. Atau, yah saya bisa manfaatkan fasilitas Scheduled posting kan ;] (I love technology!)

Anyway, kegiatan magang masih sama seperti kemarin-kemarin, cuma intensitasnya jauh lebih meningkat sekarang. That's why I need to rest my head for a while -,-' Tapi, kabar baiknya, saya masih punya kesempatan buat main-main (tapi yang produktif). Kali ini tidak ada hubungannya dengan Photoshop atau kode-kode HTML, kali ini kemampuan bahasa Inggris saya yang akan diuji. Saya resmi bergabung menjadi salah satu kru majalah Art & Design, WOWMAGZ yang ber-basecamp di Malang. Posisi saya di situ jadi apa? Coba tebak! Kalo penasaran juga, langsung deh meluncur ke TKP-nya yah :]

Yap, untuk kedua kalinya saya menjadi anggota tim sebuah media cetak (WOWMAGZ cetak bukan yah?), dengan posisi yang berbeda namun keduanya benar-benar mengasah skill yang saya miliki dan berada di dunia yang saya cintai. What a perfect job!

Next pit-stop: a fashion magazine >> layout editor (AMEN!)


-- -- -- -- --


Salah satu assignment UTS saya adalah membuat Bab I penelitian kualitatif. Tugas yang satu ini cukup menyita pikiran saya, di saat, you know, ide-ide tidak selancar ketika saya sedang liburan dan tugas ini mengharuskan saya untuk mencari satu topik untuk dijadikan penelitian dengan teknik kualitatif. Shit!

Sekitar 3 minggu saya diam-diam memikirkan topik apa yang akan saya jadikan tema penelitian. Saya sudah buka semua indera saya untuk menangkap sinyal-sinyal inspirasi. But NONE. I've got nothing but stress. Sekalinya dapat insipirasi (yang kesannya terpaksa), jadinya malah judeg dan buntu karena nggak bisa menemukan judul yang tepat buat penelitian saya. Ketika aspek psikologis udah didapat (motivasi kerja/performance appraisal) dan gambaran subjek juga udah dapet (wanita bekerja/hamil), tapi saya masih ngerasa kurang sreg dan rasanya ada sesuatu yang harus saya temukan untuk melengkapinya. Intinya saya nggak tahu apa yang harus saya lakukan terhadap tema yang sudah saya dapatkan itu. Jadi, terpaksa tema yang ini masuk folder "OLD FILES".

Saya bongkar-bongkar bahan-bahan kuliah yang saya simpan dalam satu map. Eh, nemu jurnal ilmiah yang belum saya review. Begitu baca judulnya, mendadak insipirasi itu datang seperti air yang mengalir di otak saya. Akhirnya saya mengambil tema proses kreatif dan subjeknya adalah penulis novel. Saya nanya-nanya dikit ke Amel buat konfirmasi dan singkatnya, saya harus bikin Latar Belakang yang saya masih blank banget. Rencananya sih saya mau konsultasiin dulu ini ide saya ke dosen pembimbing saya, soalnya saya ragu tema saya ini masuk perminatan Psikologi apa. Tapi, kalo mau konsultasi, otomatis saya juga harus bawa at least draft Latar Belakang Penelitian saya.

Jadilah saya selama dua hari kayak mahasiswa semester akhir yang mau skripsi; nyari jurnal ilmiah di perpustakaan berjam-jam, nyari bahasan topik saya di internet sampai eneg dan mulai menyusun kerangka berpikir. Khusus kerangka berpikir, saya membuat diagramnya dulu di otak saya. Saya bukan orang yang 'dikit-dikit harus ditulis biar jelas', saya bersyukur otak saya punya kemampuan memvisualisasikan imajinasi dengan baik. Then I use it. Baru ketika saya sudah dapat gambaran besarnya, saya mulai menggambar kerangka alur pikiran saya. You know what, gambar kerangka saya itu kebanyakan berisi teori. Jadi nggak saya pakai waktu ngetik Latar Belakang beberapa menit yang lalu haha. Which also tells you that I don't use any outline for writing the background of my research :] The outline, I guess, it's in my mind. It's just flowing and I try to keep it directed.

Sampai tulisan ini dibuat, saya masih harus belajar banyak tentang penelitian kualitatif. Saya masih belum ada gambaran jelas tentang teknik yang satu ini dan saya harus tahu kalau mau lulus mata kuliahnya. Doakan saya!


-- -- -- -- --

Di sela-sela kehidupan saya yang sangat menyesakkan, saya sempet-sempetin buat update berita tentang New Moon. Selain tanggal rilisnya, berita ter-hot adalah original soundtrack-nya yang udah resmi dirilis tanggal 16 Oktober kemarin di USA. Beberapa hari sebelumnya saya udah sempet hunting beberapa track yang beredar di internet. Nggak lengkap sih, soalnya beberapa lagu ternyata nggak ada dan kayaknya bener-bener diciptain buat New Moon.

newmoon-ost-art

Sedikit kecewa soalnya Paramore nggak ikut berpartisipasi di album OST New Moon, padahal pas di Twilight mereka keren banget. Asumsi saya sih, karena mereka lagi promo album baru. Takutnya bentrok kali ya sama jadwal promo New Moon, jadi mereka harus pilih salah satu gitu kayaknya *sotoy abis!*. Bagi yang belum tau, ini nih track list original soundtrack New Moon:
  • DEATH CAB FOR CUTIE — MEET ME ON THE EQUINOX
  • BAND OF SKULLS — FRIENDS
  • THOM YORKE — HEARING DAMAGE
  • LYKKE LI — POSSIBILITY
  • THE KILLERS — A WHITE DEMON LOVE SONG
  • ANYA MARINA — SATELLITE HEART
  • MUSE — I BELONG TO YOU (NEW MOON REMIX)
  • BON IVER & ST. VINCENT — ROSYLN
  • BLACK REBEL MOTORCYCLE CLUB — DONE ALL WRONG
  • HURRICANE BELLS — MONSTERS
  • SEA WOLF — THE VIOLET HOUR
  • OK GO — SHOOTING THE MOON
  • GRIZZLY BEAR — SLOW LIFE
  • EDITORS — NO SOUND BUT THE WIND
  • ALEXANDRE DESPLAT — NEW MOON (THE MEADOW)



Anyway
, album baru Paramore yang berjudul Brand New Eyes keren banget!!!!!!!!!!! I've got the full album and Ignorance is sooooo damn awesome!!!!!!!! I can listen to it more than 10 times a day. That song is addictive :D They're getting better I guess, more mature in arrangement and the lyrics. Hayley's voice is just as usual but with better technique. They're just ROCKS!

I know I'm not gonna quit from them, they're my long-lasting rockstar :]


-- -- -- -- --


Saya punya harapan yang sebaiknya saya jadikan doa saja sekalian. Baca baik-baik.

Apabila semua penderitaan ini berakhir, saya akan:
1) DVD marathon
2) Namatin The Mediator (which means I gotta buy MP4 player soon)
3) Spending quality time with my lil bro and Mao
4) Nonton bareng BLM sista (or maybe just mbak Anty hehe)
5) Beli DVD Gossip Girls 2 season sekaligus
6) Try any cookies/main dish recipe
7) Being lazy for a week or so ;]

Kabulkan doa hamba-Mu ini ya Allah. Amin.


Kamu punya doa yang sama seperti saya? Oh nggak ya? Trus apa dong doa yang akhir-akhir ini sering kamu panjatkan pada Sang Pemberi Kehidupan? Cerita-cerita ya :]

Tuesday 13 October 2009

A Wedding and a pair of bloody heels

Sedikit cerita.

Hari Minggu lalu saya dan keluarga saya menghadiri pernikahan salah satu sepupu saya di Malang. Tempatnya jauh bo'! Udah pernah ke sana sih sebelumnya, tapi waktu itu saya tidur jadi nggak kerasa capeknya ahaha.

Karena suami sepupu saya adalah seorang TNI AD, maka resepsi pernikahannya pun pake Pedang Pora. Tau nggak Pedang Pora? Itu lho yang beberapa prajurit berbaris dua banjar sambil mengangkat pedangnya saling silang dan mempelainya jalan di bawah silangan pedangnya. Dan itu adalah atraksi Pedang Pora pertama yang pernah saya lihat.

Waktu sampai di gedung resepsi dengan susah payah karena saya pake heels nyokap yang tingginya kayaknya 5 cm (soalnya tinggi saya hampir menyamai adek saya yang tingginya 170 cm), saya lihat banyak anggota militer yang bertebaran (meses kalee...) di dalamnya . Tapi kok ya nggak ada yang tinggi tho yaa -,-' Padahal mereka masih muda-muda dan ehm... pretty good looking. Saya emang pake heels jadi keliatan lebih tinggi, tapi saya juga make patokan adek saya yang ternyata lebih tinggi dibanding mereka hoho.

Saya pun nimbrung bareng sama sepupu-sepupu saya yang udah nyampe duluan, sambil nungguin Pedang Pora yang udah saya nanti-nanti. Untungnya, sodara-sodara saya itu ngumpul di deket pintu masuk prajurit yang mau Pedang Pora. Jadi bisa lebih deket deh liat orang-orangnya hehe. Begitu suasana mendadak hening, pasukan Pedang Pora masuk ke dalam ruangan dengan langkah tegap dan sumpah keren banget waktu mereka entry ke tengah ruangan! (and still, adek saya masih lebih tinggi dari pasukan itu. Tapi yang paling depan agak tinggi dan lumayan cakep haha).

Dan ketika para prajurit itu berdiri saling berhadapan dan mulai mengeluarkan pedang masing-masing sesuai komando, saya memekik sendiri saking hebohnya. Saya berulang kali bilang, "That's cool!!" atau "Oh God, awesome!" atau "Cool!!!" sambil meremas lengan adek saya yang paling kecil yang waktu itu berdiri di samping saya sambil lompat-lompat kegirangan. Waktu pedangnya dikeluarin dan kedengaran bunyi "Siiingg..." itu yang bikin merinding, keren abis!!!

Sebelumnya, saya dan adek saya yang paling kecil sempet making fun.

Saya: Eh, dek. Gimana kalo kita minjem pedangnya buat foto-foto?
Adek: iya, trus dibuat mainan perang-perangan...
Saya: Atau kita jalan di depan pengantinnya duluan pas pedangnya diangkat?? trus foto-foto??
Adek: Iya!!

Sambil terbengong-bengong ngelihatin Pedang Pora, saya ngelirik ke arah bokap yang berjalan ke sisi lain ruangan buat ngelihat lebih jelas. Di sampingnya seorang prajurit yang bajunya sama kayak pasukan yang lagi Pedang Pora berjalan ke arah bokap saya. Saya cuma bisa lihat dia dari belakang, mukanya nggak kelihatan. Perhatian saya pun kembali tersedot ke tengah ruangan dan ketika noleh lagi ke bokap, beliau udah ngobrol-ngobrol sama prajurit yang tadi itu!!! And you know what, pas si prajurit noleh ke arah bokap dan badannya agak menghadap ke belakang, I can see an angel's talking to my dear father and smiling. Oh Dad, I wish I were in your shoes... *mupenggelaaa*

Waktu pengantinnya jalan di bawah pedang pora, kan pelan-pelan gitu bin lama. Saya jadi nggak tahan buat berkomentar ke adek saya, "Nggak enak ya kalo nikahannya ada pedang pora, nggak bisa langsung duduk. Kalo kawinan yang biasa kan ningnangninggung
ningnangninggung jalan , trus langsung duduk ke kursinya. Kalo ini kan pake berhenti dulu..." Adek saya manggut-manggut setuju.

Saya kok kasihan sama sepupu saya itu. Udah pake sanggulnya berat, pake heels, belum kain yang dia pake kan sempit banget tuh. Kalau saya jadi dia, saya maunya cepet duduk biar nggak lama-lama berdiri pake heels terkutuk itu. FYI, kelamaan berdiri pake heels bisa menyebabkan penyumbatan aliran darah di kaki lho :]

Selesai Pedang Pora, pasukan kembali ke tempat lewat pintu yang sama. Yang jadi pemimpin barisan, jalan sambil nahan ketawa! ahaha. Lalu MC memberitahukan bahwa sekarang waktunya hadirin untuk memberi selamat pada mempelai, ketika waktu itu tiba saya dan sodara-sodara saya udah keliling buat nyobain makanan yang disajikan. Soalnya kita udah stand by di rumah sepupu saya mulai pagi dan tentunya ketemu sama mereka berdua, jadi... ya ntar aja salamannya kalo mau pulang ahaha. Sambil nyobain menu-menu yang tersebar di tepi-tepi ruangan, sekalian dong cuci mata ke pasukan Pedang Pora yang udah bubar barisan hehe. Waktu lagi ngobrol-ngobrol sama sepupu saya, mendadak salah satu mbak sepupu saya nyeletuk...

Mbak: Kamu kapan nyusul?
Saya: Eh? hehe
Mbak: Mereka ketemunya di Surabaya lho... (nunjuk ke kedua mempelai yang lagi foto-foto sama temen-temennya)
Saya: (manggut-manggut)
Mbak: Ketemunya di TP (Tunjungan Plaza), si G (mempelai pria) ngajak kenalan I (sepupu saya alias mempelai wanita) gitu... Trus minta no. hape... Siapa tau kamu juga gitu... waktu itu si G kan lagi pelesir, mampir di Surabaya...
Saya: kok serem ya, Mbak? Ngajak kenalan... minta no.hape... Serem ah!

Saya menganut paham "Don't talk to the stranger", apalagi yang tiba-tiba mendatangi saya, ngajak kenalan dan minta no.hape. Bisa-bisa saya kabur duluan sebelum ngomong apa-apa. Ngeri nggak sih kalo tiba-tiba orang asing itu adalah psikopat atau orang-orang yang punya niatan jahat??! Beruntunglah sepupu saya itu diajak kenalan cowok ganteng yang
proper. Lucky you, cousin... Lucky you...

Udah keliling ruangan (kecuali ke tempat si pengantin, karena itu bagian terakhir hehe), tiba-tiba nyokap dipanggil bokap disuruh mengikuti beliau yang lagi jalan ke tempat saya melihat Pedang Pora tadi. Saya penasaran, jadi saya ngajak adek saya buat ngikut juga. Eh ternyata bokap lagi say hi gitu sama seorang bapak-bapak yang pake jas rapi dan di kerahnya ada pin khusus yang saya nggak tahu simbol apa itu, nyokap juga salaman sama bapak itu. Saya pikir, paling-paling juga sodara jauh bokap atau kolega beliau yang ternyata juga datang ke pernikahan sepupu saya. Sampai saya mendengar hal ini...

Nyokap: Mbak, kamu nggak minta kenalan ta?
Saya: Trus... buat apa habis itu?
Nyokap: Lho itu kan suaminya Elsa Syarif... Itu Om-nya Papa.
Saya: Kok bisa?
Nyokap: Itu adeknya Eyang Dharu... (Eyang Dharu itu sudah saya kenal dari kecil dan saya tahu kalau beliau Om-nya bokap)

Sekitar 3 detik setelah saya dan nyokap kasak-kusuk, bokap ngenalin adek saya yang paling gede ke suaminya Elsa Syarif itu, lalu gantian saya dan yang terakhir adek saya yang paling kecil. Anyway, Elsa Syarif yang saya maksud di sini adalah lawyer kondang yang banyak menangani kasus-kasus para selebriti di ibu kota itu. Yup, that Elsa Syarif!

Berikutnya tante saya udah minta dipotretin aja sama Eyang saya yang baru ketemu itu bareng sama Eyang Dharu yang juga hadir hari itu. FYI, saya lupa bawa Lou jadi saya mupeng berat ngelihat orang-orang pada jeprat-jepret. Mana ada Om saya yang bawa Canon DSLR gitu, jadi gatel pengen minjem rasanya -,-'. Jadi, pas tante saya nyodorin digicam pocket Sony-nya ke saya buat motretin dia sama Eyang suaminya Elsa Syarif itu, saya pun langsung dengan bersemangat meraih kamera pink yang classy itu dan jepret deh! :] Kirain cuma sekali aja, setelah itu saya digeret tante saya itu ke tempat Eyang saya yang lain buat motretin lagi. Oke deh! Hasrat jeprat-jepret terpuaskan meski nggak pake Lou. (Kayaknya saya kualat ngatain adek saya nggak pubdok-minded gara-gara dia nggak bawa HP-nya pas ke DBL Arena sama temen-temennya beberapa hari yang lalu).

Saya juga sempet motretin adek saya di lapangan yang ada di depan gedung resepsi, anyway resepsinya dihelat di area milik TNI AD yang ternyata nggak jauh dari rumah sepupu saya. Jadilah saya fotografer dadakan yang motretin anak kecil yang beranjak remaja dan sok eksis *peacebro!*

Sepulang dari resepsi (iya, saya salaman dulu kok sama pengantinnya plus foto bareng dulu sekeluarga. Tebak saya berdiri di sebelah mana?), saya melewati jalan yang lebih parah dari waktu berangkat. FYI, jalannya tuh terjal banget kayak medan tracking dan saya kan lagi pake heels yang bikin tepian jari kelingking kaki saya sakit. Ampun deh! Saya harus jalan di atas rumput yang ada batu-batunya, menyebrangi sungai (serius!) dan menuruni tanah yang nggak rata. Pake heels. Sepanjang perjalanan saya nggak berhenti ngomel-ngomel dan ngeluh, saya sumpahin itu sepatu dan saya berjanji bakal mencampakkannya begitu sampe mobil dan akan segera merangkul Crocs saya yang tercinta. Sumpah, nggak ada yang nyaingin nyamannya pake Crocs!

Sebenernya saya nggak pake heels yang saya pake hari itu, ada satu heels (punya nyokap juga) yang modelnya kayak sepatu-sendal (ada tali yang melingkar di pergelangan kaki) tapi sayangnya yang itu rusak sol bawahnya. Terpaksa deh pake yang model sandal yang nggak pake tali dan rasanya pengen copot aja. Bener-bener nggak nyaman! Saya jadi mempertimbangkan buat beli heels sendiri yang ada talinya, lebih tertutup dan nggak bikin kaki lecet. Seperti yang dipake Alexa Chung mungkin ;]

Alexa Chung in Louis Vuitton Spicy Sandals

or this...


or maybe this one...

Alexa Chung


I'm sorry there's no enough photo for this post, I forgot to bring
Lou with me. I totally forgot and I realized I was such a moron at the time :[

Saturday 10 October 2009

The Mediator: Shadowland

Susannah bisa melihat hantu, karena itu dia benci dengan tempat-tempat kuno. Karena ia tidak mau diributkan dengan masalah hantu-hantu yang datang padanya. Tapi apa jadinya kalau ia harus pindah dari Brooklyn ke California dan rumah barunya adalah salah satu rumah kuno yang dilestarikan karena keindahannya, dan kamar barunya juga merupakan kamar hantu cowok keren yang setengah mati ia tahan supaya tidak jatuh cinta padanya?

Setelah seri Princess DiariesGramedia Pustaka Utama menerbitkan kembali satu karya Meg Cabot yang berada di jalur Teen-lit, yakni seri The Mediator.

Ceritanya sendiri berkisar tidak jauh dari judulnya, bernama Susannah yang berperan sebagai mediator bagi para arwah. Suze-panggilan akrab Susannah-memiliki kemampuan melihat hantu atau arwah orang yang sudah meninggal. Dengan kemampuan tersebut, ia mengemban tugas untuk menyelesaikan urusan orang-orang yang sudah meninggal tersebut. Karena seharusnya mereka tidak bergentayangan di dunia, karena menurut Suze, mereka seharusnya pergi ke tempat setelah seseorang meninggal dunia.

Suze susah payah selalu menghindari tempat-tempat yang berbau kuno supaya tidak bertemu dengan hantu. Sampai suatu ketika, ibunya menikah lagi dengan seseorang yang tinggal di California, mau tidak mau Suze dan ibunya pindah ke sana karena pria itu juga sudah memiliki 3 anak laki-laki. Susanah tidak keberatan akan rencana kepindahan itu, hanya satu yang ia keluhkan: rumah barunya.

Rumah yang akan ia tinggali merupakan rumah kuno dengan gaya Victorian. Dan ketika sampai di kamarnya, apa yang ia takutkan muncul juga. Seorang hantu cowok tampan juga tinggal di kamar barunya. Namanya Jesse dan ia tidak mau menceritakan perihal kematiannya dan kenapa ia masih bergentayangan di dunia milik manusia ini. Suze tidak ambil pusing selama hantu itu tidak mengganggunya, meski ia harus bersusah payah berganti pakaian di kamar mandi karena takut Jesse melihatnya tidak berpakaian.

Tugasnya sebagai mediator tentu saja masih berjalan di California. Sesosok hantu cewek yang baru saja meninggal ingin membalas dendam pada seseorang yang ternyata adalah mantan pacarnya, Bryce. Sialnya hantu itu dulunya adalah siswa di sekolah baru Susanah dan ia menempati bekas loker cewek itu. Mengetahui niat buruk si hantu, Susanah berusaha menyelamatkan cowok itu dan ternyata si cowok malah tertarik padanya. Hal ini semakin membuat si hantu marah dan ujungnya Susanah menjadi target utama kemarahannya.

Apakah Susanah berhasil lolos dari maut yang terus menghantuinya di sekolah? Apakah hanya Suze dan Bryce yang jadi target balas dendam si hantu? Lalu, bagaimana dengan Jesse?


Setelah keranjingan baca seri Twilight, saya ketagihan baca novel ini. Saya memang penggemar seri Princess Diaries, tapi ternyata The Mediator lebih seru! :D

Saya kecewa kenapa penerbit tidak menerjemahkan novel ini lebih awal, di mana novel ini (yang terdiri dari 6 seri) sudah tamat di Amerika sana. Padahal ceritanya bagus sekali dan mengangkat tema yang tidak umum, yakni tentang seorang gadis yang bisa melihat dan berdialog dengan hantu. Selain itu, konfliknya juga tidak berhenti sampai di situ saja, tokoh heroine dalam kisah ini juga berperan sebagai sosok yang bertindak aktif, tidak hanya bisa melihat hantu dan tidak bertindak atau bertugas apa-apa. Sekilas kisahnya mirip Buffy the Vampire Slayer, bisa dibilang menumpas kejahatan dari roh-roh atau makhluk jahat yang berkeliaran di bumi. Menarik, kalau saya bilang sih, untuk kelas bacaan teen-lit.

Semoga penerbit tidak terlalu lama menerbitkan seri berikutnya seperti yang dialami Princess Diaries sekarang, semakin nggak jelas. Padahal di AS sudah terbit seri-seri terbaru dari novel tentang Princess Mia itu. Sementara menunggu, saya memutuskan untuk membaca versi ebook-nya dulu karena udah nggak tahan pengen tahu kelanjutannya (yah, kasus Breaking Dawn terulang kembali) :]


Berikut judul seri The Mediator:
The Mediator #1: Shadowland (Gramedia Pustaka Utama)
The Mediator #2: Ninth Key
The Mediator #3: Reunion
The Mediator #4: Darkest Hour
The Mediator #5: Haunted
The Mediator #6: Twilight


Info lebih lanjut bisa dilihat di website Meg Cabot :]

Pretty Much

I know, I know I haven't update my blog for centuries. And I know it's a shame for someone who claimed her self as a blogger. Like me, for instance.

So, what's up guys? I'm doing fine and pretty great over here, that's why I have no time to write this lil thing ahaha.

Anyway, so many stories I'd like to tell but I confused which one I gotta start with. Hmm let's see... we're going back a couple weeks a go, aiyte?


Family Time
Last Ied was a great time for me to gathered with the whole family. It was fun to meet my big family, knowing their life and having fun with them.

Though I got upset a bit when my cousins are busy with their cellphone because they're asking their Facebook account to each other and me, alone with cookies and Fanta in the living room. But it's all good, we successfully passed this Ied without my grandma and the thing I was worried ain't happen. The empty spot I was afraid I would see, I didn't see it at all. I see it full and nice.

I'm proud of my family so much and I'm glad I'm one of them :]


____

The Day
On 3-4 October 2009, I spent my weekend (yes, entirely my weekend) in campus with my friends. What the heck are you doing in campus on the weekend for God's sake? Are you some kinda nerd?? No, well, I'm might be a nerd but not that bad. I was one of the Orientation Program committee in my faculty and I was in Publication and Documentation team for the first part of the program called Student Day. And it was fun!! Though Lou started to mess with me when I took picture indoor (considering most of the activity were held inside the building), the results are blur and it really got me mad about the lighting. Okay, forget it.

PUBDOK OK
full team

While two days before, in the middle of the night, they wake me up to help them out about the street banner file. I got a schedule on Friday morning as an intern and they woke me up near 12pm! Problems, coming like crazy. The more you close to the day, the more people tend to forget things. That's what happen to our team at the time. When I remember that moment, I feel so silly and it makes me smile. It was a night to remember ahaha. Love you guys! :]

PUBDOK feat. Kanyaa
feat. Kanya

I'd like to thanks to my team for the team-work and the support they gave me.
This post is a tribute for you girls: Sonya, Mira, Tita, Caca, Tiien, Nia.


____

Officially
Well, my first day as an intern was fun and kinda gimme nervous a lil bit. And yes, after 2 weeks become an intern I know how it feels to work in office. The boredom, the confusing, the partner, the seniors, the peers, and the works it self. It's all makes me wanna know more and more. Can't wait for the main job we gotta do, being a tester.

Considering I have a tight schedule (contains of internship and college), so I gotta save some times for my friends (weekend is booked by my family) between those hectic time. Fortunately, my schedule is not full everyday, I mean my internship. So, I still have time to spend my days with them :] I don't wanna lose any contact with my besties, I don't wanna lose any single precious time with my sista :D

And if you wondering where I take my internship, it's in LP3T. It's an organization of Applied Psychology owned by my university and managed by my faculty, you can read further info here.


____

The Previous
I remember I planned to make a photography exhibition focus on food on the next post, but I totally have no time to prepare all of those photos and the layout. I even don't have time to upload my photographs on Deviantart. It's all sucked up by college assignments and now it's added up with my internship schedule. I don't blame them for this lack of time I have, I just blame time. Why it's only 24 hours?

Officially as an intern, I also officially resign from the campus magazine/bulletin, Insight. I'm afraid I can't managed my time then I left the other behind. So, I gotta choose one of them by doing gambling. If I get in as an intern, then I gotta let go my job as Layout & Design staff in Insight. And the result show all of us that I'm letting go my previous job. It's kinda hard at first because I'm still new in there and they like my works, besides there's a problem inside when I resign. I was worried it's because I resign without officially saying permission to the whole team, I told the chief about my plan of taking internship and my plan about it, and she's the one who know that I'm in when the result's out. I didn't have a chance, or time actually, to tell the entire team about it. But now, with telling the main team one by one, I hope it's getting better.

This post also a tribute for the Insight team. Thanks for the work-team and the supports and the trusts you spilled on me guys. You can do it better! :D


____

Reading
I got an assignment to make a reflection based on several points by reading a novel entitled Totto-chan. Well, maybe most of you know this novel. I've read it before when I was doing my assignment in the 2nd semester, but I read it again because the topic is different. This one is focus on the education (assignment and evaluation) while the previous was concern about the child development. I didn't have money to buy the book and I didn't have time to go to the book store if I asked money to my mom, so I downloaded the e-book and finished it in 3 days. I cried in the midnight reading a couple last chapters, I did the same when I read it for the first time. It was a great story. I bought the novel immediately a day before the assignment collected. Yes, I used my mom's money ;]

When I bought Totto-Chan, I also bought a novel and a comic. The comic is the one I use to buy when a new volume release, Tsubasa Reservoir Chronicle by CLAMP. It reached Volume #10 right now. And the novel, oh I'm gonna talk about this one for details. It's The Mediator: Shadowland by Meg Cabot. I haven't seen and read Meg Cabot novel for months since the last Princess Diaries (Princess on the Brink), the publisher is kinda late to translate it or something. While, helloowww it's Meg Cabot we're talking about! Everbody's waiting for her new novels and you make us read the latest novel months later.


I can't wait for the next series to be translated in Indonesian so I download the e-book. I don't care I still remember how it feels reading Breaking Dawn e-book or any kind of e-book can make my eyes hurt. I don't care because I'm craving for Meg Cabot's novel and I hate them to make me waiting for this long. If I have my own publishing company, I will translate Meg Cabot's book right after the novel is officially released. I hope the publisher read this and improve their works so the customer disappointment will be increased a bit.

Anyway, you may read the review here :]

LinkWithin

Blog Widget by LinkWithin